01. Heksa dan Marlo

28 5 0
                                    

Hehehe, sebelum membaca alangkah baiknya kalian tahu aku dan tahu bagaimana cara memanggilku.

Halo, aku soto, kalian bisa panggil aku minto aja yak wkwk.

Semoga suka, jangan lupa voment😻

Happy reading!

Ketukan pintu membuat seorang remaja dengan kulit kuning Langsat melenguh, Ia mengusap wajahnya berulang kali sembari mengucek mata. Hal pertama yang Ia lakukan adalah melamun agar nyawanya terkumpul sempurna. Setelahnya barulah Ia berjalan guna membuka pintu dan melihat siapa yang mengetuk pintu itu.

Cek-lek

"Lama amat baru dibukain, gue udah dari subuh tau disini!" Siram seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Kakaknya sendiri.

"Bawel banget lo, siapa suruh nungguin gue bangun? Kek nggak tau aja sifat adik sendiri, orang aneh." Si empu malah balas merenggut.

"Heh! Harusnya gue yang marah ya, kok malah lo yang marah sih!?" Pekik Si Kakak, tetapi yang di ajak bicara malah sibuk mencari baju sekolahnya yang ber-nametag Heksa Laksana Danuarta.

Heksa Laksana Danuarta. Atau akrab disapa Esa oleh Si Kakak itu adalah seorang remaja lelaki yang memiliki sifat menyebalkan. Ada 2 tipe sifatnya yang biasa membuat Kakaknya darah tinggi. Pertama, adalah Sifat nakalnya yang tidak pernah berubah dari Zaman Embrio, Heksa kerap sering kali membuat onar di sekolahnyaーah ralat, sekolah mereka. Heksa sering ketahuan memanjat benteng, merokok di sekolah, dan membobol jendela ruang guru guna menikmati AC didalamnya.

Beragam lagi tingkahnya yang hampir membuatnya akan di keluarkan dari sekolah jika tidak karena Papa yang menyuap para guru. Iya, begitu-gitu dia masih sekolah karena uang Papa.

Omong-omong Heksa masih memasuki bangku kelas 11 SMA, memang sedang berada di masa-masa pubertas akan berakhir.

"Baju lo kusut gitu, strika dulu lah." Ucap Kakaknya sembari akan membawa bajunya, tetapi Heksa memukul lengan si Kakak, "Apaan sih lo? Main bawa-bawa baju gue, dipikir gue bakal kasih? Kagak. Biarin aja kusut begini, keren kok, jadi keliatan bangor nya gue." Ucap Heksa bangga.

Si Kakak melihatnya sembari merolingkan mata malas, "stress." Ucapnya.

Oh iya, hampir saja aku melupakannya.
Kakak Heksa itu bernama Marlo Karangga Danuarta. Atau akrab disapa 'bang Marlo' oleh Heksa. Meskipun umur mereka hanya terpaut satu tahun, Marlo dan Heksa memiliki sifat yang berbanding terbalik.

Jika Heksa sering berbuat onar yang berujung hampir dikeluarkan dari sekolah, maka Marlo sebaliknya. Ia adalah seorang murid teladan dan juga seorang Ketua Osis. Itulah sebabnya agak sedikit protective pada baju Heksa karena itu melanggar aturan Osis.

"Yaudah, turun sarapan. Papa udah masak di bawah."

Seketika gerakan Heksa membereskan baju terhenti, Ia mendengus kesal, hampir lupa bahwa dirinya masih tinggal dengan orang yang sekarang Ia benci setengah mati. "Males, gue sarapan di sekolah aja." Ucapnya singkat.

Marlo menghela napasnya, "Esa. Dengerin gue, lo harus hargain Papa, gue tau lo sekarang benci sama dia, tapi bagaimanapun dia Papa kita, Sa. Tanpa dia kita nggak akan ada, lo pikir kita ini asalnya dari mana? Jangan buat rasa excited nya ilang Sa, itu nggak enak."

Heksa menatap Marlo tidak suka, "Terus rasa excited gue dulu yang ilang itu lo anggap enak bang? Lagipula, orang yang lo sebut Papa itu udah buat Mama minggat dan sekarang kita nggak punya sosok Ibu lagi, bang." Heksa mencoba mengendalikan diri, emosinya mendadak naik dan sekarang napasnya terengah-engah.

Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang mengintip pembicaraan mereka, yaitu Papa mereka.

"Hahaha, gue udah bikin luka besar di hati anak gue sendiri, Ayah macam apa gue?"

Marlo mencoba menahan emosinya, "Esa, dengerin gue. Mama pergi karena keinginannya, bukan karena Papa. Mama pergi karena keputusannya sendiri, Sa."

"Iya, keputusannya itu datang karena dia nggak pernah dapet perhatian Papa barang seharii pun setelah usahanya itu naik pesat. Coba aja Papa mau luang in waktu buat Mama, aku, sama Abang. Mungkin Mama nggak akan pergi dan cari pengganti Papa!" Cukup, Heksa tidak kuat, Ia memilih untuk lanjut menyiapkan buku.

Marlo memejamkan mata, ucapan itu tentu menusuk dadanya, Heksa itu bebal. Sekalinya dia membenci, maka itu akan susah.

"Yaudah, oke maaf.. maafin Abang, tapi sekarang lo harus sarapan. Lo mau sarapan apa di sekolah emangnya huh? Rokok? Soda? Huh? Kek kuat aja lambung lo."

Heksa mendengus geli, "Buktinya gue nggak apa-apa sampe sekarang, kan? Itu artinya gue kuatlah kocak."

"Tapi lambung lo itu bukan mesin yang akan terus bertahan Sa, lama-lama tuh lambung bakalan luka dan yang akan sakit lo sendiri." Marlo masih berusaha keras untuk membujuk Heksa.

"Iya terus? Lambung-lambung gue."

"Aish! Kalo gitu sarapan itu gue bekelin." Heksa mendelik dengan ucapan itu, "Apaan? Lo pikir gue bocah? Masih bawa bekel segala, cih."

"Bodo amat, gue nggak nerima penolakan. Lo tetep bekel. Sekarang lo mandi, gue tunggu di depan." Marlo tersenyum kemudian melenggang keluar dan turun.

"ARGHHH MARLO SIALAN!!"


TBC!

NOTE : BJIRRR, MAAF KALO GAK SESUAI EKSPEKTASI😮‍💨

Sorry, I can't | Haechan, Mark And Jaehyun Nct.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang