05. Magic 5

100 14 4
                                    

Aloo
Sebelumnya makasih banget yaa untuk yang udah baca dan like..💜

Happy Reading All
___________________________________

"Kenapa kalian bisa ngerasain apa yang gue rasain?"


Setelah kejadian di Pentas Seni 2 hari lalu, kini Naura, Rahsya, Gibran, Adara dan Irsyad tengah berkumpul di rooftop sekolah. Belum ada yang membuka suara. Mereka mungkin juga masih bingung, mau memulai dari mana. Benar-benar hening,hanya terdengar suara riuh angin berhembus. Sampai Rahsya membuka suara.
"Guys, gua tau kejadian kemarin emang janggal banget. Dan untuk itu kita di sini,jadi gua mohon, kalau kita mau tau apa yang sebenernya terjadi kita harus terbuka dan saling percaya satu sama lain."

"Tapi kejadian kemarin bisa juga kebetulan ga si? Ya.. menurut gue, mungkin aja kita sama-sama kecapean terus tangan kita sakit. Cuman ya timer nya aja yang barengan."  Kini Adara mulai berkomentar. Jujur dalam benaknya juga menyimpan banyak pertanyaan. Tapi pendapatnya tadi juga bukan suatu hal yang tidak mungkin.

"Menurut gua,entah kebetulan atau ga, gua tetep ngerasa ada yang aneh, secara yang sakit dari kita itu sama. Lengan kanan."Gibran ikut menimpali

Mendengar pernyataan Gibran tadi membuat ke empatnya tertegun. Benar juga. Lengan kanan. Hari itu, mereka merasakan sakit di bagian yang sama yaitu lengan kanan.

Walau belum terucap oleh masing-masing, pikiran mereka langsung tertuju pada satu hal. Tanda lahir mereka. Hal istimewa yang tidak semua orang punya.

"Em, guys karena dari awal kita dah sepakat untuk jujur dan terbuka, gue mau ngomong sesuatu."
Kini Naura yang membuka suara. Tanganya kemudian tergerak melipat lengan seragamnya, hingga memeperlihatkan tanda lahirnya, yang berbentuk huruf alif, huruf Hijaiyah.
"Jadi, gue punya tanda lahir yang menurut gua MasyaAllah banget karena bentuknya kaya huruf alif Hijaiyah. Dan gue, hah gimana ya ngomongnya, terserah kalian mau percaya atau ga, tapi gua, Bisa denger suara hati orang lain. Kalian sendiri gimana ada yang kaya gue juga?"

Yang lain terdiam, mungkin dalam hati mereka, mereka merasa lega karena ternyata ada orang lain yang menurut mereka "aneh".

"Gua juga punya tanda lahir huruf hijaiyah, tapi gue ga bisa denger suara hati orang. Gua ga tau ini termasuk aneh atau ga, tapi gua pinter bikin alat2 canggih yang bisa bantu gue sehari-hari." Kini Irsyad yang biacara.

Mendengar penuturan keduanya, yang lain yakin bahwa mereka memang bukan anak-anak biasa. Mereka tidak bisa pura-pura tidak tahu soal kelebihan mereka.

"Oke guys, kayaknya memang kita   ditakdirkan buat ketemu." Rahsya berucap dengan yakin. Yang lain menatap Rahysa dengan tatapan yang terlihat tidak keget. Mungkin, mereka juga menyadari hal tersebut.

"Biar lebih enak gini aja. Kenalin Gua Rahsya, Sama kaya Naura, Irsyad gue juga punya kemampuan yang ga umum dimilikin manusia biasa. Gua punya tenaga yang kuat banget. Mungkin gue juga bisa tumbangin pohon dalam 1 kali hantam." Rahsya yang tadinya duduk di bangku dekat tangga turun, kini mulai berjalan ke area tengah rooftop. Sampai di tengah ia mengulurkan tanganya ke depan. Dan dalam hitungan detik,tangan Irsyad kini berada di atas tangan Rahsya.

"Kenalin, Gue Irsyad, sama kaya yang gua bilang tadi, gue punya ketertarikan dan kemampuan di bidang sains dan teknologi. Gue bersyukur karena, dengan kelebihan ini gue bisa masuk ke SMA Mega Kreasi jalur Beasiswa."

Tak lama di atas tangan Irsyad kini sudah ada tangan adara.
"Gue adara, mungkin kelebihan gue bakal jadi yang paling aneh karena, gue bisa ngilang dengan bantuan gelang di tangan gue ini. Dan ini mbantu masalah gue banget."

"Gua Gibran, gue pecinta musik  yang ajaibnya musik gue bisa ngehipnotis orang yang gue kehendaki.  "  Ucap Gibran seraya meletakan telapak tanganya di atas tangan Adara.

Tatapan Mereka berempat kini tertuju ke arah Naura, seperti menunggu tanganya ikut menyatu dengan telapak tangan mereka yang tersusun padu.

Naura POV

Gue sempet ga berkedip lihat gimana reaksi orang-orang di depan gue ini. Hati gue sedikit tertohok, lihat gimana senyuman mereka yang bener-bener kelihatan bersyukur atas kelebihan yang mereka punya dan nerima apapun yang Sang pencipta, kasih ke mereka.

Ingatan Gue kembali berputar, di saat dimana, gue bahkan benci sama diri gue sendiri karena kelebihan gua yang gue anggep aneh. Jujur rasanya brisik. Gue Benci bukan karena gue beda dari yang lain, tapi gue kesulitan buat nemuin orang yang bener-bener tulus ke gua.  Dah Banyak makian, hinaan, dan kebohongan yang udah gue denger lewat suara hati orang,yang bahkan gue anggep sebagai orang terdekat gue.Bukanya lebih enak ga tau apa-apa?

Tapi lihat mereka berempat, pintu hati gue terasa mulai kebuka. Gua ga denger satu hal negative pun dari hati mereka tentang gue. Mereka tulus.

Gue berjalan mendekat ke arah mereka yang terus natap gue, seakan mereka bener-bener akan nungguin gue sampai tangan gua ada di situ. Bareng bareng sama mereka.
Ini mungkin jalan yang Allah kasih ke gua. Buat damai sama takdir gue.

Perlahan tapi pasti. Tangan gue kini berada di atas tangan gibran. Dengan senyum tulus yang entah sejak kapan gue tampilin.

Naura POV End

Naura menatap Rahsya, Irsyad, Gibran, dan Adara dengan penuh keyakinan. Terdengar satu helaan nafas panjang sebelum akhirnya dia berucap.
"Kenalin Gue Naura Arabel Laurelian,  gue bisa denger suara hati orang lain,  rasanya aga aneh jujur, seakan-akan gue bisa tau rahasia yang paling dalam sekalipun dari semua orang, lewat suara hati. Tapi ini takdir gue,dan gue bersyukur buat itu."

Yang lain tersenyum ke arah satu sama lain. Entah mengapa hati mereka terasa lebih lega saat ini. Namun tiba-tiba Adara memecah  keheningan.
"Eh, gimana kalau kita bikin nama kelompok? Buat kita gitu. Hehe."

"Wah boleh banget, biar geng di sekolah ini ga cuman The Beast doang haha, gimana pendapat anda pak Ketos?" Itu Gibran yang berucap seraya merangkul pundak Rahsya si ketos yang di maksud. Rahsya tersenyum.

"Ga papa si, asal gilanya ga nyaingin ,The Beast." Yang lain tertawa lepas.

"Apa ya nama yang kira-kira pas buat kita? 5 orang dengan kekuatan?"
Irsyad memegangi dagunya seraya berfikir. Yang lain juga sama.

Hingga mata kelima anak itu melebar. Senyuman nampak terukir di wajah anak-anak itu. Dengan pasti mereka menyuarakanya bersama.

"MAGIC 5!"
○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

Sementara itu, di Sudut kecil di fooftop sekolah, nampak seseorang dengan jubah hitam tengah melihat mereka diam-diam. Senyuman tertampang di wajah itu.

"Akhirnya kalian, menemukan satu sama lain."

Tbc
_________________________

Segini dulu yaaa, memang aga pendek karena isinya cuman nyritain awal dari mereka hehe.

Typo beterbagan..
Bagi yang mau kasih saran boleh bgt yaw

Dan jangan lupa tinggalkan jejakk👋👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

||MAGIC 5 (Our Destiny)||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang