Chapter 25; Gempur

318 42 3
                                    


Suara kecipak air bergema di seluruh kamar mandi. Hawa panas mendekap pasangan suami istri yang tengah menuangkan rindu. Berbagai gaya dan posisi telah dieksplorasi oleh keduanya. Racau liar keluar dari bibir keduanya.

"Bilas?" tanya Clay setelah melepaskan cengkraman intim mereka.

"Bisakah aku bersandar dulu di sini?" pinta Honey menyandarkan tubuhnya pada tubuh Clay.

"Sudah terlalu kita berendam. Aku khawatir kamu kedinginan nanti," jelas Clay mengecup leher Honey.

"Aku bisa memelukmu sepanjang malam nanti," kekeh Honey.

"Bolehkah kamu menurut kali ini?" bisik Clay.

"Hump. Baiklah," Honey mengiyakan dengan terpaksa karena merasakan aura ketegasan Clay di balik bisikannya.

Clay mengangkat tubuh Honey perlahan. Honey menyalakan shower dan membilas tubuhnya. Dengan lembut, Clay mengusap bahu hingga punggung Honey dengan sabun beraroma vanilla. Dengan telaten Clay meratakan sabun di seluruh tubuh Honey.

Aliran air terus menerus mengguyur pasangan yang tengah berpelukan. Honey menyandarkan kepalanya di bahu Clay yang tengah mengusap lembut perutnya. Perlahan tangan Clay memijat lembut bagian gundukan dada Honey. Lenguhan Honey lolos dari bibirnya sedari tadi mengatup dan menahan.

"Jika lenguhanmu terus keluar, aku tak akan menahannya lagi," bisik Clay di telinga Honey sambil meremas dada Honey.

"Tanganmuuuu," lenguh Honey gemas menjambak pelan rambut Clay.

"Ada apa dengan tanganku, hmm?" jahil Clay makin meremas penuh rangsangan.

"Mmmh, Daddy!" desah Honey menarik kepala Clay mengambit bibir Clay.

Berjibaku kembali mereka di bawah guyuran air. Licinnya sabun membuat sensasi geli pada tubuh keduanya makin menggugah. Gesekan sabun dan kulit makin meningkatkan intensitas hentakan demi hentakan.

Layaknya tubuh yang dibubuhi lem, keduanya tidak saling melepaskan meski puncak telah dicapai. Belitan kaki Honey masih kencang mengungkung tubuh Clay. Lingkar tangan Clay pun seolah enggan melepaskan dekapannya. Keduanya terbuai dalam kenikmatan duniawi itu. Leher Honey melengkung menunjukkan kemulusannya. Clay membenamkan wajahnya di leher mulus itu.

Deru nafas pasangan itu saling memburu. Kelelahan dalam kenikmatan yang tak tergambarkan. Pendakian berkali-kali hingga menyentuh puncak tak terhingga telah mereka arungi. Helaan nafas perlahan mereda. Dengan pelan Clay menyandarkan tubuh Honey di dinding agar mudah baginya melepaskan belitan bagian intim mereka.

"Ahhh," desah Honey lolos ketika ia merasakan miliknya telah kosong kembali.

"Maafkan aku, Sayang," ucap Clay lembut ketika melihat wajah Honey yang tampak kelelahan.

"Aku menyukainya," jawab Honey dengan senyum tipis dan mata sayunya.

Clay mengecup mesra istrinya menandakan berakhirnya kegiatan panas mereka. Setelah bilasan terakhir, Clay membalut bagian bawahnya dengan handuk. Kemudian, ia membelit tubuh Honey dengan bathrobe dan menggendongnya ke ruang ganti.

"Tunggu di sini, aku akan mengambilkan pakaianmu," ucap Clay lembut.

"Aku yang seharusnya menyiapkan pakaian untukmu," jawab Honey cepat menahan tangan Clay.

"Lakukanlah itu mulai besok, Mami," ucap manja Clay mengelus kepala Honey.

Honey tersenyum senang. Perlakuan Clay yang tak akan bisa tergantikan oleh apa pun membuat Honey merasa sangat beruntung. Alih-alih memarahinya, Clay justru memberikan service yang luar biasa. Tidak terbayangkan olehnya jika bukan Clay pasangannya. Mungkin tak akan ia merasakan kasih sayang setulus dan sebesar ini.

CHAPTER HIDUP: DREAM FAMILY (LANJUTAN MY THERAPY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang