1

143 30 1
                                    

Chloe Roach mendorong kopernya dan berjalan keluar dari ruang pengambilan barang. Ponsel yang sejak tadi dia abaikan getarannya kini mulai menarik minatnya. Gadis dengan tubuh indah itu meraih benda yang ada di dalam tasnya. Menatap nama sang penelepon dengan senyuman lebar. Dia menjawabnya.

"Jasmin?" sapanya langsung pada kakak senior perempuannya yang membantunya selama di negeri orang. Dia bertemu dengan Jasmin secara tidak sengaja di sebuah acara dan mereka menjadi akrab bahkan menjadi tetangga di apartemen yang disewa Chloe.

Hebatnya, mereka memiliki cara pandang bisnis yang sama. Itu membuat keduanya membangun perusahaan kecil yang masih ada pada tahap perkenalan. Perusahaan mereka membutuhkan investor besar yang bisa diandalkan. Tapi saat ini segalanya belum terlalu mengarah ke sana.

Itulah salah satu alasan Chloe juga kembali ke negaranya. Dia ingin membangun bisnis di sini dan menarik kakak seniornya datang ke sini. Selama Chloe menunjukkan kalau di sini bisa membawa mereka pada perubahan, kakak seniornya tidak akan menolak dan Chloe tidak perlu kembali.

"Chloe, kau tahu, aku baru saja mendapatkan kabar yang bagus."

Chloe berjalan di lorong bandara menuju ke pintu keluar. Kacamata gelap yang dia gunakan tampak memperindah penampilannya. "Kabar apa?"

"Kau tahu soal penghisap debu yang sedang kita kembangkan?"

Chloe berdehem. Tidak terlalu memikirkan berita bagusnya. Karena dia sendiri tidak terlalu yakin pada apa beritanya.

"Ada yang bisa diajak bekerjasama dan jika itu berhasil, akan menghasilkan uang yang cukup banyak. Kau akan terkejut dengan jumlahnya."

"Berapa?"

"Seratus juta."

"Berapa?" Chloe mengulang, agak ragu.

"Seratus juta, kau tidak salah mendengar. Benar-benar seratus juta."

Senyuman terkembang di bibir gadis itu. Dia tidak pernah melihat uang sebanyak itu, jika dia berhasil mendapatkan kerjasama ini maka mereka akan untung besar dan segalanya tidak lagi sesulit biasanya. "Lalu katakan, perusahaan mana yang bisa memberikan kita angka itu?"

"Contres Grup."

"Katakan sekali lagi?"

"Kenapa kau terus tidak mendengarku," ucap Jasmin di seberang sana, suaranya memang seperti putus asa tapi dengan senyuman dalam suaranya, dia jelas terlalu bahagia untuk mengatakannya. "Contres Grup, CEO nya adalah putra tunggal keluarga Contreras. Yohan Contreras."

Chloe berhenti melangkah. Bukan pada nama itu yang membuatnya terkejut, melainkan kebetulan hebat yang sedang ada di depan matanya. Nama itu baru saja didengarnya dan orangnya malah sudah berdiri di jarak sepuluh meter dengannya. Chloe memperhatikan, mungkin salah mengenali. Tapi wajah Yohan bukan pasaran. Dia hanya melihat dari samping tapi Chloe segera langsung mengenalinya. Pria tinggi yang sangat tampan itu.

Pria itu sendiri sedang memandang ke arah luar. Dia tidak menatap Chloe. Tangannya ada di belakang tubuh dengan tanpa gerakan seolah matahari yang tengah menyinarinya sedang tidak ingin diganggu.

Chloe membuka lensa pekatnya. Bergerak ke arah pria itu setelah mematikan sambungan sepihak dari Jasmin. Dia berdiri di dekat Yohan. "Yohan?" panggilnya. Nadanya agak ragu tapi juga mantap dalam detik yang sama.

Pria yang dipanggil namanya segera mengarahkan pandangan ke arahnya. Pria itu tinggi, tapi saat kau berada di depannya, dia sungguh benar-benar mengintimidasi dengan tingginya.

Yohan mengerutnya wajahnya. Menatap dengan agak ragu pada gadis yang tengah tersenyum lebar ke arahnya. "Siapa?"

Chloe mengulurkan tangan. "Chloe Roach, anak angkat keluarga Roberso dan putri tertua keluarga Roach. Aku adik dari Dean Roberso." Perkenalan yang cukup panjang. Dia tidak pernah benar-benar terlibat dengan Yohan di masalalu. Dia terlalu fokus pada kakaknya dan tidak pernah benar-benar memperhatikan orang lain.

Yohan bergerak, bukan menjabat tangan gadis itu melainkan melewatinya begitu saja. Mendekat sampai mereka hanya berjarak satu kepalan tangan. Yohan menunduk, membawa bibirny sejajar dengan telinga gadis itu yang memiliki anting perak berbentuk daun. "Aku tidak terlalu tertarik dengan putri tertua yang terbuang," ucapnya dengan suara pahit menggetarkan tubuh.

Chloe yang mendengarnya segera mendorong Yohan menjauh. Meski tidak bergerak pada doronganya, Chloe yang mundur membuat wajah mereka sejajar sekarang meski Chloe jelas harus mendongak untuk bertemu pandang dengan pria berengsek di depannya.

Sekarang dia ingat seperti apa Yohan, pria itu sama sekali tidak menyembunyikan keberengsekannya. Wajahnya tampannya selalu mendukung untuk dimaafkan tapi saat dia bicara hanya akan ada kalimat yang menyakiti pendengarnya. Dia bisa begitu berterus terang.

Tapi apa yang dikatakan Yohan memang benar, Chloe dibuang oleh keluarganya sendiri dan diadopsi oleh keluarga Roberso.

"Kalau kakakku mendengar apa yang kau katakan, dia tidak akan senang. Meski kau temannya."

Yohan menyeringai. "Benarkah?"

"Tentu benar. Kakakku tidak akan melepaskan siapapun yang menyakitiku."

"Maka aku menunggu sampai kakakmu datang padaku dan membalasku."

Chloe mendengus, dia bergumam menyebut pria itu dengan kata berengsek. Dia berusaha mengatakannya sekecil mungkin karena meski bermulut pahit, Chloe tahu kalau saat ini dia membutuhkan bantuan Yohan. Dia tidak bisa menyinggung pria itu sampai ke akarnya. Harus disisakan ruang untuk kebaikan.

"Hm?" deheman tanya itu menandakan Yohan mendengar gumaman gadis itu.

Chloe segera tersenyum dengan lebar. Dia menatap Yohan dengan lembut, meraih ujung lengan jaket pria itu. "Yohan, kudengar kau sedang tertarik untuk melakukan kerjasama dalam peralatan rumah tangga."

Bibir Yohan sedikit naik, senyuman licik itu disembunyikan dengan rapi. "Aku berniat. Kau hendak merekomendasikan sesuatu?"

"Sebenarnya, ada perusahaan kecil. Sangat kecil hingga kau mungkin mengabaikannya. Tapi perusahaan itu bisa diandalkan, mereka sedang mengembangkan penyedot debu terbaik. Tanpa suara dan tidak memakan ruang. Jika kau tertarik—"

"Tidak tertarik," potong pria itu langsung.

"Yohan!" seru Chloe hilang sabar. Sepertinya dia salah bahagia sesaat tadi karena mengenal CEO yang bisa memberikannya proyek ini. Lebih baik tidak mengenalnya dari pada mengenalnya tapi dia Yohan Contreras. "Aku akan mengatakan pada kakakku kalau kau membuliku."

"Bagaimana aku melakukannya?" Yohan bersedekap dengan tertarik.

"Kau benar-benar keterlaluan."

"Aku bisa saja melakukan kerjasama itu."

Chloe melebarkan pupilnya, senyuman tidak luput dari bibirnya. "Benarkah?"

"Ya. Kalau kau bisa meyakinkan aku."

"Aku akan menyerahkan dokumennya. Ada di koperku. Aku akan—"

"Aku tidak ingin kau meyakinkan aku dengan dokumen."

"Hah?"

Yohan memperhatikan tubuh gadis itu. Celana panjang dengan sepatu boot. Kemeja putih dengan jaket hitam. Tampak menarik dan menawan dalam detik yang sama. Dengan wajah cantik yang luar biasa mendukung, tidak ada yang dapat menolak keindahan rupa gadis tersebut. Apalagi tubuh yang begitu menggoda iman tersebut.

Chloe melihat bagaimana pria itu memandang tubuhnya. Dia segera memukul lengan Yohan kesal dan memeluk diri untuk menutupi tubuhnya dari pandangan Yohan. "Mesum!"

Yohan tertawa mendengarnya. "Mesum? Aku tidak melakukan apapun."

"Tapi kau—"

"Aku sungguh tidak memikirkan apapun. Jika ada yang kau pikirkan, maka kau harus memeriksa lagi, apakah aku mesum atau malah otakmu yang mesum."

My Beloved Baby (MIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang