bab 15

19 9 0
                                    















Bau petrichor menyeruak diindra penciuman. Sang surya sudah hilang ditelan awan. Awan awan sudah berubah menjadi kelabu. Menandakan hujan akan segera datang. Jalan jalan dikota solo ramai akan pengendara yang ingin segera sampai kerumah masing masing.

Aku pun begitu, aku ingin segera sampai dirumah. Aku menyusuri setiap jalanan kota solo. Hingga tanpa sadar rintikan hujan mulai jatuh kebumi. Aku segera mencari tempat untuk berteduh. Dan disinilah aku didepan toko yang sudah tutup meneduh disana bersama orang lain.

Hujan semakin deras, pada saat itu aku lupa membawa payung atau jas hujan. Baju seragam ku mulai basah karena cipratan air yang mengenai seragam ku. Aku mulai kedinginan disana, sebenarnya aku ingin menelefon mas Bentala namun baterai hp ku habis.

Aku menggosokan tangan ku agar sedikit hangat. Hujan belum juga reda. Aku ingin cepat pulang rasanya.

"Ana." Suara itu suara yang sangat kurindukan akhir akhir ini.

Dan benar saja yang memanggilku adalah zein yang sedang meneduh bersama ku.

"Iya."

"Kamu ga pulang?. Hujan nya udah lumayan reda."

"Enggak aku nunggu reda aja soalnya aku ga bawa payung."

"Kamu bisa pakai payung ku" dia menyodorkan payung berwarna hitam kepada ku.

"Kamu gimana pulang nya?."

"Aku gapapa. Kamu aja yang pake." Tanpa berkata lagi aku mengambil payung itu namun dia menahan nya. Dia memasangkan jaket berwarna coklat tua kepada ku.

"Biar ga kedinginan." Ucap nya dengan memasangkan jaketnya kepada ku.

"Makasih. Eh rumah kita kan searah kita bareng aja yuk." Dia hanya tersenyum tipis dan menggandeng tangan ku.

Tangan ku digenggam erat seperti tak ingin aku lepas. Dan tangan sebelahku gunakan untuk memegang payung karena masih hujan.

"Ana kamu tau tidak. Hal yang paling kusukai adalah hujan."

"Oh ya. Klo aku suka senja."

"Senja ya. Aku juga suka senja tapi aku lebih suka hujan."

"Besok kamu sibuk enggak?."

"Enggak kayak nya. Kenapa.?"

"Besok mau ke taman balekambang?."

"Boleh."

Tanpa ku sadari aku sudah berada didepan rumahku. Hujan pun sudah reda. Banyak hal yang ku pelajari mengenai zein. Dia penyuka hujan dan senja sama sepertiku.

































Terima kasih banyak sudah membaca

Jangan lupa vote dan komen

makasih banyak ya

Zein BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang