AS : 07

71 9 0
                                    

Disuatu tempat tersembunyi, tepatnya diruang bawah tanah yang berada di sebuah mansion. Sekelompok orang tengah berkumpul menghadap bos mereka yang memberi perintah untuk berkumpul. Penampilan orang orang itu sangat menyeramkan, terlebih wajah mereka yang beberapa diantaranya terdapat bekas luka. Bos mereka yang duduk di kursi kebanggaannya menatap para anak buahnya dengan wajah penuh amarah. Tak ada perasaan lain yang tergambar diwajah itu selain rasa amarah yang membeludak.

"Aku ingin kalian menghancurkan keluarga Dirga! Dendamku semakin besar karna ulahnya!! " teriak pria itu. Anak buahnya menatap satu sama lain hingga salah satu diantaranya bersuara.

"Tapi, apa anda yakin tuan? Masalahnya tuan Dirga memiliki kekuasaan yang sangat luas" ujar salah satu anak buahnya. Pria itu menatap anak buahnya dengan tatapan tajam.

"Aku tidak perduli, lagipula tidak ada yang mengetahui keberadaan kita. Aku ingin kalian menghancurkan keluarga Dirga, terutama pada keturunannya" ujar pria itu lagi. Semua anak buahnya mengangguk paham dengan tugas yang diberikan.

"Baik tuan Bryan! " seru sekelompok orang itu.

Bryan menyeringai senang. Tak ada yang tau sosok asli dirinya yang lebih licik lagi. Ia lah dalang dibalik aksi penculikan para anak kecil untuk dijual organnya dan juga ia lah dalang dibalik hilangnya para remaja untuk ia jual secara ilegal. Hal itu Bryan lakukan untuk mendapatkan uang dan menambah kekayaannya. Satu kata yang menggambarkan pria itu, Gila. Bryan itu gila, ia bahkan tidak memiliki rasa kemanusiaan dan hati nurani hingga bisa membuat tindakan keji itu.

"Berikan teror kepada keluarganya hingga mereka ketakutan lalu culik salah satu keturunannya. Atau lebih baik lagi, culik semua keturunannya! Aku ingin melihat wajah penuh penderitaan dari pria angkuh itu" seru Bryan. Namun tangan kanannya maju untuk berdiri di hadapannya.

"Tuan, kami tidak mengetahui siapa anak dari tuan Dirga" ujar salah satu anak buah Bryan lagi.

"Edward, bukankah anakmu menjadi teman salah satu dari putri Dirga? " tanya Bryan kepada asistennya yang bernama Edward. Edward yang mendengar hal itu mengangguk.

"Anakku memang menjadi teman dari salah satu dari tuan Dirga yaitu Venus" jawab Edward. Bryan mengangguk paham, kalau begini rencananya akan menjadi lebih mudah dan aksi balas dendamnya semakin lancar.

"Kau tau ciri ciri Venus? " tanya Bryan lagi, dan lagi lagi Edward mengangguk.

"Venus memiliki tubuh yang tinggi, rambut hitam sebahu, mata tajam dan kulit putih. Wajahnya hampir mirip dengan tuan Dirga" jawab Edward. Bryan yang mendengar itu menatap anak buahnya.

"Ingat baik baik ciri fisik anak itu! Mulai sekarang kirim teror kepada keluarga Dirga dan jadikan Venus sebagai incaran. Jika kalian mendapat perintah dariku lagi, maka bawa Venus kemari! " titah Bryan dan diangguki oleh semua anak buahnya.

Bryan tersenyum dan mulai beranjak dari ruang bawah tanah tersebut. Ketika keluarga Dirga mendapat teror dari anak buahnya, maka jika ia memerintahkan lagi Venus akan dibawa ke hadapan nya. Jika Venus berada di genggamannya maka Dirga akan bertekuk lutut dihadapannya. Ia tau seberapa Dirga menyayangi ketiga putrinya, terutama Venus.

***

Disisi Laura.

Laura kini tengah menyiram tanaman dihalaman rumahnya. Memberikan kesegaran untuk tanaman yang telah ia rawat semenjak pindah ke perumahan ini. Saat asyik menyiram tanaman, atensinya teralihkan oleh tiga bunga yang tertanam di pot yang berbeda. Bunga yang berbeda warna itu adalah hasil dari bercocok tanam ketiga putrinya saat mereka kecil, kini bunga itu sudah tumbuh dengan indah seperti ketiga putrinya.

"Astaga, bunga mawar ini sudah tumbuh dengan indah" gumam Laura kepada dirinya sendiri. Ia meletakkan selang air ke tanah dan berjongkok melihat bunga mawar milik ketiga putrinya.

"Yang merah ini milik Virgo, pink milik Mentari, dan yang putih ini milik Venus" gumam Laura lagi.

Ia tersenyum mengingat bagaimana semangatnya ketiga putrinya saat menanam bunga mawar yang saat itu masih berupa benih. Mereka terlalu bersemangat hingga tubuh mereka kotor dipenuhi tanah, bahkan sampai ke wajah. Namun bukannya berhenti, mereka semakin senang dan lanjut bermain lumpur setelah menanam bunga mawar ini.

Saat itu sangat indah, tak terasa kini ketiganya sudah dewasa dan menjadi mahasiswa.

TBC

Mon maap kalau alurnya nggak asik. El cuman berharap kalian masih mau baca dan vote cerita karya El.

Jangan lupa vote and share

See you

Amordan SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang