⚠️🔞 Cerita ini berlabel 21+. Diharapkan kebijaksanaannya untuk melanjutkan membaca part ini atau tidak karena mengandung unsur dewasa.
Selamat Membaca 🌼✨❤️
“Lan? Kamu ngapain di kamar mandi?”
Ini adalah hari ketujuh Baskara dan Bulan resmi menjadi pasangan suami dan istri.
Setelah pernikahan, Bulan tinggal di rumah Baskara yang tentu saja sudah menjadi Bulan juga karena Bulan adalah istrinya.
Selama seminggu itu pula mereka belum pernah tidur bersama karena besoknya setelah menikah, Baskara memang punya agenda untuk mengunjungi perusahaan OEM yang membantu menghasilkan produk-produk perusahaannya.
Kebetulan juga Bulan tengah menstruasi hari pertama di hari pernikahan mereka. Hal yang tidak memungkinkan untuk mereka melakukan hubungan yang Baskara nanti-nanti sebelum pernikahan. Berbeda sekali dengan Bulan yang berharap untuk memundurkan jadwal melakukan itu bersama Baskara karena ia cemas dan takut.
“Bulan?” panggil Baskara.
Pria itu bersandar pada dinding kamar mandi dimana ia tengah duduk memeluk bantal dan menoleh ke arah walk in closet.
Ini kali pertamanya sejak ia resmi punya istri, ia masuk ke dalam kamarnya setelah melakukan perjalanan dinas.
“Dia ngapain, ya?” gumamBaskara yang memilih memandangi kado-kado pernikahan mereka yang menumpuk di sudut kamar yang satupun belum Bulan buka.
“Kamu tidur duluan aja, Bas!” samar-samar terdengar suara Bulan dari dalam toilet.Gadis itu berkaca pada cermin, seraya menatap dirinya.
“Dia ngapain sih manggil-manggil?” Bulan merapikan rambut panjangnya dengan jemari lentiknya.
Bulan berdecak. Dia gak pede keluar dari kamar mandi untuk berjumpa suaminya itu.Saat ia keluar, ia melihat Baskara tengah sibuk mengangkat dan memindahkan beberapa kado yang mungkin ingin Baskara buka bersama Bulan.
“Bas? Ngapain?” tanya Bulan yang tampak mengenakan piyama berwarna hitam berbahan katun tipis.
Baskara menoleh.
“Ah, ini. Mau buka kado. Ada kado sprei gak ya?” kata pria itu menebak hadiah yang kira-kira adalah sprei ataupun bedcover. Ia juga menebak hadiah dari teman SMA yang berjanji akan memberikan kado sprei sebanyak selusin. Daripada uang, Baskara lebih suka kado sprei dari teman-temannya. Apalagi kalau baju dinas untuk istrinya. Tapi teman laki-lakinya tidak mungkin memberikan itu kecuali teman perempuan Bulan sendiri.
“Memangnya jaman kasih sprei?” Bulan berjalan mendekat lalu melihat apa yang Baskara pilih.
“Kayaknya ini sprei gak, sih?” tanya Baskara memegang kado berbentuk kotak.
“Untuk apa sih? Kok kayak pengen banget hadiah sprei?” kening Bulan berkerut dalam.
“Kamu gak tau aja kalo abis nikah itu butuh banyak sprei buat ganti-ganti,” kata Baskara yang membuka kado, lalu tersenyum senang melihat hadiah sprei.
“Ini sprei, Lan,” kata pria itu sumringah, lalu hendak membuka kado yang lain lagi.
Bulan menerima sprei pemberian Baskara lalu ia letakkan di dalam lemari.
“Lan, ini sprei dari temen aku!” seru Baskara girang melihat kotak besar berisi selusin sprei beda warna.
“Senang banget keliatannya,” celetuk Bulan memandangi raut wajah sang suami. Ia ikut duduk di sebelah Baskara sambil melihat-lihat sprei berbagai motif yang tampak cantik dan berbahan bagus di hadapannya.
“Ya iyalah seneng.”
“Aneh, masa kamu suka kado sprei?” gumam Bulan yang membuka sebuah sprei berwarna hitam.
“Lan, jangan pake yang itu. Pilih sprei yang cerah aja,” kata Baskara.
“Aku cuma buka, kok. Bukan mau pasang sprei. Lagian sprei di kasur masih bersih,” kata Bulan.
“Ya justru itu, abis melakukan itu gak bakal keliatan nodanya karena spreinya gelap. Mending pilih yang cerah-cerah aja,” kata Baskara santai. Pria itu sesekali berseru senang melihat hadiah yang ia dapat. Tak lupa menuliskannya di dalam sebuah buku berisi daftar hadiah.
Maksudnya?
“Kamu ngomong apa? Kok aku gak ngerti?” sebelah alis Bulan naik.
Baskara menoleh dengan tampang menggoda. “Kamu udah siap mens belum?”
Degh.
Bulu kuduk Bulan merinding seketika mendengar pertanyaan itu.
“Belum, sih,” jawabnya.
“Oh, ya udah. Nanya aja,” kata Baskara. Pria itu sibuk mengurusi kado-kado mereka.
Seketika itu pula Bulan menatap horor sprei pemberian orang-orang untuk mereka.
Jangan-jangan sprei itu memang ditujukan untuk pengantin baru seperti mereka? Ia pikir hanya untuk sebagai stok sprei di rumah, tapi ternyata ada maksudnya!
“Bas? Aku tidur duluan, boleh? Pegel-pegel, nih...” Bulan ingin segera tidur agar hal yang ia takutkan tidak terjadi.
“Mau aku urut?”
“G-gak usah!” tolak Bulan cepat. Bisa terjadi yang enggak-enggak kalau ia sampai dipijit oleh Baskara. Gadis itu segera melipir ke ranjang dan naik ke atasnya. Tak lupa menyelimuti dirinya dengan selimut.
Baskara yang melihat itu hanya bisa tersenyum penuh arti.
End.
Part sebelumnya itu sebenarnya sudah dikatakan tamat. Dan ini dapat dianggap hanya bonus chapter.
Saya ucapkan terima kasih pada siapapun yang membaca cerita ini.
Mungkin cerita ini tidak/kurang mengandung nasehat, tapi aku harap bisa menghibur kalian.
Jangan ikutan mesum kayak Baskara, ya.
Oh, iya.
Kalau aku rajin, aku bakal buat cerita Bulan (Wonyoung) dan Baskara (Sunghoon) lagi. Tapi gak janji. Gak mau janji-janji, maunya sat set kayak Baskara.
❤️❤️
Thank you.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ 49. J - Our Sweet Dreams (Jangkku Ver)
Literatura Feminina"Ini kapan kita nikahnya?" ⚠️ Berisi keuwuan