EP. 24

44 11 11
                                    

Dunia tidak seindah yang kita harapkan. Meski waktu berjalan begitu cepat tapi apa yang kita lakukan akan tetap terbuang percuma. Ada kalanya Ahra menyesali dirinya menjalani kehidupan yang terlihat tidak berguna. Menikah bekerja lalu sekarang bercerai, bahkan Ahra tidak begitu ingat kapan terakhir dirinya merasa bahagia karena jatuh cinta. Mungkinkah ketika pertama kali bertemu dengan Baekhyun atau mungkinkah ketika dirinya bercinta dengan Baekhyun?

Semuanya kini terlihat samar tidak jelas dalam ingatannya. Jika Ahra punya mesin waktu seperti cerita dalam film fiksi sepertinya Ahra akan menggunakannya dengan baik sebagai kenangan pengingat memori. Rasa sakit yang dideritanya membuat Ahra tidak memiliki tujuan hidup yang jelas meski berharap dalam tingkatan 1% saja.

Mati dan menghilang adalah hal yang patut Ahra syukuri sekarang. Dirinya tidak akan lagi merasakan sakit seperti ini jika ia mati nanti dan Baekhyun akan hidup bahagia tanpa ada beban atas Ahra lagi.

"Jika saja jatuh cinta itu mudah, mungkin aku bisa menerima Sehun apa adanya." Gumamnya menatap langit dengan sesekali mengusap lengannya yang terbuka terkena tiupan angin malam yang cukup dingin.

••

Sehun mendesah kasar setelah menurunkan tubuh Nari ke atas ranjangnya sambil melipat lengan kemejanya hingga ke siku. Pria itu menahan dumalan tertahan atas kekesalan di dalam hati lantaran sikap Nari yang semakin hari semakin tak terkontrol dengan baik. Jika itu karena mabuk dan sering pulang pergi dari bar ataupun kelab malam mungkin Sehun tidak akan menahan amarah seperti sekarang, sejak awal gadis Hwang itu memang hidup dengan dunia malam dan termasuk bebas. Tapi kali ini permasalahannya bukan itu melainkan Nari yang sering meminta sesuatu pada Sehun seperti diktator. Bahkan tak hanya sekali keposesifan Nari terkadang tidak masuk diakal untuk seorang pria seperti Oh Sehun.

"Oh Sehun." Panggil Nari dalam ketidak sadarannya.

"Wae?"  Bodohnya Sehun tetap menanggapi dengan begitu sabar.

Nari bangkit dari tidurnya lalu duduk menatap Sehun sambil tersenyum. Persis seperti orang gila setidaknya itulah penilaian jujur dari Sehun saat ini.

"Kau tidak akan pergi kemana-mana lagi kan?"

"Ini sudah larut malam, kau pikir aku akan pergi kemana memangnya?"

"Temani aku tidur malam ini. Hem?" Pintanya manja seraya mempautkan bibirnya menatap Sehun memelas.

Duduk di tepi ranjang menggenggam tangan Nari dengan lembut mengusap-usapnya hangat. Sejujurnya sikapnya ini tidak bermaksud untuk hal lain apapun, Sehun tetap hanya memandang Nari sebagai temannya-- tidak lebih. Tapi sebagai seorang pria dirinya pun cukup tahu benar jika gadis di hadapannya ini menyukainya dalam waktu yang lama.

"Geurae.. aku akan menemanimu tidur malam ini." Jawab Sehun tersenyum.

Setelah mendengar jawaban pria Oh itu, Nari pun kembali terbaring membiarkan ketidaksadarannya memeluknya dalam kelelapan tidur melepas lelah dan Sehun yang melihat kawannya sudah terlelap barulah bangkit berdiri sambil membenarkan selimutnya lalu pergi ke luar kamar sepelan mungkin.

"Sekarang aku tahu benar seperti apa yang kau rasakan selama ini." Gumamnya menatap pintu kamar Nari yang telah tertutup rapat.


🦋


"Bolehkah aku meminta sesuatu padamu?"

Pertanyaan Hyejin seketika membuat kunyahan Baekhyun terhenti dan mendongakkan kepala mengernyit bingung pada sang istri.

Ini masih terlalu pagi untuk mereka bertengkar lagi. Seingat  Baekhyun juga semalam mereka sudah benar-benar saling meminta maaf jadi kali ini masalah apalagi yang akan Hyejin bahas? --- ibu hamil sungguh mengerikan.

"Bisakah kau menunda perceraianmu dengan Ahra?"

"Mwo?"

"Aku seperti wanita jahat untuknya, meskipun memang benar. Tapi.. demi anak kita aku ingin menjadi seorang ibu yang baik mulai sekarang." Ucap Hyejin dengan serius.

"Byun Hyejin--"

"Arra.. kau pasti akan memandangku sebagai wanita yang tidak tahu malu atau apapun itu, tapi keinginanku hanya itu Baekhyun."

Baekhyun menghela nafasnya dengan begitu panjang sebelah tangannya bahkan sudah memijat kepalanya yang terasa sakit bercampur pening sekarang. Entah apa yang sebenarnya Hyejin inginkan tapi menghentikan perceraian sudah termasuk keterlaluan. Sejak awal Hyejinlah yang memintanya untuk segera menyelesaikannya lalu apalagi sekarang? Berubah pikiran? -- oh shit! Baekhyun sudah terlanjur sakit kepala dadakan saat ini.

"Apa perceraian seperti permainan untukmu? Yang bisa kau hentikan begitu saja? -- kau yang memintaku bercerai dengannya dan sekarang kau memintaku berhenti? APA KAU GILA HA?!!"

Teriakan amarah Baekhyun membuat Hyejin seketika menutup matanya. Ia tahu benar suaminya itu akan mengamuk seperti ini tapi mengalaminya sendiri Hyejin sungguh merasakan kesedihan yang berlipat-lipat hingga harus menahan mual akibat kontraksi.

"Maaf Baekhyun, maafkan aku."

"AKU BENCI DENGAN SIKAP MENYEDIHKANMU INI."

Setelah mengatakan itu Baekhyun pun segera pergi seraya mengambil jasnya yang tersampir di kursi tanpa berpamitan layaknya suami istri seperti biasanya. Mendengar suara pintu yang tertutup dengan kasar, Hyejin pun segera berlari ke arah toilet dan memuntahkan semua isi perutnya yang sudah tidak tertahankan lagi.

Wajahnya memerah bercampur pucat, tubuhnya lemas namun mualnya tak kunjung mereda. Meskipun hanya air yang keluar dari dalam mulutnya tapi kontraksi perutnya semakin menjadi. Pandangannya mulai melebur tak jelas topangan kedua tangannya pada wastafel hampir terlepas sebelum kedua kakinya melemas tak kuat hingga limbung terjatuh di atas lantai yang dingin. Ponselnya yang ikut terjatuh sedikit terlempar tak jauh dari tubuhnya. Berniat menghubungi Chanyeol untuk datang meminta bantuan namun kesadarannya sudah lebih dulu mengawang hingga menghilang tak sadarkan diri.


🦋


Baekhyun berjalan cepat mengabaikan orang-orang yang sempat menyapanya. Pikirannya sudah terlanjur kacau dan emosi yang menguar jadi ketika tangannya membuka ruangan Ahra dengan kasar lalu menguncinya di saat itulah keduanya saling menatap.

"Ada apa kau datang kemari sepagi ini?" Tanya Ahra berjalan mendekat.

PLAK!!!

Tamparan itu langsung Baekhyun layangkan pada Ahra tepat ketika wanita itu ada di dalam jangkauannya. Tidak ada tatapan teduh penuh kehangatan yang biasa Baekhyun lakukan pada sang istri seperti biasanya. Dan ini juga kali pertama untuk Baekhyun menggunakan fisiknya demi pelampiasan amarah. Bahkan tangannya kini terlihat bergetar setelah menampar Ahra.

Ahra menangis menatap tajam ke arah Baekhyun sambil memegangi pipinya yang memerah terasa panas. Tamparan Baekhyun sungguh menyakiti tubuh sekaligus hatinya.

"Tidakkah kau cukup egois untuk dirimu sendiri? Haruskah kau memanfaatkan Hyejin juga untuk masalah perceraian kita?"

"Aku maksudmu?" Tanya Ahra tidak mengerti.

"Hyejin sedang mengandung anakku dan aku tidak akan pernah membuat hidupmu tenang meski kita resmi bercerai nanti. Camkan itu!" Ancam Baekhyun.

[]

TWICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang