SATPAM BARU KAK AINA
.
.Setelah kejadian intim beberapa hari lalu, Arsya kini bersekolah seperti biasanya. Saat berpapasan dengan Faldi, keduanya sama-sama terdiam. Terlebih Arsya yang lebih banyak menunduk.
"Ar, dari tadi nunduk mulu perasaan." Tanya Issabel.
"Iya, gua perhatiin dari tadi. Ga biasanya!" Timpal Rexa disisi kirinya.
Kini, keempatnya sedang berjalan bersamaan. Fiza disisi ujung kanan, Issabel dan Arsya ditengah. Sedangkan Rexa disisi ujung kiri.
"Wow.. apa jangan-jangan....!" Tiba-tiba berceletuk yang membuat penasaran. Bahkan, Arsya kini ikut berhenti menghadap Fiza. Fikirnya sudah tak karuan, takut Fiza tahu yang sebenarnya.
"Jangan-jangan apa, Za?" Tanya Rexa.
"Jangan-jangan, tabir gaibnya Arsya kebuka terus liat penampakan!!!!" Serunya mendramatisir.
"Hyuh...."
Arsya, Rexa dan Issabel menghembuskan nafasnya lelah mendengar kalimat absurd dari Fiza. Untung saja, mereka bertiga sudah hafal tabiat hidup Fiza.
"Za, bisa ga sih, sekali aja, cara pikir kamu tuh yang normal kek."
"Lah, gua ini normal. Buktinya satu sekolah ma kalian!"
"Udah, udah. Ga usah berantem. Masih pagi. Yuk, buruan." Lerai Arsya.
Issabel dan Rexa berpisah dengan Arsya dan Fiza, mengingat dua temanya itu berbeda jurusan.
Tepat saat Arsya mendudukan pantatnya, suara bel masuk berbunyi nyaring. Menandakan kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai.
.
.
.
.
"Akhhh... Sshhh... Hmppphh..."Suara desahan itu terdengar cukup nyaring. Namun, karena keduanya berada dibekas gidang lama yang tak terpakai, alhasil tidak ada yang melalunya. Sehingga mereka berdua masih aman.
Revan terus memaju mundurkan mulutnya pada batang kejantanan Faldi. Sambil berjongkok, Faldi dengan cekatan memberi servis ternikmatnya. Sedangkan Faldi kini duduk dikursi kayu sambil bertelanjang dada. Celana panjangnya sedikit diturunkan sampai paha.
Faldi memejam menikmati jepitan mulut Revan. Akan tetapi, kini otaknya melayang jauh memikirkan seseorang.
"Akhh... Ar.... Shhhh.... Fuck..."
Faldi tanpa sengaja menyebut nama Arsya didepan Revan. Untung saja, Revan tidak begitu fokus akan ucapan Faldi, karena dirinya terlalu menikmati batang kontol jimbo milik Faldi.
Faldi membayangkan saat dirinya sedang dioral sex oleh Arsya beberapa hari lalu. Tiba-tiba, mata Faldi terbuka saat dirinya tersadar, siapa yang sedang mengoralnya saat ini.
Plop
Faldi mencabut kejantananya tiba-tiba yang membuat Revan bertanya-tanya.
"Ada apa, Kak?"
Tanpa jawaban, Faldi buru-buru memungut pakaian nya dilantai dan memakainya. Faldi kini sudah membenarkan celana dan resleting serta sabuk yang dia pakai.
"Gua cabut dulu!" Seru Faldi yang kemudian berlalu menuju pintu dan membukanya. Berjalan keluar meninggalkan gudang dengan ribuan pertanyaan dibenak Revan.
Revan masih terdiam ditempatnya. Tidak bergerak barang sedikitpun. Baru kali ini, Faldi menghentikan kegiatan nikmatnya. Padahal, sebelumnya bisa sampai meminta dua kali jika saat ada jam kosong.
Langkah kaki Faldi kini berjalan menyusuri Koridor lorong sekolah. Akan tetapi, saat dirinya melewati kelas Sebelas IPA, langkah kakinya terhenti tepat disamping jendela kelas. Mata elangnya menangkap sesosok remaja laki-laki yang sedang duduk fokus mendengarkan pelajaran yang sedang disampaikan oleh guru didepanya.
Wajahnya yang putih bersih. Serta hidung yang kecil mancung. Membuat kesan manis pada sosok yang sedang dipandangi oleh Faldi.
Tanpa sadar, bibir Faldi menyunggingkan senyuman manisnya yang tidak pernah dilihat oleh siapapun. Sekalipun Revan sang partner sex nya. Lengkungan senyuman yang siapa saja melihatnya, terlebih para siswi akan bersorak takjub melihat ketampanan senyuman Faldi yang tersembunyi.
Setelah beebrapa saat menikmati wajah Arsya, Faldi bergegas menuju kelasnya. Dengan langkah yang tenang. Sambil merapikan kancing seragamnya yang berantakan. Agar tidak dicurigai oleh siapapun. Sekalipun teman-teman basketnya.
.
.
.
.
.
"Inget, pesen Ibu. Jagain ponakan kamu. Jangan karena kamu jauh dari ibu terus kamu bisa bebas semau kamu!" Peringat sang Ibu."Siap Laksanakan." Jawab Arsya layaknya prajurit yang bersalam hormat pada komandanya.
Sedangkan sang Ibu hanya geleng-gelaeng kepala melihat tingkah sang putera. Arsya membalas ya dengan cengiran khasnya seperti biasa.
Sore ini, Arsya dijemput oleh kakaknya yang tertua, Aina. Arsya diminta untuk menjaga sang ponakan oleh kakak iparnya, Zaki. Mengingat, Aina dan Zaki ada undangan salah satu rekan kerjanya diluar kota. Sekaligus mengajak Arsya untuk menginap dirumahnya. Apalagi, esok adalah hari Minggu. Dimana Arsya free bebas dari sekolah.
"Sudah lengkap kan, Dek?"
"Sudah, Mas!"
Laju kendaraan roda empat itu keluar dari halaman rumah Arsya. Melewati jalanan besar sambil diiringi musik koplo kesukaan Zaki.
Setelah hampir satu jam, akhirnya kini keduanya sampai dirumah kakaknya. Rumah Aina dan Zaki bukanlah rumah mewah dengan segala kemegahan. Namun, rumah keduanya cukup luas dengan halaman depan dan belakang yang luas juga.
Terlihat dari kejauhan, seorang laki-laki tergopoh menghampiri keduanya dan membukakan pagar rumah yang menjulang tinggi.
"Widih, udah ada satpam aja sekarang, Mas!" Kelakar Arsya yang membuat Zaki terkekeh.
"Baru, dek. Sebulanan ada. Yah, jaga-jaga aja. Tau sendiri kan, keponakan tersayang kamu. Ga bisa diem. Apalagi kalo udah maen diteras depan. Bawaanya pen lari mulu. Makanya, Mas sama mbak mu sepakat buat nyari satpam. Biar aman, juga buat ngawasin keponakanmu juga." Jelas Zaki. Arsya hanya menganggukan kepalanya.
Pagar didorong kesamping oleh satpam. Zaki mengklakson sambil membuka jendela mobil mengicapkan terimakasih. Sekilas, Arsya melihat si satpam tersebut masih sangat muda sekali. Apalagi wajahnya begitu tampan.
"Tumben, satpamnya mudaan?!"
Zaki menjawab, "Iya, lagipula, dia gesit oraangya. Kerjanya juga bagus. Mskipun masih muda. Umurnya aja baru 28 tahun, Dek. Namanya si Irfan!"
Arsya lagi-lagi hanya menganggukan kepalanya. Ketika mobil hitam itu berhenti, Arsya bergegas keluar. Diteras rumah sudah disambut oleh Sang kakak dan tentunya dengan keponakanya yang menggemaskan.
"Babang...." Sakha, nama anak dari Aina dan Zaki meronta dari gendongan sang mama ingin turun menuju Arsya.
"Sakha.... sayang.,." Arsya buru-buru mengambil alih Sakha dari gendongan sang mama.
"Babang..." celoteh Sakha sambil tertawa riang, memeluk erat lwher Arsya.
"Sayang, OM ARSYA, bukan babang yah..." peringat sang mama.
Sakha berbalik menghadap kearah mamanya. "No, mam. Atu au babang!" Koreksi Sakha yang tidak mau memanggil Arsya dengan sebutan Om. Lebih memilih memanggilnya Abang sesuai yang dulu Arsya ajarkan.
"Udahlah, Kak. Lagian masih muda gini, manggilnya Om." Seru Arsya sambil memandang Sakha, Arsya berucap "Abang aja, Sayang!"
Sakha terkekah sambil menganggukan kepalanya. Melihat itu, menjadikan Aina pasrah. Sedangkan Zaki hanya tersenyum.
Dilain tempat, Satpam muda yang bernama Irfan itu melihat keakraban yang terjalin didepanya. Terlebih, baru kali ini selama sebulan dia bekerja, melihat sang adik dari tuanya. Sambil matanya tak lepas menatap kehangatan keluarga didepan sana.
.
.
.
Hy guys, kembali lagi nih. Btw, yg penasaran sama visual cast nya REVAN, sseperti biasa ya. Othor up di IG.Btw, ada yg penasaran ga nih sama satpam ganteng si Irfan ? (Irfan yg ini beda versi sama si Irfan di cerita Bian ya wkk.) Ngomongin soal Bian, jadi kangen hihi.... Irfan bakalan othor up di next chap. Semakin banyak vote dan komen, semakin cepet othor up nya hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
PELUH KENIKMATAN
RomanceMenceritakan tentang para remaja yang dilingkupi sex didalamnya. Cerita ini mengandung unsur LGBT. Bagi yang homophobia dilarang melirik. 35% scene di story ini real story. Jangan lupa selalu tinggalkan jejak setelah membaca.