EDDYR-3

224 50 5
                                    

"Ada luka yang tak terlihat,tetapi sangat terasa."
Freyan Imanuel Bagaskara


Heyo kembali lagi bersama saya bungul iya pintar mambunguli


P kabar kalian baik?
Semoga baik-baik saja ya


Oke sebelum lanjut alangkah baiknya follow terlebih dahulu kalau bisa, kalau ga bisa ya gapapa ga ada yang maksa


Jangan lupa vote and coment yak


Happy reading!


Enjoyyyy😼


**************
3.New Friends?

Freyan masuk kedalam kelas, seketika kelas menjadi riuh lantaran ada seorang murid pindahan yang baru memasuki kelas mereka, wajah yang cukup tampan di tambah tubuh yang cukup tinggi, serta memiliki mata berwarna biru muda menambah ketampanan Freyan

"Perkenalkan diri kamu dulu nak, biar teman-teman yang lain pada kenal,"ucap bu guru

"Kenalin nama gw Freyan Imanuel, Pangil aja gw Freyan."ucap Freyan singkat

"Udah itu aja?"tanya bu guru, Freyan hanya mengangguk

"Yaudah, kamu duduk di kursi yang kosong disana ya."ucap sang guru sambil menunjuk meja kosong di deretan sebelah kanan paling ujung

"Baik bu."ucap Freyan lalu ia berjalan menuju meja yang di tunjuk oleh sang guru tadi, setelah sampai di meja ia pun mendudukkan pantatnya kekursi

Seorang pemuda di depan Freyan pun berbalik badan dan menatap Freyan. Freyan pun menatap balik laki-laki didepanya

"Kenalin gw Revan."ucapnya sambil mengulurkan tangan

"Freyan."ucapnya singkat sambil membalas tangan Revan

"Baik anak-anak silahkan buka buku Ipa bab genetik halaman 76."ucap bu guru

Para murid pun kembali fokus ke pelajaran, tak terkecuali Freyan ia juga menyimak dengan tenang apa yang di sampaikan guru didepan kelas







Kring kring kring

Suara bel pun berbunyi pertanda kegiatan belajar mengajar tekah usai

"Baik anak-anak yang belom, boleh dikerjakan dirumah ya."ucap bu guru

"Baik bu."jawab mereka serentak

Bu guru pun pergi meninggalkan kelas, kemudian para murid pun berbondong-bondong keluar kelas menuju kantin, karena ini waktu istirahat pertama

"Kantin yok Fre,"ucap Revan mengajak Freyan ke kantin, Freyan hanya mengangguk sebagai balasan, ia pun bangkit dan berjalan mengikuti Revan

Mereka berdua pun kini telah sampai di kantin sekolah, suasan kantin yang begitu rame, hampir semua meja kantin terisi penuh, Revan pun mulai menelisik satu persatu meja duduk, barangkali ada temannya, tak berselang lama ada seorang siswa yang melambaikan tangan kepada mereka berdua atau lebih tepatnya kepada Revan

EDDYRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang