Chapter 7: Rahasia Hujan Malam
.
.
Hujan tak henti-hentinya mengguyur Amegakure, memantulkan kilau lampu-lampu redup di jalanan kota. Naruto berdiri di jendela kamar penginapan, memperhatikan tetesan air yang mengalir. Meskipun tubuhnya kini lemah tanpa Kyubi, tekadnya tetap membara untuk memahami perubahan yang terjadi di dunia ini.
Di ruangan lain, Boruto duduk bersandar di dinding, wajahnya masam. “Tou-san benar-benar terlihat berbeda sekarang. Dia... tidak lagi memiliki kekuatan seperti dulu.”
Mitsuki yang duduk di dekatnya menatap langit-langit. “Naruto-san mungkin kehilangan Kyubi, tapi semangatnya tetap sama. Kau tahu itu, kan?”
Boruto terdiam, mendengarkan suara hujan yang deras di luar.
Sementara itu, Sarada bersama Sakura berada di sebuah ruangan kecil di lantai bawah, berbincang tentang langkah mereka berikutnya. “Amegakure ini tampak terlalu sepi, bahkan untuk ukuran sebuah kota kecil,” ujar Sarada seraya mengamati peta di depannya.
“Iya,” balas Sakura. “Dan aku juga merasa sesuatu yang aneh sejak kita sampai di sini. Rasanya... ada yang mengawasi.”
==========
Malam itu
Naruto, yang sulit memejamkan mata, memutuskan keluar dari penginapan. Berjalan tanpa arah, ia mencoba menghilangkan kegelisahan yang menghantuinya. Namun, langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara langkah kaki yang menghentak di atas genangan air.
“Siapa di sana?” Naruto bersiap, meski tubuhnya terasa lambat dibandingkan masa lalunya.
Seorang pria bertubuh besar muncul dari balik bayangan gang. Wajahnya tertutup topeng logam, dan di tangannya terdapat pedang besar yang memantulkan cahaya lampu kota. “Kau... Hokage yang kehilangan kekuatannya, bukan?”
Naruto menatapnya tajam, tapi tak menjawab.
“Aku dikirim untuk menguji apakah kau masih layak menyandang nama besar itu.” Tanpa peringatan, pria itu menyerang, melompat dengan kecepatan yang mengejutkan.
Naruto menghindar ke samping, nyaris terkena sabetan pedang besar tersebut. Meski tanpa Kyubi, insting bertarungnya tetap tajam. Dengan sigap, ia memanfaatkan momentum untuk menyerang balik, melemparkan shuriken yang tersembunyi di ikat pinggangnya.
Pria itu dengan mudah menangkis serangan tersebut, tapi Naruto sudah berada di belakangnya, melancarkan pukulan ke titik vital di punggung.
“Tidak buruk,” gumam pria itu sebelum berbalik dengan cepat, mencoba menyerang lagi. Namun sebelum ia bisa bergerak lebih jauh, suara keras menghentikannya.
“Cukup!” Sasuke muncul dari kegelapan, Chidori bercahaya di tangannya. “Siapa kau, dan apa tujuanmu?”
Pria bertopeng itu terdiam sejenak, sebelum tertawa kecil. “Ini hanya peringatan. Kami akan kembali.” Ia menghilang dalam kilatan asap, meninggalkan Naruto dan Sasuke di tengah hujan.
Sasuke menatap Naruto. “Kau tahu ini bukan pertemuan kebetulan, kan?”
Naruto mengangguk. “Ya, dan aku yakin ada lebih banyak yang terjadi di balik layar.”
==========
Keesokan Paginya
Sakura berkumpul bersama tim di ruang utama penginapan. Sarada membawa peta kota yang telah ditandai dengan lokasi-lokasi strategis.
“Pria bertopeng itu bukan dari Amegakure,” ujar Sasuke. “Kemungkinan besar dia dikirim oleh seseorang yang tahu kita ada di sini.”
“Apa mungkin ada hubungannya dengan kasus penduduk yang ditemukan mati secara misterius?” tanya Sarada.
“Bisa jadi,” balas Sakura. “Kita perlu memeriksa lebih jauh.”
Naruto yang duduk di sisi ruangan memandang mereka semua. “Aku setuju. Kita harus menyelidiki ini sebelum kembali ke Konoha. Sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di sini.”
Boruto, yang sejak tadi hanya mendengarkan, akhirnya angkat bicara. “Lalu apa rencananya? Apa kita akan mencari pria itu?”
Sasuke menggeleng. “Tidak. Kita fokus pada penyebab kematian aneh di kota ini. Itu mungkin kunci dari semuanya.”
==========
Misi Malam
Malam itu, Naruto, Sasuke, dan Sarada bergerak menyusuri gang-gang sempit Amegakure. Boruto, Sakura, dan Mitsuki tetap di penginapan untuk berjaga-jaga.
“Apa kau merasakan sesuatu yang aneh?” tanya Naruto kepada Sasuke.
Sasuke mengangguk. “Ada energi yang terasa asing di udara. Seperti chakra, tapi... berbeda.”
Tiba-tiba, Sarada menunjuk ke arah sebuah gudang tua di pinggir kota. “Di sana. Aku melihat sesuatu bergerak.”
Mereka bertiga mendekati gudang dengan hati-hati. Pintu kayu tua itu berderit saat Sasuke mendorongnya perlahan. Di dalamnya, mereka menemukan sesuatu yang mengejutkan: sebuah ruangan penuh dengan tubuh-tubuh penduduk yang terbaring tak bernyawa.
“Ini...” Naruto berlutut, memeriksa salah satu tubuh. “Mereka kehilangan seluruh chakra mereka.”
Sasuke menyipitkan mata. “Ini bukan teknik biasa. Ini... seperti jutsu terlarang.”
Tiba-tiba, suara langkah kaki bergema di belakang mereka. Mereka berbalik, dan seorang pria berjubah hitam dengan tanda aneh di dahinya berdiri di ambang pintu.
“Kalian tidak seharusnya ada di sini,” katanya dengan suara dingin.
Sasuke dan Naruto segera bersiap, sementara Sarada mengaktifkan Sharingan-nya.
“Siapa kau?” tanya Naruto tegas.
Pria itu tersenyum tipis. “Aku adalah utusan dari kekuatan yang lebih besar. Dunia kalian akan berubah, dan ini hanya permulaan.”
Tanpa peringatan, pria itu melancarkan serangan, memanggil makhluk besar berbentuk kabut gelap. Pertarungan pun dimulai, dan meskipun Naruto tanpa Kyubi, ia tetap menunjukkan kehebatannya dalam strategi dan kerja sama tim.
.
Akhir Malam
Setelah pertarungan yang panjang dan melelahkan, mereka berhasil mengalahkan pria itu, meski makhluk kabut gelapnya berhasil melarikan diri.
“Kita harus segera kembali ke Konoha dan melaporkan ini,” ujar Sasuke.
Naruto mengangguk. “Tapi sebelum itu, kita harus memastikan penduduk di sini aman.”
Mereka pun meninggalkan gudang tersebut, membawa informasi berharga yang bisa menjadi petunjuk untuk ancaman yang lebih besar di masa depan.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirror : Nanadaime Girl
AventuraNaruto sang Nanadaime sudah tiada tapi Sakura sang ninja medis terus berusaha menyelamatkannya dengan menyalurkan chakranya pada Naruto.Tetapi sang Nanadaime tetap saja tak kunjung membuka matanya. Kyubii yang bersedih atas kehilangan dan sangat men...