"Seul! Seul-A~!"
Yoona, gadis cantik berseragam SMA, berlari setengah berlari, sesekali meloncat kecil seperti peri, menghampiri temannya yang sedang berlatih piano di ruang latihan balet di gedung les balet. Temannya, Seulha, tengah mempersiapkan diri untuk pertunjukan balet yang akan segera digelar. Pertunjukan besar itu akan dihadiri banyak orang dari kalangan atas, dan meskipun tampak tenang dan terlatih, Yoona sangat gugup.
"Ada apa, Yoona? Ada pesta atau makanan enak?" tanya Seulha sambil menggoda, tertawa kecil melihat Yoona yang tampak begitu gembira.
"Tentu saja tidak ada. Kalau ada, kita duluan yang diundang," jawab Yoona, sedikit terkekeh. Seulha selalu tertarik pada makanan, terutama makanan di pesta. Yoona tahu betul betapa Seulha menyukai itu. "Tebak, apa yang paling membuatku gembira selain fakta bahwa aku ini manusia normal, favoritmu selain orangtuamu?"
Seulha berpikir sejenak, mencoba menebak jawaban sahabatnya itu. "Hmm... Liburan latihan band diperpanjang? Atau... pacarmu, ketua OSIS Kyung-soo, akhirnya melamar? Wah, dia benar-benar gila karena kamu!" Seulha menyeringai dengan mata berbinar, tetapi Yoona hanya menggelengkan kepala.
"Semua salah," jawab Yoona sambil tertawa riang. "Kalau dia melamar, pasti akan kutolak! Aku masih SMA, ingat. Dan dia tidak mungkin segila itu."
Seulha tertawa mendengar jawaban itu. "Dia cukup gila bagiku! Ketua OSIS yang dihormati karena aturan ketat dan disiplin, tapi membiarkanmu masuk meski telat dan tidak melaporkan kita setelah bolos di depannya. Bahkan pernah membantu kamu memanjat dinding dan ikut bolos hanya agar bisa kencan denganmu! Kalau kau lupa bawa buku PR, dia dengan senang hati mengubah namanya di buku PRnya dan berdiri dihukum di luar kelas!"
Yoona tertawa dan semakin tersenyum lebar. "Ah, kau semakin membuatku menyukainya. Sepertinya aku berubah pikiran! Kalau dia melamar sekarang, aku pasti akan jawab 'iya'! 'I will marry you~!'"
Seulha menyindir, "Hah, masih sekolah, kasihan masa depan anak-anak kalian nanti."
Yoona terkekeh, lalu menepuk keningnya. "Oh iya, hampir lupa. Seulha-a! Pangeran tampanku, bias-ku, Ji Hoo, akan datang melihat penampilanku! Aa! Senangnya~!"
Seulha terkejut. "Hah? Bias-mu? Pangeran tampan... Si Juhon?"
"Juhon..juhon apanya? Ji hoo, tau namanya.yoon ji Hoo." Meralat nama yg disebutkan sahabatnya, yg terkekeh minta maaf. Sebelum dengan penuh semangat menjawab Yoona menjawab penuh semangat, "Ji Hoo! Pangeran es F4! Dia akan datang! Aku nggak sabar! Mimpi apa aku semalam ya? Semoga aku bisa berfoto dengannya! Bahkan kalau hanya tanda tangan saja sudah cukup, aku akan menjadikannya harta keluarga masa depan!"
Seulha masih bingung. "Apa sih spesialnya dia? Aku nggak mengerti kenapa kamu bisa mengidolakan dia begitu, apalagi sejak kecil."
Yoona tersenyum penuh makna. "Kau akan mengerti kalau bertemu langsung dan melihat matanya. Aku yakin suatu saat, kau lah yang bisa mengeluarkan dia dari es kesepian yang mengurungnya."
Seulha melongo. "Kesepian? Tapi dia kan punya tiga sahabat dari kecil yang selalu bersama."
Yoona menggelengkan kepala dengan penuh keyakinan. "Kau akan tahu. Seperti yang aku katakan dulu dan sampai kapan pun... Kau lah belahan jiwanya."
Seulha tertawa kecil. "Dan seperti yang selalu aku katakan... Kalau benar begitu, kau harus segera konsultasi dengan eomma-ku. Takutnya semakin parah."
Yoona hanya tertawa mendengar respon Seulha, sementara Seulha memilih kembali memainkan pianonya, lebih memilih untuk melanjutkan latihan daripada membahas hal-hal aneh yang datang dari sahabatnya yang terobsesi dengan idolanya. 'Lagipula, Ji Hoo itu second male lead di dunia ini. Mencintai second lead adalah definisi nyata mencari penyakit sendiri. Dan aku bukan masokis yang suka dengan rasa sakit.'
=====
"Ini kapten. Kita akan tiba di pulau Metr sebentar lagi. Semoga perjalanan anda menyenangkan di caledonia baru, Surga caledonia baru".
Pemberitahuan dalam bahasa Inggris fasih dari kapten pesawat pribadi baru milik jun pyo, membangun seulha dan para tokoh utama di Drakor Boy over Flower--F4 dan jandi juga Gaeul-- dari tidur mereka.Seul-ha terbangun dengan tarikan napas pendek, kelopak matanya perlahan membuka, mencoba menyesuaikan diri dengan pencahayaan kabin yang redup namun mulai meningkat. Ia duduk lebih tegak, mengusap tengkuknya dengan satu tangan, merasakan kekakuan leher akibat posisi tidur yang kurang nyaman. Sejenak, dia mengerjapkan mata untuk mengusir kantuk yang masih menggantung, berusaha kembali sadar sepenuhnya.
"kita sudah sampai! Ayo bangun! ".
Namun, sebelum pikirannya benar-benar fokus, suara pengumuman dari pengeras suara memecah keheningan kabin.mengingatkan semua penumpang untuk bersiap menyaksikan pemandangan spektakuler yang sebentar lagi akan terlihat dari jendela pesawat.
Disusul suara khas Woo-bin yang santai terdengar. Tepat saat itu, kedua matanya bertemu dengan sepasang mata lain di depannya-mata cokelat hangat yang perlahan menyipit karena pencahayaan.Yoon Ji-hoo, pria yang duduk tepat di kursi berlengan yang sama, depan Seul-ha, juga baru terbangun. Mengangkat tangannya, ji hoo mengusap wajahnya dengan lembut, mencoba mengusir sisa kantuk yang masih membekas. Mata cokelatnya tampak tenang, memancarkan kehangatan yang tak terduga, tapi juga menyembunyikan kelelahan. Saat pandangannya mulai fokus, dia menyadari bahwa tepat di depannya, seseorang juga baru saja bangun. terlihat sedikit bingung sebelum pandangan mereka bertemu.
Seul-ha menahan napas, 'bahaya, pesona polos second male lead sangat mematikan', merasa canggung dengan tatapan yang terlalu lama itu, dan dengan cepat memalingkan pandangannya ke arah jendela, mengabaikan detak jantungnya yang tiba-tiba tak karuan. Menyandarkan tubuhnya ke kursi, mencoba kembali rileks sambil melonggarkan otot-otot yang terasa tegang. Matanya melirik ke luar jendela kecil di sampingnya, berusaha fokus pada pemandangan. Perlahan, bayangan surga tropis mulai terlihat, di mana air laut yang biru jernih berpadu dengan hamparan pasir putih dan hijau pepohonan di Pulau Kaledonia Baru.Seul-ha hanya diam, membiarkan dirinya larut dalam keindahan yang terbentang di hadapannya. Pulau itu memang pantas disebut surga, tak memperdulikan teriakan terkejut Geul dan Jandi.
Mata coklat pemuda yoon--mesekipun singkat, namun terasa seolah waktu seolah berhenti-- berhasil menangkap sesuatu dalam sepasang mata hitam pekat yang tampak seperti menyimpan kedalaman yang tak terungkap. ada kekosongan? dan luka? tersembunyi di tatapan gadis itu, sebelum kembali tenang dan pecaya diri.
Ji-hoo tetap diam, tak mencoba mengejar momen yang terlewat. Dia mengalihkan pandangannya ke jendela di samping, tetapi pikirannya masih bergelut dengan gambaran singkat dari mata itu. Ada ketenangan yang aneh dalam tatapan hitam itu, seperti langit malam tanpa bintang, namun mengisyaratkan badai yang tersembunyi di bawahnya. choi seulha, berbeda dengan jandi yang seolah ingin terlihat dimatanya... seulha tampak tak ingin terlalu terlihat dimata nya maupun ketiga anggota F4 lain, dekat tapi berbatas.
Di depan, Ji-hoo kini menoleh ke luar jendela di sampingnya, pandangannya seperti terhanyut, jauh lebih dalam dari sekadar menikmati pemandangan. Ada keheningan di antara mereka, tapi di dalam hati Seul-ha, pertanyaan mulai muncul. Apa yang ada di pikirannya?
seulha, diam-diam sedikit melirik Ji-hoo di depannya yang kini menoleh ke luar jendela di sampingnya, pandangannya seperti terhanyut, jauh lebih dalam dari sekadar menikmati pemandangan. Ada keheningan di antara mereka, tapi di dalam hati Seul-ha, pertanyaan mulai muncul. Apa yang ada di pikirannya?'. Namun, dia menepis pikiran itu, memilih untuk tetap memandangi surga tropis di bawah sana. 'apapun dalam pikirannya, tak ada hubungannya denganku'.
Pesawat mulai mendekati Pulau Kaledonia Baru, pemandangan surgawi mulai terlihat dari jendela. Hamparan laut biru jernih dengan pantulan sinar matahari membentuk riak-riak emas di permukaan air.
===