Chap 21

1.3K 88 54
                                    

"Kalian berdua ngapain?" Jemy memandang aneh kedua kakaknya. Jelas sekali kalau keduanya seperti akan berciuman.

"Jem.. Lo ngapain disini?" Dara cepat-cepat melepaskan diri dari Caca. Dia mencoba untuk bersikap tenang layaknya tidak terjadi apa-apa. Dara pun mulai menaiki tangga kolam sesantai mungkin.

Atensi Jemy kini seluruhnya jatuh kepada Dara yang sedang berjalan mendekatinya. "Harusnya aku yang nanya. Kalian ngapain?! Aku bukan anak kecil. Jadi tolong--" Jemy menarik napasnya sejenak. Dadanya terasa sangat penuh sekarang. "--kasih penjelasan yang masuk akal kalau kalian mau mengelaknya," lanjutnya dengan suara yang bergetar.

Dara menghela napas samar. Dia berharap Jemy tidak menyadari kegugupannya. Wajahnya memang tetap terlihat tenang, berbeda dengan jantungnya yang berdebar sangat cepat.

"Tenang Jem." Dara mengusap bahu Jemy lembut. "Ini ga seperti yang kamu pikirin."

"Alasan!"

"Jem!" Caca segera berjalan mendekati kedua adiknya. "Kamu gaboleh bentak-bentak Dara gitu. Dia kakakmu!"

"Kalian aneh! Kalian mau ciuman kan? Ngaku aja!"

"Jem, calm down. Ini udah malam." Lagi-lagi Dara mengusap sisi bahu Jemy. Dara berharap Jemy bisa mengendalikan emosinya. Dengan Jemy berteriak-teriak seperti tadi, hal itu hanya akan memperkeruh suasana. Bagaimana kalau kedua orangtuanya dengar? Bisa-bisa hubungan Dara dan Caca kandas sebelum dimulai.

Jemy menepis tangan Dara kasar. Napasnya memburu. Bagaimana dia bisa berpikir positif? Sangat jelas kalau kedua kakaknya tadi hampir berciuman. Dan itu di bibir. Tolong catat. Di BIBIR. "Ga ada saudara kandung yang hampir ciuman di bibir. Aku yakin kalian memang berniat untuk berciuman!"

Plak

Caca menampar pipi Jemy keras. "Jaga mulut kamu!" ucapnya sembari menunjuk wajah Jemy dengan sorot matanya yang tajam.

"Kak!" Dara segera menarik pergelangan tangan Caca agar menjauh dari tempat Jemy berdiri. "Kamu bikin masalah tambah runyam tau ga?"

Caca terdiam di tempat. Benar kata Dara. Harusnya dia lebih bisa mengontrol diri. Tadi, dia tidak bisa menahan emosinya yang tiba-tiba saja membuncah karena Jemy membentak Dara di hadapannya. Sesungguhnya, itu bukanlah alasan utama yang membuat Caca marah. Alasan utama Caca marah sampai menampar Jemy adalah karena Jemy mengatakan kejadian yang sebenarnya.

Jemy memandang kedua kakaknya dengan raut wajah yang datar. Tanganya bergerak untuk mengusap pipinya yang terasa panas akibat tamparan dari Caca tadi. Tidak main-main, tamparan Caca memanglah sangat keras, bahkan pipi Jemy sampai memerah dibuatnya.

"Jelasin!"

"Ada apa ini?!" Mendengar adanya keributan di sekitar kolam renang, ayah mereka pun akhirnya datang menghampiri. Dia berjalan sedikit tergesa mendekati ketiga anaknya yang terlihat seperti sedang bertengkar. Ya.. pada kenyataannya memang mereka sedang bertengkar.

"Kak Da---"

"--- ga ada apa-apa, Yah. Kita cuma ribut karena aku minta Jemy ngasih PS 5 nya ke aku. Tapi dia gamau."

"Bohong!"

"Kalian kenapa sih?" Sang ayah memandang heran ketiga anaknya secara bergantian. Ini kali pertama dia melihat ketiganya bertengkar dengan raut wajah yang sangat serius. Mereka memang biasa bertengkar layaknya kakak-adik pada umumnya. Namun, kali ini terlihat sangatlah berbeda.

"Ada ribut-ribut apa malem-malem gini?!" Keadaan semakin runyam tatkala ibunda mereka juga turut datang menyusul suaminya.

"Ga ada apa-apa, Bun." Dara segera menarik pergelangan tangan Jemy agar pergi menjauh dari sana. Dia tidak mau Jemy berkata yang tidak-tidak di depan kedua orangtuanya. Meskipun memang mungkin yang akan di katakan oleh Jemy nanti adalah sebuah kenyataan.

SISTER (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang