CHAPTER 20

199 28 58
                                    

Rock Lee memasuki lift lebih awal, dibelakangnya ada Sasuke di mana tangannya dipenuhi oleh dua gelas kopi yang didapat dari kedai langganan para karyawan perusahaan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rock Lee memasuki lift lebih awal, dibelakangnya ada Sasuke di mana tangannya dipenuhi oleh dua gelas kopi yang didapat dari kedai langganan para karyawan perusahaan ini.

"Saku!" Sasuke menahan diri untuk memasuki lift ketika menemukan Sakura melintasi lobi dengan agak tergesa. Dia nampaknya datang lebih awal dari biasanya. Lihat, ketika karyawan lain baru sampai, dia sudah terlihat sibuk.

"Oh, Sasuke-kun." Ingin rasanya berbincang sejenak, tapi tidak untuk saat ini, tidak saat pekerjaan yang cukup banyak telah menunggu untuk diselesaikan. "Aku harus melakukan sesuatu."

"Ok, mau kopi?" Bukan sekadar kebetulan membeli dua gelas kopi, dia memang ingin menghampiri Sakura sejenak sebelum bertempur dengan pekerjaan yang memusingkan, 'kan Sakura juga ikut andil sebagai pendongkrak mood baik.

Gadis yang sedang memeluk lembaran dokumen yang cukup tebal itu mendekat ke lift. "Arigatou, kebetulan sekali. Tadi aku berangkat cukup pagi dan memang membutuhkan ini."

"Kau sudah sarapan?" Eh, yang ditanya malah sudah melesat pergi secepat itu. Sasuke agak lega ketika dia tak mengenakan high heels lagi seperti dulu, lagipula apa untungnya mengenakan sepatu merepotkan seperti itu.

"Maaf, anda berniat masuk lift, tidak?"

Oh, benar. Sasuke ingat bahwa dia cukup menghambat. Jadi buru-buru saja masuk ke lift yang tak terlalu penuh, mengambil tempat di samping Lee yang kemudian berbisik kepadanya mengenai rencana malam ini. Rencana khusus yang disiapkan untuk Sakura.

Dia baru tenggelam dalam saling berbisik itu, ketika mulai merasakan hawa yang kelewat dingin menusuk kulit dari sampingnya.

Sasuke menoleh dan menemukan tatapan tajam si rambut merah yang akhir-akhir ini sering disebut-sebut Sakura diiringi wajah cemberut. Jika Sasuke tak salah ingat, dia yang sempat saling berbisik dengan Sakura di pagi hari itu.

Sebetulnya, Sasuke tak terlalu peduli lagi terhadap keberadaannya. Toh kenyataannya tak ada apa pun di antara laki-laki ini dan Sakura. Sampai di mana dia terus-terusan melayangkan pandangan seperti ajakan berkelahi, dan itu sungguh sangat mengganggu.

Dia ini mengapa? Masih pagi juga, mau cari masalah? desis Sasuke, merasa terusik. Tentu saja dia cukup pintar mengatur raut wajah supaya nampak normal-normal saja.

Tapi jika saja dia memilih untuk menanggapi rasanya sungguh tak etis, mengingat perusahaan ini bukan kandangnya.

Harus sadar diri, Sasuke hanya tamu dan semestinya membawa nama baik perusahaan asalnya bekerja. Yasudahlah, abaikan saja. Lebih baik menanggapi obrolan Lee yang menyangkut pekerjaan.

Ingat, laki-laki ini seusia Sakura, yang bisa jadi pemikirannya belum sedewasa dirinya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STALKER || SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang