Toxic 1

517 54 39
                                    

Happy reading

    

     

Detik jam terdengar begitu nyaring di keheningan siang itu. Beradu dengan ketikan keyboard laptop yang terus beradu dengan jari jemari yang menari indah. Dua sosok manusia berada dalam ruangan tersebut. Namun tak ada interaksi diantara keduanya karena salah satu diantara mereka masih bergelung dengan nyaman di dalam selimut. Hingga kemudian erangan terdengar, mengusik fokus yang lebih tua yang tengah memutar otak menyelesaikan tugas kuliahnya.

Pemuda itu lekas bangkit dari duduknya dan menghampiri sosok di atas ranjang.

"Chy..."

Panggilnya dengan lembut seraya mengusap pipi Michy. Netra pemuda yang ia panggil nampak bergulir dalam tidurnya yang kini nampak gelisah.

"Michy..." Maxime mengulang panggilannya karena Michy tak kunjung membuka mata.

Perlahan netra cantik itu terbuka. Alis bertaut mengiringi rasa pening luar biasa yang menyerangnya.

"Bisa bangun? Bangun dulu yuk! Makan, terus minum obat. Abis itu kamu bisa tidur lagi."

Gelengan pelan ia dapatkan sebagai jawaban.

"Chy, kamu harus minum obat. Demam kamu tinggi banget soalnya."

"Tapi aku gak nafsu makan, Kak."

"Dipaksa, Chy! Kamu gak boleh minum obat dalam keadaan perut kosong."

Michy terdiam selama beberapa saat.

"Kak Maxi sudah makan?"

Maxime tak menjawab. Helaan nafas terdengar dari yang lebih muda. Michy lantas bangkit.

"Argh..." erangnya.

Sakit di sekujur tubuh ia rasakan terutama di area selatannya kala badannya menegak. Maxime lekas membantu.

"Ayo makan!" ucap Michy seraya memutar badannya hendak turun.

"Bisa jalan?" tanya Maxime.

Michy menoleh. Kemudian ia menggeleng. Maxime menghela nafas. Ia lantas memunggungi pemuda itu dan berjongkok di hadapannya. Seperti biasa, tanpa ragu ataupun canggung, Michy akan naik ke punggung pemuda itu. Dan membiarkan Maxime menggendongnya menuju meja makan. Bahkan bukan hanya menuju meja makan. Tapi kemana pun Michy ingin pergi.

"Kenapa Kak Maxi gak makan?"

"Kakak nunggu kamu."

"Aturan Kak Maxi makan dulu. Gak usah nunggu aku. Iya kalo aku cepet bangun. Kalo enggak? Inget Kak, Kak Maxi tuh gak boleh sampe telat makan. Nanti kalo lambungnya kambuh gimana?"

"Iya, bawel!"

"Iiih, kok bawel sih? Aku kan cuma ngingetin Kak! Aku tuh gak mau Kak Maxi sakit!"

"Iya Chy... Iya. Makasih ya udah diingetin. Besok-besok kakak makan dulu deh kalo udah waktunya makan. Biar gak dibawelin kamu!"

"Katanya tadi kangen bawelnya aku!"

    

Flashback on

    
Maxime membenarkan posisi tidur Michy, beralaskan bantal yang sesungguhnya. Bukan pahanya. Lantas diambilnya termometer di atas nakas dan diletakkannya pada perlihatkan lengan Michy. Ia menunggu selama beberapa saat seraya memasangkan selimut.

Bip-bip.

Maxime mengambil benda tersebut. Angka yang tercantum adalah 38,7°. Masih cukup tinggi. Tapi tidak setinggi sebelumnya.

All About Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang