Bab 1: Pertemuan yang Aneh

2 0 0
                                    

Bab 1: Pertemuan yang Aneh

Nara selalu merasa dunia ini terlalu bising. Bukan dalam arti suara yang keras, tapi lebih kepada semua hal yang orang lain anggap penting-obrolan tentang siapa yang pacaran dengan siapa, atau apa yang terjadi di Instagram semalam. Itu semua terasa seperti kebisingan yang nggak pernah berhenti, dan Nara cuma pengen menutup telinga, mencari kedamaian di sudut-sudut kecil yang sering diabaikan orang.

Hari itu, seperti biasa, Nara memilih tempat yang sama-perpustakaan sekolah yang sepi, dengan rak-rak buku tinggi yang bisa membungkusnya dalam keheningan. Dia duduk di pojokan dekat jendela, melipatkan kaki di atas kursi, dan membuka bukunya. Kalau orang lain menganggapnya aneh karena lebih suka diam dan membaca daripada nongkrong di kantin, ya, itu bukan urusan mereka.

Tapi kemudian, ada yang berbeda.

Kaela.

Atau, lebih tepatnya, Kaela yang biasanya terlihat percaya diri, ramah, dan nggak pernah kekurangan teman, tiba-tiba muncul di depan Nara. Tanpa aba-aba, tanpa senyum lebar yang biasa menghiasi wajahnya. Kaela berdiri di sana, bingung mencari buku atau apapun yang entah kenapa membuatnya terlihat cemas.

Nara cuma melirik dari balik bukunya, merasa aneh melihatnya di tempat seperti ini. Kaela bukan tipe orang yang suka menghabiskan waktu di perpustakaan, apalagi sendirian. Biasanya, Kaela lebih suka dikelilingi teman-temannya, tertawa keras, dan memimpin percakapan.

Kaela melihat ke arah Nara sejenak, dan untuk sesaat, Nara merasa matanya yang tajam itu memeriksa dirinya lebih dalam dari yang seharusnya.

"Hey," suara Kaela terdengar agak canggung. "Buku ini... ada di rak mana ya?"

Nara mengangkat alis, agak terkejut dengan pertanyaan itu. Bukan karena pertanyaannya, tapi lebih kepada cara Kaela mengajukan pertanyaan. Seolah dia bukan Kaela yang biasa-gadis yang selalu tahu apa yang harus dilakukan. Wajahnya tampak sedikit cemas, seperti ada sesuatu yang nggak nyaman.

"Uhm, di rak paling atas, di sebelah sana," Nara menjawab, menunjuk ke arah rak yang lebih tinggi.

Kaela mengangguk, tersenyum tipis, lalu berjalan ke sana tanpa banyak bicara lagi. Begitu Kaela pergi, Nara kembali terfokus pada bukunya, meskipun pikirannya melayang. Ada sesuatu yang nggak biasa tentang Kaela hari itu. Sesuatu yang nggak bisa dia jelaskan.

Beberapa hari setelah kejadian itu, Kaela mulai muncul lagi di sekitar Nara-tapi kali ini, ada yang berbeda. Nara melihatnya di kantin, sedang duduk dengan teman-temannya, seperti biasa. Namun, anehnya, Kaela tidak tersenyum. Wajahnya datar, bahkan sedikit murung. Dia berbicara, tapi lebih sering mengalihkan pandangannya, seperti sedang berada di tempat yang tidak ingin ia datangi.

Nara merasa sedikit bingung, dan tanpa sadar, matanya mengikuti Kaela sepanjang waktu. Ada sesuatu di balik mata Kaela yang seperti menyimpan sejuta cerita yang tak diungkapkan. Kaela yang dulu ceria, penuh energi, sekarang tampak lebih rapuh, seperti sedang berjuang dengan sesuatu yang besar.

Di akhir pelajaran, saat bel berbunyi dan murid-murid berhamburan keluar, Nara berjalan ke lorong yang sama dengan Kaela. Tiba-tiba, Kaela berhenti dan menoleh ke belakang, melihat Nara dengan ekspresi yang berbeda. Lebih dalam, lebih serius.

"Eh, Nara, kamu nggak sibuk, kan?" tanya Kaela, kali ini suaranya lebih lembut, tapi ada sedikit ketegangan yang Nara rasakan.

"Hmm, nggak, kok. Kenapa?" Nara menjawab, merasa aneh karena Kaela tiba-tiba seperti ini. Biasanya Kaela akan sibuk dengan teman-temannya atau langsung pergi tanpa peduli.

"Aku... cuma butuh bicara, sih," Kaela mengangguk pelan. "Kamu nggak apa-apa kalau... kalau kita ngobrol sebentar?"

Nara mengangguk, walaupun dalam hati ia merasa agak bingung. "Tentu aja."

Kaela membawa Nara ke taman belakang sekolah, tempat yang biasanya sepi dan jarang ada orang yang lewat. Angin sore yang sejuk membawa aroma tanah basah dan bunga-bunga yang baru saja mekar, membuat suasana menjadi lebih tenang. Nara duduk di bangku panjang yang ada di sana, sementara Kaela duduk di sebelahnya, agak jauh.

Nara tidak tahu apa yang sedang terjadi. Keberadaan Kaela yang sedikit canggung dan berbeda membuatnya merasa seperti sedang menunggu sesuatu yang penting. Tapi, dia juga merasa ada semacam koneksi, meski keduanya nggak terlalu dekat.

"Aku tahu kamu pasti bingung," Kaela akhirnya mulai bicara. "Kenapa aku tiba-tiba ngelakuin hal-hal aneh, kan?"

Nara hanya diam, menunggu, merasa aneh untuk mengganggu perasaan Kaela yang sepertinya ingin mengungkapkan sesuatu yang penting. "Iya, aku bingung. Tapi, aku... nggak masalah kok."

Kaela menatapnya, lalu tersenyum kaku. "Aku cuma... lagi ngerasain banyak hal, dan kadang aku nggak tahu harus gimana. Orang-orang nggak ngerti. Dan aku nggak mau ngasih beban ke orang lain, jadi... aku bikin dinding ini, buat jaga diri."

Nara merasa seperti ada sesuatu yang tak terlihat di balik kata-kata Kaela, sesuatu yang sangat rumit. "Dinding?"

Kaela menarik napas panjang, menunduk sejenak sebelum akhirnya berkata, "Iya. Dinding itu yang bikin aku nggak selalu bisa jadi diri sendiri. Kalau kamu lihat aku berubah-ubah, itu karena... aku nggak bisa memutuskan siapa aku sebenarnya."

Suasana jadi lebih berat, dan Nara nggak tahu harus berkata apa. Dia bisa merasakan ada sesuatu yang lebih dalam di balik kata-kata Kaela, sesuatu yang nggak mudah untuk dipahami.

"Kaela... kalau kamu butuh bantuan, aku di sini, kok," kata Nara pelan.

Kaela menoleh dan tersenyum tipis, tapi kali ini ada kehangatan yang berbeda di mata Kaela. "Makasih, Nara. Aku cuma nggak tahu harus mulai dari mana."

Dan begitu mereka duduk di sana, dalam keheningan yang terasa berbeda, Nara tahu bahwa pertemuan ini bukan hanya tentang Kaela, tapi juga tentang dirinya sendiri. Tentang bagaimana mereka berdua akan berhadapan dengan sisi-sisi yang tak terlihat dalam hidup masing-masing.

Alterego sisi lain KaelaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz