Ketukan di pintu itu semakin keras, semakin mendesak. Jantung Nara berdegup kencang, suara detakan itu hampir seirama dengan langkah kaki yang semakin dekat. Dia memandang Kaela, yang terlihat semakin pucat, seolah ada sesuatu yang mengintai mereka—sesuatu yang jauh lebih gelap dan mengerikan dari yang Nara bayangkan.
Kaela menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Namun, Nara bisa melihat ketakutan di matanya—dan itu membuat perasaan Nara semakin kacau. Siapa mereka? Siapa yang benar-benar mengincar Kaela? Dan mengapa Kaela begitu takut untuk memberi tahu Nara secara lengkap?
"Kaela..." suara Nara bergetar, dan dia meraih tangan Kaela. "Kita harus pergi dari sini, sekarang."
Kaela menggeleng, suaranya hampir hilang dalam kebisuan ruangan. "Tidak... kita tidak bisa. Mereka sudah tahu kita ada di sini." Dia mengalihkan pandangannya, menatap ke lantai, seolah menghindari mata Nara. "Aku tidak bisa lari lagi."
Nara merasakan ketegangan itu semakin melanda. Apa yang dimaksud Kaela dengan 'tidak bisa lari lagi'? Siapa mereka yang terus mengejar Kaela? Apa yang sudah Kaela lakukan yang membuat situasinya begitu berbahaya?
Ketukan itu berhenti, digantikan oleh keheningan yang menggantung. Namun, Nara merasakan ada yang tidak beres. Ada sesuatu yang terjadi di luar sana, yang jauh lebih besar dari yang mereka berdua sangka.
Tiba-tiba, pintu kamar itu terbuka dengan suara berderak keras. Kaela berlari ke arah pintu, menghalangi jalan masuk, meskipun tubuhnya terlihat rapuh dan lelah. "Jangan masuk!" teriaknya, namun pintu itu didorong begitu saja, dan seorang pria besar dengan tatapan dingin memasuki ruangan.
"Kaela, kau pikir kita tidak tahu ke mana kau pergi?" pria itu berkata dengan suara serak, matanya menatap tajam. "Kau pikir kau bisa menghindari kami?"
Kaela mundur selangkah, tubuhnya gemetar, namun dia tetap berusaha menegakkan punggungnya. "Aku tidak tahu apa yang kau inginkan dariku," Kaela menjawab, meski suaranya sudah tidak terdengar seperti biasanya—penuh kepanikan dan ketakutan yang tertahan.
Pria itu tersenyum sinis. "Kau tahu persis apa yang kami inginkan, Kaela," katanya, sambil mengalihkan pandangannya ke Nara yang berdiri diam di belakang Kaela. "Dan sekarang, aku rasa kita perlu berbicara dengan temanmu ini."
Nara merasa seluruh tubuhnya kaku. Siapa pria ini? Mengapa dia menyebut Kaela seperti itu? Apakah dia bagian dari kelompok yang mengancam mereka selama ini? Tapi ada sesuatu yang tidak beres. Pria ini tampak mengenal Kaela terlalu baik, bahkan terlalu dekat untuk menjadi orang asing.
Tiba-tiba, pria itu bergerak cepat, menghampiri Nara dan menepuk bahunya dengan kasar. "Kau benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, kan?" tanyanya, dengan nada mengejek. "Kaela sudah terjebak di dalam permainan yang jauh lebih besar dari yang kau kira."
Kaela menggertakkan giginya, tapi dia tidak berkata apa-apa. Nara menatapnya dengan bingung. Apa yang dimaksud pria itu? Apa yang Kaela sembunyikan tentang dirinya? Apakah dia benar-benar terjebak dalam sebuah konspirasi yang lebih besar dari yang Nara bayangkan?
Pria itu mulai melangkah mundur, menatap Kaela dengan penuh amarah. "Kau tahu, Kaela," katanya, "Aku sudah diberi tugas untuk melindungimu, tapi kau membuat semuanya sulit. Sekarang kau harus memilih—antara menyelamatkan dirimu sendiri, atau mengorbankan orang yang kau sayangi."
Kaela terdiam, wajahnya seakan kehilangan warna. "Apa maksudmu?" Nara bertanya, suaranya penuh dengan ketegangan. "Apa yang sebenarnya terjadi, Kaela?"
Kaela menutup matanya sejenak, menarik napas dalam-dalam, kemudian dengan suara yang hampir tidak terdengar, dia berkata, "Nara, aku tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang. Tapi percayalah, aku... aku terjebak dalam sesuatu yang lebih besar. Orang ini... dia sebenarnya adalah bagian dari organisasi yang—"
Namun, sebelum Kaela bisa melanjutkan, pria itu kembali menginterupsi, "Jangan buang-buang waktu. Kami tahu kau punya informasi yang bisa menghancurkan kami. Jika kau tidak menyerahkannya sekarang, akan ada lebih banyak nyawa yang hilang."
Kaela tampak semakin tertekan, namun dia tetap mencoba bertahan. "Aku tidak punya pilihan," katanya lirih, matanya berkaca-kaca. "Mereka tahu semuanya. Aku tidak bisa menghindar lagi."
Tiba-tiba, Nara merasa ada yang sangat janggal. "Kaela... ada yang kau sembunyikan, kan?" tanyanya dengan suara tegas. "Apa yang sebenarnya terjadi? Aku berhak tahu."
Namun, Kaela hanya menatapnya dengan mata yang penuh penyesalan, sebelum akhirnya dia mengungkapkan sebuah pengungkapan mengejutkan yang akan mengubah segalanya. "Aku... aku bukan siapa-siapa di sini, Nara. Semua ini terjadi karena aku terlalu terlambat untuk tahu. Aku hanya... seorang pion dalam permainan besar."
Pria besar itu tersenyum sinis, seolah tahu bahwa permainan ini baru saja dimulai. "Kaela," katanya dengan nada menghina, "Kau tidak tahu siapa sebenarnya kami. Dan kini, kau sudah terlambat."
Kaela dan Nara terperangkap dalam situasi yang semakin gelap. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang mereka hadapi? Dan mengapa Kaela tidak pernah memberitahukan Nara sepenuhnya?
Apa yang harus mereka lakukan sekarang? Nara tahu, satu hal yang pasti—tidak ada yang akan sama lagi setelah malam ini.
CZYTASZ
Alterego sisi lain Kaela
Teen FictionKaela selalu merasakan ada yang berbeda dalam dirinya. Sejak kecil, ada perasaan aneh-sebuah kekuatan dalam dirinya yang tak bisa dijelaskan, seperti ada dua sisi dalam dirinya yang saling bertentangan. Ketika ia bertemu dengan Nara, seorang remaja...