Bab 10: Di Balik Bayangan

0 0 0
                                    

Kaela berdiri dekat jendela, menatap hujan yang turun dengan deras di luar. Suara tetesan air yang membentur kaca terasa sepi, hanya terdengar oleh dirinya sendiri. Di dalam ruangan kecil yang sempit itu, ketegangan di udara semakin terasa. Nara duduk di sofa, tangannya menggenggam erat ujung celana, ekspresinya cemas, seperti ada sesuatu yang terus menggerogoti pikirannya.

"Kaela," suara Nara pecah, memecah keheningan yang mengganggu. "Aku nggak bisa terus begini. Kenapa kita selalu dikejar? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kau sembunyikan dariku?"

Kaela menoleh dengan tatapan kosong, seakan mencari jawaban di dalam dirinya yang sudah lelah. "Aku nggak bisa memberitahumu semua, Nara." Suaranya pelan, hampir tidak terdengar, tapi ada beban yang tak bisa dia ungkapkan. "Aku... aku nggak ingin melibatkanmu lebih dalam."

"Kaela..." Nara mendekat, sedikit terburu-buru, wajahnya penuh rasa frustrasi. "Kau bilang itu berbahaya. Tapi aku berhak tahu, kan? Aku nggak bisa terus hidup dalam kebingungan ini."

Kaela menggigit bibir bawahnya, matanya menatap kosong ke luar jendela. Hujan deras membuat segalanya terlihat buram. "Mereka bukan orang sembarangan, Nara," katanya, suaranya semakin rapuh. "Aku nggak tahu siapa yang bisa dipercaya lagi."

"Maksudmu siapa?" tanya Nara, tak sabar menunggu jawaban yang sudah lama dia tunggu-tunggu.

Kaela terdiam, meremas tangannya. "Organisasi itu..." Katanya pelan, seakan tidak ingin kata-katanya terdengar. "Mereka mengendalikan banyak hal. Banyak yang kau tidak tahu. Aku—aku dulu bekerja untuk mereka."

Nara tercengang. "Kau bilang bekerja untuk mereka? Tapi... kenapa mereka mengejarmu?"

Kaela meremas bibirnya, menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Aku tahu terlalu banyak, Nara. Aku tahu lebih dari yang mereka ingin aku ketahui."

"Lalu apa yang mereka inginkan darimu?" tanya Nara dengan cemas, mendekatkan wajahnya ke Kaela.

"Mereka ingin menghentikan aku sebelum aku memberitahu siapa pun. Mereka... mereka ingin mengendalikan dunia ini. Aku tahu apa yang mereka rencanakan, dan aku nggak bisa tinggal diam." Kaela mengangkat wajahnya, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku takut kalau mereka berhasil, semuanya akan berubah, Nara. Mereka akan mengendalikan segalanya."

Nara merasakan ketegangan itu mengalir di udara, lebih berat daripada sebelumnya. "Kaela, kita bisa hadapi ini bersama. Aku nggak akan membiarkan mereka menyakitimu."

Kaela menatapnya dengan mata penuh keraguan. "Kau nggak tahu apa yang kau katakan, Nara." Dia menunduk, suaranya menjadi lebih pelan, hampir terisak. "Mereka lebih kuat dari yang kau bayangkan. Dan mereka nggak akan berhenti sampai aku hilang."

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan keras di pintu. Keduanya terdiam, dan Kaela melirik Nara dengan ekspresi cemas. "Mereka sudah di sini."

Nara berdiri, jantungnya berdegup kencang. "Apa yang harus kita lakukan?"

Kaela dengan cepat berjalan menuju pintu belakang, matanya waspada. "Kita harus pergi, sekarang."

Namun, sebelum mereka bisa berlari, pintu depan terbuka dengan suara berderak, dan seorang pria misterius muncul. Wajahnya serius, tubuhnya tinggi besar, dengan ekspresi yang menunjukkan dia bukan orang yang datang hanya untuk sekadar ngobrol.

"Kaela," pria itu berkata, suaranya tegas. "Mereka sudah menemukan jejakmu lagi. Kita nggak punya banyak waktu."

Kaela terkejut, namun ada rasa familiar di wajah pria itu. "Siapa kamu?" tanya Nara, matanya penuh curiga.

Pria itu hanya mengangguk, menatap Kaela dengan tatapan yang tajam dan penuh tekanan. "Aku bukan musuhmu, Kaela. Tapi kita harus pergi. Sekarang."

Nara menatap pria itu, bingung, dan kembali ke Kaela. "Kaela, apa yang terjadi?"

Kaela menatap Nara dengan mata yang mulai dipenuhi rasa takut. "Mereka tahu di mana kita berada. Kita nggak punya banyak waktu."

Pria itu mendekat, langkahnya tegas. "Kita harus pergi. Jika kalian ingin hidup, kita harus segera meninggalkan tempat ini."

Kaela mengangguk pelan, tatapannya kosong, namun ada sedikit keyakinan dalam dirinya. "Baik," katanya, meski hatinya masih ragu. "Tapi kita nggak tahu kemana."

"Kita hanya bisa bergerak," pria itu menjawab dengan suara keras dan penuh tekad. "Di luar sana, mereka sudah mengintai. Kita harus terus bergerak."

Nara menatap Kaela, mencoba mencari jawaban di matanya. Semua ini semakin membingungkan. "Kaela, siapa mereka? Kenapa mereka mengejarmu?"

Kaela menatapnya dengan ekspresi penuh beban. "Aku akan jelaskan nanti, Nara. Tapi sekarang, kita harus pergi."

Mereka bergegas keluar dari ruangan, Kaela, Nara, dan pria misterius itu berjalan cepat menyusuri lorong sempit menuju pintu belakang. Saat mereka keluar, udara dingin malam menyambut mereka. Namun, perasaan bahwa mereka masih sangat jauh dari aman membuat langkah mereka terasa lebih berat.

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: 6 days ago ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

Alterego sisi lain KaelaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz