Sepatu yang sudah terlihat kotor itu di simpan di atas rak sepatu yang ada di dekat pintu masuk rumah, anak itu Shaka yang baru saja tiba di rumah milik ayahnya. Rumah yang sudah lama terlihat sepi dan dingin itu menjadi teman Shaka selama enam bulan terakhir, tidak ada lagi kehangatan yang pernah terjadi lagi, tidak ada lagi canda tawa yang selalu memenuhi rumah tersebut dan setelah itu rumah ini digantikan dengan sepi dan juga dingin, hanya ditinggali oleh dirinya sendiri.
Setelah keputusan yang diberikan oleh kedua orang tuanya saat itu, Sakha sudah tidak mau lagi peduli dengan semua anggota keluarganya, meski perasaan rindu itu masih ada. Namun terkadang Shaka selalu mengirim pesan kepada Hika, dan Shaka sendiri sedih ketika mendengar kabar jika saudara kembarnya kini di rawat di rumah sakit karena sakit. Sebenarnya Shaka tahu jika Hikael sudah lama sakit, namun dulu Shaka tidak begitu memperdulikannya karena ayah dan bunda bilang Hikael hanya sakit biasa saja. Tapi beberapa minggu lalu, Ryan mengiriminya pesan yang katanya Hikael tengah sakit dan ternyata sakit yang diderita oleh kembarannya itu tidaklah biasa saja. melainkan sakit yang lumayan parah dan juga butuh donor untuk membuat Hikael bertahan hidup sedikit lebih lama.
Semenjak mendapatkan kabar tersebut Shaka tidak dapat berpikir jernih, isi kepalanya cukup berisik. banyak sekali beban-beban yang secara tidak langsung membuat dirinya merasakan stress yang cukup berat. Bahkan kegiatan buruknya yaitu menyakiti dirinya sendiri semakin parah, Shaka sendiri tahu jika itu tidak baik untuk dirinya, tapi Shaka tidak dapat berbuat banyak. Jika dirinya tidak melakukan hal buruk tersebut, Shaka seperti tercekik, Shaka tidak dapat menjabarkan lebih jelas bagaimana perasaannya ketika dirinya tidak bisa melakukan hal buruk itu. Dia sendiri tahu jika ini semua sudah sangat jauh dari batas wajar, tapi mau bagaimana lagi? seperti inilah cara Shaka untuk bertahan hidup dan juga menjaga agar dirinya sendiri tetap waras ditengah gempuran luka yang ia terima setiap waktu.
Uap yang berasal dari sebuah panci kecil yang dibawa Shaka ke meja makan itu terlihat sangat menggiurkan ditengah cuaca yang dingin seperti ini, Yap, betul sekali. Shaka baru saja selesai memasak menu makan malamnya, seperti biasa hanya mie instant tidak ada tambahan apapun lagi, karena hanya ini yang ada dirumah sekarang. Bahkan Shaka sudah lama tidak memasak nasi.
Shaka sendiri sudah dapat merasakan efek samping yang ia lakukan selama hampir setengah tahun ini, yaitu dirinya sesekali merasakan sakit yang sangat menyiksa pada perutnya hingga terkadang nafasnya terasa sesak, tapi bukan Shaka namanya jika dia memperdulikan kesehatannya. Bahkan hari ini saja Shaka sudah memuntahkan isi perutnya sebanyak empat kali, tapi sekali lagi Shaka sudah tidak perduli lagi bagaimana tubuhnya terus memberontak, dan setiap Shaka mengalami hal tersebut, anak itu tidak pernah mengkonsumsi obat meski hanya untuk meredakan sakit yang ia derita. Anak itu hanya meminum air hangat atau teh hangat. Dan kini tubuh itu semakin kurus, belum lagi Shaka sendiri mempunyai gangguan pada tidurnya, dalam sehari Shaka hanya dapat memejamkan matanya dengan tenang mungkin kurang lebih selama satu jam.
Shaka membuka ponselnya, tampilan layar depan Shaka masih sama, yaitu foto keluarganya meski di dalam foto tersebut tidak ada dirinya, tapi Shaka selalu menyukai foto tersebut. Dirinya selalu membayangkan bagaimana jika saat itu dirinya ikut untuk berfoto bersama keluarganya, tapi sayangnya saat itu Shaka sendiri tidak mengetahui jika semua anggota keluarganya memilih untuk berfoto bersama. Karena seingat Shaka, saat itu dirinya tengah berada di rumah temannya karena harus mengerjakan tugas sekolah, dan seingatnya itu dirinya juga sempat bertanya kepada bunda dan ayah, apa hari itu akan pergi untuk jalan-jalan dan kedua orang tuanya menjawab mereka tidak akan kemana-mana, maka saat itu dirinya memutuskan untuk mengerjakan tugas sekolah di rumah temannya. tapi setelah beberapa hari, dirinya menerima paket yang cukup besar, saat Shaka membuka paket tersebut hati Shaka terasa sangat sakit. Dalam isi paket tersebut dirinya dapat melihat wajah semua anggota keluarganya ayah, bunda, Ryan, Jevano dan juga Hikael yang tersenyum manis di foto tersebut tanpa dirinya.
Lalu setelah itu Shaka langsung bertanya kepada ayah dan bunda mengapa dirinya tidak di ajak untuk foto keluarga dan jawaban yang diberikan kedua orang tuanya membuatnya merasa memang mungkin dirinya tidak ada niatan untuk di ajak. Kedua orang tuanya itu mengatakan jika mereka tidak merencanakan itu semua, saat itu Hikael meminta untuk jalan-jalan bersama, tapi berujung bunda yang meminta foto keluarga. yang menjadi pertanyaannya sampai saat ini, apa tidak bisa kedua orang tuanya tidak bisa menunggunya untuk foto bersama? itulah yang selalu ingin ditanyakan kepada kedua orang tuanya, tapi Shaka tidak mempunyai lagi rasa penasaran dirinya terlalu takut jika hatinya akan merasakan sakit lagi.
Bahkan semenjak perpisahan kedua orang tuanya, foto itu masih terpajang disana. di ruang tamu. Shaka tidak ada niatan untuk mencopot foto tersebut, meski setiap melihat foto tersebut sering membuat hatinya sedikit nyeri.
Setelah menyelesaikan makan malamnya, Shaka masuk ke dalam kamarnya dengan segelas air hangat. lalu setelah itu dirinya berbaring di atas kasurnya. sebenarnya sejak kemarin tubuh Shaka sudah meminta untuk diistirahatkan, ingin istirahat dengan puas, tapi kepalanya tidak pernah tenang sama sekali.
"Capek banget hidup kayak gini, pengen nyerah aja.."
21 November 2024
YOU ARE READING
S A K H A
Fanfiction⚠️Semua cerita ini adalah fiktif. Dimohon untuk pintar dalam memilih cerita. Jika ada narasi atau lain hal yang buruk, sangat dimohonkan untuk tidak ditiru⚠️ Menyerah lebih baik daripada bertahan. karena pada dasarnya dirinya kembali ditinggalkan se...