Telah dihitung sudah tiga minggu kematian guruku. Hokage ketiga tidak memberikan misi padaku mungkin ia pikir diriku perlu beristirahat sejenak. Padahal aku sedikit bosan akan hal ini semua. Daripada bosan aku lebih baik memperhatikan bagaimana Naruto berlatih saja.
Aku duduk dekat dimana latihan Naruto yang biasa dia lakukan selama ini. Aku lihat Naruto memanggil katak. Saat asap melihat Naruto nampak terdiam melihat anak katak yang terpanggil olehnya.
Dia sedikit kaget akan kehadiran katak tersebut. Aku tertawa melihat lucu dari adikku Naruto.
"Hey! Berikan harapan sedikit untukku!" kesal Naruto kepada Jiraiya.
Naruto pingsan setelah mengatakan hal tersebut. Kulihat Jiraiya nampak biasa saja melihat Naruto pingsan. Dia bangkit berdiri untuk memperhatikan Naruto.
"Selama tiga minggu, dia meneruskan latihannya atas keberaniannya sendirian," ujar Jiraiya.
Aku menghampiri Naruto untuk melihat bagaimana dia pingsan karena kelelahan. Aku menidurkan kepala Naruto di pahaku. Jiraiya memperhatikan diriku membuat aku heran.
"Kau murid dari Hayate?" tanya Jiraiya.
"Ya benar," jawabku.
"Darimana kau tahu tentang kedua orangtua Naruto?" tanya Jiraiya.
"Bukannya sudah kukatakan," jawabku.
Jiraiya menepuk kepalaku. Aku diam saja tidak mengatakan apapun tentang tindakan Jiraiya.
"Hiruzen-sensei berkata bahwa kau anak yang ceria seperti Naruto. Namun sekarang sifatmu layaknya seorang Uchiha," ujar Jiraiya.
"Aku kehilangan guruku. Malahan orang tersebut dengan tenang berkeliaran di desa ini," ujarku.
Jiraiya duduk di sampingku. Dia nampak kasihan padaku apalagi aku adalah murid satu-satunya dari Hayate.
"Orochimaru adalah sahabatmu Jiraiya-san?" tanyaku.
"Bisa dikatakan begitu. Dia kehilangan arah dan aku akan membawa dia kembali," jawab Jiraiya.
"Aku rasa sandaime-sama orang yang menjadi penyebab penderitaan dirimu dan adikku," ujarku.
"Mengapa kau berkata demikian?" tanya Jiraiya.
"Habisnya dia sebagai hokage tidak menangkap Orochimaru. Dia seolah tutup mata akan kejahatan yang dilakukan oleh Orochimaru. Kurasa Orochimaru adalah murid kesayangan dari Sandaime-sama," tebakku.
"Ucapanmu benar. Dia murid kesayangan guruku. Mengenai Naruto aku tidak tahu arah pembicaraanmu," ujar Jiraiya.
"Adikku tidak tahu tentang kedua orangtuanya karena peraturan dari Sandaime-sama. Setidaknya warga desa Konoha menghormati adikku sebagai pahlawan. Sayangnya warga desa mengganggap adikku sebagai rubah ekor sembilan," ujarku.
Aku mengelus rambut Naruto. Jiraiya nampak diam akan ucapan dariku. Aku membiarkan Naruto tidur kembali saja di atas bebatuan sungai.
Jiraiya membangunkan Naruto dengan cara menyiram air ke wajah Naruto. Aku tertawa melihat wajah Naruto yang kaget.
"Apa itu?!" kaget Naruto.
"Yang jelas, kau tidak punya perasaan," ujar Jiraiya.
"Oh! Ero Senin!" pekik Naruto.
"Setelah kau berlatih selama tiga minggu, kau masih pada level ini. Jika kau terus seperti ini tidak ada gunanya," ujar Jiraiya.
"Bukan begitu! Aku melakukan ini dengan segenap kekuatanku!" pekik Naruto.
"Aku mengerti itu, jika kau benar-benar ingin menguasai jutsu pemanggil, kau harus melakukannya seakan-akan kau akan mati atau tak ada gunanya sama sekali," ujar Jiraiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto (Saudara Tanpa Ikatan Darah)
FanfictionSeorang anak kecil yang kehilangan orang tuanya karena konflik berkepanjangan desa kirigakure terpaksa melarikan dari tempat kelahirannya dan malah tersesat di desa konohagakure Naruto hanya milik masashi kishimoto aku meminjam karakternya saja Star...