04. Obey Our Wishes

24 5 2
                                    

KRINGG!!

Bel istirahat berbunyi. Semua murid mulai berlomba lomba untuk menuju ke kantin. Setelah kemarin Kantin tutup, akhirnya sekarang buka kembali.

Dan katanya ada menu spesial.

Jeno dan gengnya ingin ke kantin juga. Tapi sebelum itu, mereka harus mengurus satu hal terlebih dahulu.

Chenle memberontak; meminta di lepaskan. Karena sekarang dirinya di bawa ke belakang sekolah (lagi) oleh Jeno dan yang lain.

Bruk!

Tubuh nya di hempas hingga membentur dinding yang sudah berlumut. Menyebabkan tanah kotor itu menempel di beberapa bagian punggung Chenle.

"Akibat lo nyebut nama kita, para orang orang sialan itu juga ikut ikutan ngomongin kita!!" Bentak Jeno marah.

Haechan maju dan hendak melayangkan satu tamparan. Namun Chenle menahan tangan nya.

Haechan tersenyum smirk. "Cih, udah mo ngelawan lo?"

Disisi lain, Jaemin maju dan langsung menjambak rambut Chenle.

"Akhh!"

"Traktir kita kalo lo gak mau kita hajar sampe babak belur"

Daripada empat oknum itu menghajar nya lalu meninggal kan bekas di tubuhnya dan berakhir sang Daddy curiga, lebih baik Chenle mengeluarkan uang saja.

"I-iya" balasnya pelan. Jaemin pun melepas jambakan di rambut Chenle.

"Biasanya anak orang kaya tuh pada sombong sombong, suka pamer, tapi, lo kok beda?" Renjun mendekat dan merangkul Chenle. Setelah nya berjalan menuju kantin. Diikuti oleh yang lain.

Karena Daddy enggak pernah ngajarin Chenle buat jadi orang sombong batin Chenle.



















































Setibanya di kantin. Semua pasang mata tertuju pada keempat nya.

"Gue yakin Chenle emang disuruh sama mereka"

"Jan mancing mereka deh, ntar mereka ngamuk haha"

"Kok gue malah seneng liat Chenle ketakutan?"

"Eh iya lagi, mungkin Jeno ama yang lain juga sama"

"Akibat terlalu formal mah gitu, jadi bahan bully"

"Si pencuri mangga Dateng tuh"

"Wuuu, ga bisa beli ya, makanya nyuri"

"Itu si Chenle katanya disuruh nyuri woi"

"Siapa yang nyuruh emang?"

"Jeno ama yang lain katanya"

"Langsung tanya aja ga sih biar jelas"

"Iya, Chenle, lo emang disuruh ama mereka?"

"Ato emang mo nyuri"

Telinga Jeno dan teman teman nya panas seketika.

Jadi bahan omongan satu kelas gak enak juga ya ternyata.

Renjun mendekatkan wajah nya pada telinga Chenle. "Bilang pada mereka, bahwa lo emang mo nyuri, bukan karena disuruh"

Karena tak kunjung mendapatkan respon. Renjun mencengkram pinggang Chenle dengan cukup keras.

Dengan terpaksa Chenle menatap ke arah mereka. "E-enggak, Chenle gak di suruh... Chenle... Chenle emang mo nyuri"

"Kan apa gue bilang, dia kemarin cuman gak mau di hukum sendirian, makanya ngebawa bawa nama kita!" Seru Jaemin di angguki oleh tiga orang lainnya.

Sorakan serta ejekan pun mulai terdengar. Chenle menahan tangis dan ingin pergi dari sana. Namun Haechan Manahan nya.

"Traktir kita dulu dong" kata Haechan.

"Kak, Chenle mau ke toilet" Chenle berusaha melepaskan tangan Haechan yang memegang tangan nya. "Ini, uangnya kak, tapi lepasin Chenle"

Mendengar itu, Jeno pun menyuruh Haechan untuk melepaskan tangan nya.

Setelah terlepas. Buru buru Chenle mengeluarkan beberapa uang dari dalam sakunya. Yang pastinya tidak sedikit. Dia pun menyerahkan uang yang entah berapa itu kepada Haechan.

Setelah nya berlari dari sana.

Haechan tersenyum puas saat melihat ada dua lembar uang seratus ribuan dan tiga lembar uang dua puluh ribuan.

"Kaya banget tu bocah, sampe sampe uang sakunya aja sebanyak ini" gelak Jaemin.

Keempat nya pun mulai memesan makanan.

Menguntungkan sekali bagi mereka.






























































Chenle terduduk di dalam salah satu bilik toilet. Dia menangis. Entah karena apa, tapi hatinya benar benar seperti di tusuk setelah kejadian tadi.

Hal itu membuat Chenle tak pantas ada.

Dia selalu bertanya tanya, kenapa dia ada di dunia ini?

Kenapa harus ada jika dia tidak tau apa arti hidup di dunia yang sesungguhnya.

Dia di siksa.

Entah apa salah nya dimasa lalu.

Dirasa sudah cukup lama dirinya mengurung diri di sana, dia pun beranjak menuju wastafel dan mencuci wajah nya.

Dilihatnya seseorang di pantulan cermin sana. Terlihat sangat menyedihkan.

Tangan kanannya terangkat untuk mengelus kepala nya sendiri. Dan ditambah dengan senyuman manis sambil bergumam. "Enggak papa, Chenle kuat kan, jadi gak boleh nyerah ama hidup"

Setelah nya dia keluar dari sana. Berjalan di koridor menuju kelas.

Namun, hendak masuk, dia malah di hadang oleh teman sekelas nya. Terlihat asing karena dia tidak tahu siapa nama mereka.

"Si pencuri mangga dah dateng nieh haha"

"Semiskin itu lo, sampe sampe harus nyuri?"

Chenle hanya menunduk. Membiarkan dadanya di tunjuk tunjuk oleh dua orang cowo di depannya itu.

Segala ejekan masuk ke dalam runggu nya. Hatinya terasa di iris secara perlahan.

Kedua cowo itu tertawa puas. Namun tidak lagi karena...

"Woi!! Sialan lo bedua!!" Teriak Haechan dan berlari menghampiri. Di belakang nya ada Jeno dan yang lain.

Haechan menarik kerah salah satunya. "Jan ganggu dia, karena dia mangsa gue"

"Sok sok-an mo ngebully juga, mending pergi deh kalian" sinis Renjun.

Kedua cowo itu pun ketakutan. Mereka lagi berhadapan sama preman sekolah ini. Apa gak ketar ketir? Daripada jadi ikutan di bully, mending mereka pergi aja.

Chenle menoleh sekilas lalu ingin masuk. Namun Jaemin menghalangi.

"Beruntung lo kita tolongin, gak tau terimakasih lo yee" Jaemin menggeplak pelan kepala Chenle.

"T-terimasih, kak" daripada mancing war, lebih baik Chenle ngejawab bae.

"Nah gitu dong, btw lo gak ada uang lagi?"

Chenle menggeleng.

"Ck elah, dikit banget, besok besok lo minta uang banyak ke orang tua lo, oke?"

"Jan diem bae, lo gak bisu kan"

"Oh ya, mulai sekarang turutin apa kata kita. Kalo lo gak nurut, siap siap badan lo bakal sakit"

'✓Pleace, Stop [Chenle]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang