Hallo!
Selamat datang di lapak Kenny dan Kien!❤🤍🤍
Semoga betah untuk menunggu dan membaca hingga ending, ya💙
Jangan lupa vote dan komen 🤍
Selamat membaca💙
••••
Kenny terus berlari mengelilingi lapangan. Napasnya sudah terengah, tetapi guru BK yang menghukumnya terus memerhatikan langkah larinya agar tak meninggalkan hukuman begitu saja.
Kenny telat berangkat sekolah. Ia juga tertangkap basah oleh guru BK saat sedang menyogok satpam sekolah dengan rokok dan uang agar Kenny dibukakan pintu gerbang.
Jadilah sekarang ia dihukum mengelilingi lapangan sebanyak 6 putaran.
Kenny itu... lelaki pendek dengan wajah imut. Kulitnya putih, bermata teduh, dan rambutnya juga memiliki poni. Ia sengaja memilih style rambut seperti itu, karena ia pikir wajahnya akan terlihat sangat tampan seperti member boyband korea kebanyakan.
Faktanya, Kenny benar. Ia memang terlihat tampan. Namun teman-temannya selalu meledekinya anak kecil karena wajah menggemaskan yang dimiliki oleh lelaki itu terkadang membuat banyak orang tertawa.
"Bunda..." Kenny mengeluh dan melangkah pelan. Padahal ia baru berlari 3 putaran, tetapi lapangan ini terlalu luas untuknya.
"Kenny! Semangat, dong!" Guru BK yang terus memerhatikannya berkacak pinggang sambil sesekali menepuk kedua tangannya untuk menyemangati. "Ayo, ayo, terus lari!"
Kenny cemberut. "Terus lari, terus lari, udah kaya lagi ikut lomba 17-an aja!" gerutunya kesal.
Ia menghampiri sang guru BK dengan tampang merengek. "Bu... saya ngga kuat, Bu..."
"Muka kamu ngga usah digitu-gituin, saya ngga akan tergoda! Emang kamu pikir saya Bu Mira yang selalu luluh sama tampang kamu?" marahnya.
Kenny mengusap kasar air keringat yang membasahi kedua matanya. "Bu... saya mohon, Bu..." ucapnya nelangsa.
"Engga, ya, Kenny! Hukuman tetep hukuman!"
"Eh, eh, ada apa ini?" Seorang guru berambut pendek dan sedikit berisi ikut menimbrung ke dalam situasi keduanya.
Kenny terlihat senang saat mengetahui siapa orang tersebut. Dia, bu Mira. Salah satu guru yang selalu luluh jika Kenny memelaskan wajahnya.
Sontak, Kenny berlari mendekatinya. Ia tersenyum kecil. Tatapannya terlihat begitu manis. Sengaja, untuk menarik rasa simpatik guru tersebut.
"Bu Mira..." sapanya.
"Bu Mira... Kenny dihukum," adunya dengan nada manja, membuat guru BK yang menghukumnya tadi merasa geram.
Ia langsung merauk wajah Kenny dengan telapak tangannya agar bu Mira tak luluh dan ikut membantunya lepas dari hukuman.
"Jangan luluh sama dia, Bu! Godaan dia dahsyat! Istighfar!"
Bu Mira menatap bingung keduanya sambil mengipas-ngipas dirinya dengan kipas kayu bermotif batik. "Kalian ini kenapa?"
Kenny mengusap-usap kasar wajahnya. "Bu Astrid ini kenapa, sih? Ngga suka banget kalo saya berinteraksi sama bu Mira?"
Bu Mira gemas sendiri melihat wajah marah Kenny. Ia merangkulnya. "Aduh, Bu Astrid, jangan marah-marah terus, dong. Bicarakan baik-baik semuanya. Dia ini murid, lho."
Bu Astrid, selalu guru BK di sana hanya memutar sinis bola matanya. Benar saja dugaannya jika guru itu luluh dengan raut Kenny.
Kenny memberi senyuman dan memasang wajah manisnya, membuat bu Mira semakin ingin membelanya.
Bu Astrid mencoba sabar. "Bu, saya tau Ibu udah anggap Kenny kaya anak sendiri. Tapi tolonglah, Bu. Dia ini saya lagi hukum lari 6 putaran. Biar disiplin."
Mata bu Mira melotot. "Enam putaran? Enam putaran kata kamu?!"
"Itu banyak banget, lho. Anak-anak bisa pingsan," ucap bu Mira yang terdengar lebay di telinga guru BK tersebut.
Kenny memasang wajah melasnya pada bu Mira. "Banyak banget, kan, Bu?" Kemudian ia menggulung bagian celana bawahnya hingga betis. "Liat nih, kaki Kenny sakit."
Bu Mira terlihat sedih. "Yaampun, Kenny..."
Tiba-tiba, ada jenggutan kencang yang menarik rambut Kenny hingga lelaki itu terus mengaduh sakit.
"Kamu ngga usah masang wajah so imut kaya gitu!" Bu Astrid geram sendiri, membuat bu Mira semakin tak terima.
"Bu Astrid, yaampun! Kok tega banget?!" Bu Mira mencoba menghentikan perlakuannya.
"Kenny!"
Suara lantang lelaki yang memanggilnya membuat ketiganya menengok ke arah suara.
Dia, Kien Evans Daviandra. Kakak kembar laki-laki Kenny yang selalu mendapat banyak pujian dari seluruh penghuni sekolah karena prestasinya.
Bu Astrid melepas jenggutannya pada rambut Kenny. "Nah... ini! Kakaknya dateng!"
"Kien, kalian tuh kembar tapi kenapa kembaran kamu ini selalu telat?" tanyanya.
Kien menghela napas sabar. "Maaf, ya, Bu. Kita ngga berangkat bareng soalnya."
"Saya aja yang gantiin hukuman dia, gimana?" usul Kien.
Kenny langsung menggeleng tak suka. "Engga! Ngga usah pencitraan lo di sini. Enek gue liatnya. Urus aja semua prestasi lo di sekolah. Ngga usah so peduli. Lagi pula gue ngga butuh peduli lo!"
Wajahnya tiba-tiba berubah serius. "Saya mau lanjut lari lagi, Bu."
Ia benar-benar lari melanjutkan hukumannya begitu saja, membuat bu Astrid dan bu Mira melongo dengan tingkahnya, kecuali Kien.
Lelaki itu menatap Kenny dengan tatapan yang dalam.
Kenny... selalu menjauhinya.
•••••
"Kata bu Astrid kamu dihukum? Selalu telat dan ngga ngerjain tugas?"
Dewi Aghnia, selaku ibu dari Kenny dan Kien bertanya dengan nada marah pada Kenny yang terduduk di sofa kamarnya.
"Kenapa, sih, Kenny? Kamu ada masalah apa?"
"Uang sekolah kamu kurang? Atau apa?"
Ia terus berbicara, tetapi Kenny hanya diam dan memandang kosong ke arah meja di depannya.
"Kenny! Jawab bunda!"
Kenny menghela berat. "Engga, Bun. Ngga ada yang kurang. Maaf."
"Kamu tuh manja. Beda sama kakak kamu. Heran bunda sama kamu!" Setelah mengatakan itu, ia melangkah pergi, meninggalkan Kenny sendiri dengan rasa kesalnya.
"Beda sama kakak kamu."
"Beda sama Kien."
"Kalian beda banget."
Sudah biasa Kenny mendengar kalimat-kalimat itu, dan ia tidak menyukainya.
Kenny ingin dianggap ada, tanpa ada yang membicarakan Kien di dekatnya.
Semua orang tak pernah mengerti.
Tidak ada yang mengerti sakitnya dibandingkan dengan saudara sendiri.
Matanya beralih ke arah bingkai yang berisi foto dua anak kembar sedang tersenyum manis beberapa tahun lalu.
Tak sadar, batinnya berucap, "Kien, kapan lo mati?"
•••••
Segitu dulu😍
Jangan lupa tinggalkan jejak 🍻🍻
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Satu Bayangan
Teen FictionKenny bukan Kien yang selalu dapat nilai bagus di sekolah. Kenny bukan Kien yang selalu berhasil membawa pulang medali dan berbagai piala penghargaan ke rumah. Kenny juga bukan Kien yang selalu membuat keluarga mereka bangga dengan segala pencapaian...