31.Hancur lebur tanpa sisa

33 9 0
                                    

Assalamualaimum warahmatullahi wabarakatuh.

Teman-teman, ini bab ending Alzeidan.

Sorry for typo.

Vote and komennya ya teman-teman.

Jangan lupa

Bismillahirrahmanirrahim

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

"Ah, maaf, pasien mencari seseorang bernama Aldan, jika ada mari ikut saya masuk kedalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah, maaf, pasien mencari seseorang bernama Aldan, jika ada mari ikut saya masuk kedalam."

Zeidan yang mendengar namanya disebut langsung mendongak, dengan tergesa ia mengikuti langkah sang dokter memasuki ICU.

Langkah Zeidan terasa begitu berat ketika melangkah memasuki pintu, tubuhnya terasa menggigil hebat merasakan dinginnya suhu ruangan itu. Matanya memanas melihat sang istri yang tampak begitu pucat dengan nafas yang terdengar berat.

Zeidan memalingkan wajahnya ketika berada tepat disamping brankar yang tengah ditempati Sahara. Ia menghapus air matanya kasar, lalu mengukir senyum tipis dibibirnya, tak ingin terlihat lemah di hadapan sang istri yang kini membutuhkannya.

"Assalamualaikum, ya Zaujati," bisik Zeidan ditelinga Sahara. Tangannya mengelus pelan rambut sang istri yang lepek. Hancur rasanya melihat Sahara saat ini, pagi tadi mereka masih baik-baik saja, namun kenapa situasi tak lagi sama?

Sahara mengerjab pelan, bibir pucatnya mengukir senyum lemah sebelum menjawab salam Zeidan. "Waalaikum-mus-salam, ya Zauji," lirihnya pelan dan terputus-putus. Ia meraba sekitar mencari tangan hangat Zeidan untuk ia genggam.

Dengan mata berkaca-kaca Zeidan meraih tangan Sahara lalu menggenggamnya erat. Memberi kekuatan kepada sang istri, namun ia malah menjadi lemah dengan tidak bisa menahan isakannya, berkali-kali ia mengecup punggung tangan Sahara sembari mengucapkan kata maaf.

"Ja-ngan na-ngis, Mas."

"Bu-kan sa-lah ka-mu."

Air mata Zeidan mengalir kian deras mendengar ucapan sang istri tidak seperti biasanya. Zeidan mendongak, ia mengahapus air matanya dan kembali menatap Sahara dengan senyum getir dibibirnya. Melihat Zeidan yang begitu berantakan, Sahara juga menangis tanpa suara, dibalik rasa sakit yang kian menggerogoti tubuhnya yang kian membuatnya kesulitan bernapas, melihat tangis pilu sang suami membuat sakitnya terasa dua kali lipat.

Zeidan menghapus pelan air mata yang mengalir dari sudut mata Sahara. Namun tangannya kembali digenggam Sahara dengan erat, seakan jika dilepas sebentar saja, Sahara sudah tak mampu lagi melihat dan merasakan hangatnya sikap sang suami, Sahara takut jika setelah ini Zeidan akan hancur jika ia tinggalkan.

"Hi-dup de-ngan ba-ik, ya Mas."

Zeidan mengangguk tanpa ragu meskipun hatinya memberontak. Senyumnya terus terukir dengan air mata yang tidak berhenti mengalir. "Setelah kamu sembuh kita pulang, ya. Kita harus hidup dengan baik setelah ini, Mas janji, akan membalas perlakuan mereka dengan setimpal," ujar Zeidan meyakinkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 14 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Al Zeidan (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang