"Semua orang pasti pernah punya luka di dalam hidupnya. Tidak ada orang di dunia ini yang tidak punya luka. Bila ada orang di dunia ini yang mengaku selalu bahagia, percayalah bahwa sebenarnya dia sedang menyembunyikan lukanya, dibalik kata bahagia." - Langit Biru Hanggara
☘️☘️☘️
Terpaksa, Langit meninggalkan Jingga di sana bersama dengan pak Eko. Sebelum menunggu gadis itu siuman, karena dia mendapatkan kabar dari ibunya kalau ayah kandungnya datang ke rumahnya. Beberapa orang mungkin akan senang dengan kata ayah kandung, tapi tidak dengan Langit yang tidak senang mendengar ayah kandungnya datang. Selama ini, Langit sudah kehilangan sosok ayah, dia tidak pernah mengenal ayahnya. Tapi berkat mimpi di masa lalu, Langit tahu seperti apa karakter ayahnya.Langit pulang ke rumahnya yang sederhana itu dengan motor sportnya. Motor itu dibelinya bekas dari uang tabungannya sendiri dari kerja paruh waktu di sore sampai malam hati. Sebenarnya Langit memiliki pekerjaan paruh waktu sebagai bartender di sebuah cafe. Itu adalah pekerjaan yang bisa membantu ibunya untuk mencari nafkah.
Setibanya di rumah, Langit melihat ibunya sedang bersama dengan seorang pria dan seorang wanita berusia 30 tahunan yang berada di samping pria itu. Riasan di wajah wanita itu terlihat tebal. Matanya melirik Langit dengan tajam, tapi pemuda itu sama sekali tidak peduli. Dia melengos menghampiri ibunya yang sedang duduk di sofa. Tanpa menyapa pria asing dan wanita asing di rumahnya.
"Kamu udah pulang, nak?" ucap Monika dengan lembut pada putranya itu.
"Iya, Ma." Langit duduk di samping mamanya.
Dengan wajah datarnya, dia tidak menyapa atau melirik dua orang yang dianggap asing di hadapannya itu. Sebab dia sudah tahu, kalau yang ada dihadapannya ini adalah ayah dan ibu tirinya. Dua orang yang membuat hidupnya dan hidup ibunya menderita di masa lalu.
Pria yang memiliki banyak kemiripan seperti Langit, dari mulai wajah, alis tebal, tinggi badan. Terlihat mirip, orang-orang juga dapat melihat sekilas, kalau mereka ada ikatan darah. Pria itu terus menatap Langit dengan penuh kekaguman.
"Dia sangat mirip denganku. Dia benar-benar putraku, Langit."
"Nak, Mama kan tadi udah cerita ditelpon. Kalau papa kamu datang ke sini. Dia adalah—"
Langit langsung memotong perkataan ibunya. "Aku tahu dia papa aku. Tapi cukup sampai disitu aja, Ma." Maksudnya, dia hanya cukup tahu saja dan tidak berminat pada bagian yang lain.
"Apa maksud kamu, Langit? Cukup sampai di situ bagaimana?" tanya Monika pada putranya itu dengan kening berkerut. Doni, papa kandung Langit dan istrinya juga bingung dengan perkataan pemuda berusia 18 tahun itu.
"Aku cukup tahu aja Ma. Aku nggak ingin tahu yang lain," jawab Langit ketus. Tanpa mempedulikan perasaan orang-orang disekitarnya.
"Aku tidak ingin tahu apa-apa tentang ayah kandungku ... atau bahagia dengan kedatangannya seperti dulu. Setelah aku tahu, dia datang ke dalam kehidupan kita hanya untuk membuat aku dan mama menderita. Aku tidak akan mengulangi semua itu." Batin Langit yang tidak mau terjebak lagi dengan masa lalu. Sekarang dia akan menghindari masa depan yang buruk itu dengan menjauhi sumbernya.
"Langit, Papa ke sini untuk menjemput kamu, Nak. Ayo tinggal sama papa. Papa akan buat hidup kamu lebih baik dari di sini," tutur Doni Hanggara, ayah kandung Langit. Tujuannya datang kemari adalah untuk menjemput Langit.
Langit tertawa getir dengan tatapan mata mengejek pada Doni, setelah mendengar perkataannya yang menggelitik perutnya.
"Hahaha."
"Kenapa kamu ketawa? Memangnya ada yang lucu sama perkataan suami saya?" kata wanita yang merupakan istri Doni itu, dengan sinis. Dia memandang Langit dengan penuh kebencian, padahal ini pertama kalinya dia bertemu dengan Langit. Tapi dia sudah membenci anak laki-laki dari mantan istri suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru Jingga
Teen FictionDi malam pertama pernikahannya, Jingga dikhianati dan dihabisi dengan kejam oleh kedua orang yang dia sayang. Namun, Jingga tidak benar-benar mati, dia terbangun dan kembali ke masa lalu, saat usianya 17 tahun. Aneh tapi nyata, dia benar-benar kemb...