Kelinci.
Dia lagi.
Betapa muaknya aku mendengar kelinci disebut berkali-kali. Alangkah bosannya aku saat setiap hari di kepalaku hanya dia yang menari-nari. Tapi bagaimana lagi?Miris. Kadang rasanya aku ingin menangis saja. Membiarkan kedua bola mata bengkak karena hal tak berguna. Tapi, aku tak mau jatuh terpuruk menjadi manusia yang sangat bodoh.
Buat apa menangisi kelinci yang diseberang sana tertidur pulas karena lelah seharian?
Untuk apa memikirkan kelinci yang tertawa bahagia tapi sebabnya bukan karena ku?Aku melihat kelinci untuk pertama kali, hampir setahun yang lalu. Ah, sudah sering kuberitahu bukan?
Namun sampai saat detik ini juga, aku masih setia menggemarinya dalam diam. Aku masih meneguhkan hati saat pesan yang terkirim tak terbalaskan.
Yang benar saja. Kelinci tak akan mau membalas pesan dari orang tak dikenalnya.
'Kenalkan saja dirimu kalau begitu'
Hai tolonglah, aku tak cukup berani untuk melakukannya. Atau memang tak akan pernah berani?
Aku sok tahu, itu pasti. Selama ini berkoar bahwa kelinci itu begini begitu. Padahal pengetahuanku tentang dia pun belum sampai seujung kuku.
Berbicara dengan dia pun aku tak pernah. Mendengar suaranya hanya beberapa kali. Tersenyum padanya aku tak kuasa. Berada didekatnya saja jantungku meronta-ronta.
Bagaimana bisa kelinci menoleh kearahku. Sementara aku masih amat takut untuk membuka jati diri.
Aku takut nanti kelinci lari, pergi, kemudian hal itu akan menambah sesak dihati
Aku tak bisa apa-apa. Sementara yang lain bisa dekat denganmu kapan saja.
Teruntuk angin yang selalu berhembus pelan kearah kelinci. Untuk matahari yang menjadi sinar dan hangatmu. Untuk kawan-kawan yang teramat sering mendengar suaramu. Teruntuk mereka yang kapan saja bisa membuatmu tertawa.
Kelinci, katakan pada mereka semua. Kalau aku cemburu.
Cemburu karena angin saja dapat membelaimu. Cemburu karena matahari yang jadi sinar dan hangatmu, bukan aku. Cemburu karena setiap kau tertawa, bukan aku alasannya.
Kelinci. Aku cemburu. Benar-benar cemburu.
Pada mereka yang mampu mencuri perhatianmu. Sementara aku disini, mati-matian mencinta sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Melodi
Teen FictionKelinci dan Aku. Akan jadi apa kita nanti? Kapan melodi ini berhenti? Haruskah aku menunggu sampai aku tak jatuh cinta diam-diam lagi?