Hendry menginap di istana, rencananya dia akan tinggal selama 1 minggu sementara tugasnya sebagai Adipati, dia serahkan kepada Eso. Sebagai kakak, tentu Tirta bahagia bisa bicara dengan adiknya lagi setelah sekian lama tidak bertemu tapi Tirta tidak tau apa niat sebenarnya hingga Hendry menginap.
Semua berjalan dengan baik, mereka mengobrol, makan bersama juga sesekali membahas masalah kerajaan dan pada hari kedua, Tirta minta maaf pada Hendry karena dia harus pergi selama tiga hari untuk melakukan tugas dadakan di luar istana.
Hendry tidak mempermasalahkan itu semua toh tujuannya datang hanya untuk melihat Riel, setelah Tirta berpamitan pada Riel dan Hendry.
Keduanya melihat kereta Tirta berjalan keluar melewati gerbang istana, Riel yang awalnya tersenyum sembari melambaikan tangan langsung menarik kembali ujung bibirnya saat dia melihat Hendry terus melihat kearahnya.
"Ma-maaf, apa ada yang salah dari diri ku yang mulia karena beberapa kali Anda terus melihat ku ?" Tanya Riel.
Hendry mengelengkan kepalanya.
"Tidak ada yang salah, setelah ini mau kah Anda minum teh bersama ku?""Maaf?" Riel terlihat bingung.
"Ini sebuah permintaan khusus tapi kalau merasa keberatan aku pun bisa memahaminya" kata Hendry.
Riel menekan-nekan jarinya bergantian.
"Ba-baik.. aku mau"Riel akhirnya berjalan mengikuti Hendry ke taman bunga, para pelayan membawa cemilan serta menuangkan teh untuk mereka berdua.
Jujur saja, Riel tidak begitu memahami Hendry karena ini kali pertama mereka berdua bicara panjang lebar.
"Yang mulia Riel.. " panggil Hendry yang langsung mengangkat kepalanya menatap Hendry.
Hendry tersenyum.
" ..mata yang indah" puji Hendry.Blush!
Kedua pipi Riel memerah."Ap-apa maksud Anda bicara seperti itu?!" Riel jadi panik sendiri mendapat serangan tiba-tiba dari Hendry.
Hendry mengambil gelasnya lalu menyeruputnya sebelum mata Hendry akhirnya tertuju lagi pada Riel.
"Itu adalah pujian, apakah Anda merasa tersinggung?"
Riel menundukkan kepalanya.
"Tidak.. maksud ku, kenapa Anda tiba-tiba seperti ini karena aku.. aku adalah-""Anda adalah permaisuri dari yang mulia Tirta, lalu kenapa tentang hal itu apakah salah kalau aku mengatakan pujian untuk orang yang nanti menjadi pendamping ku juga" sahut Hendry.
Riel sedikit terkejut mendengar hal itu.
"Apa yang Anda katakan?"Hendry tersenyum.
"Aku menyukaimu yang mulia Riel, itu kata-kata yang harus ku katakan agar Anda tidak merasa sedih dikemudian hari"Riel menyentuh dadanya.
"Sadarkan Anda saat bicara seperti itu? Aku berstatus pasangan dari raja, kalau kakak Anda mendengar itu, beliau akan sedih"Hendry menatap serius Riel.
"Kalau terlambat ku katakan, yang akan bersedih adalah diri mu""Aku tidak mengerti" Riel tidak memahami maksud Hendry bicara seperti itu.
Hendry beranjak dari kursinya, dia berdiri di dekat Riel, perlahan Hendry menyentuh dagu Riel yang membuat permaisuri raja ini terkejut.
"Jangan khawatir, aku akan membuat mu memahaminya nanti.. aku permisi"
Setelah berkata seperti Hendry melangkah pergi meninggalkan Riel yang masih bingung dengan kejadian barusan.
Kepalanya penuh tanda tanya, Hendry terasa berbeda dari awal mereka bertemu dulu dimana Hendry terlihat pendiam juga tidak terlalu tertarik pada kehidupan Tirta dan Riel setelah menikah tapi sekarang dia datang dan mengatakan hal aneh.
Riel tidak mau larut dalam pemikirannya sendiri, dia akhirnya pergi juga meninggalkan dua gelas cangkir teh dengan cemilan manis di tengahnya.
.
.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Under the apple tree (Mpreg 18+)
RomanceHendry Barthtown adalah pangeran kedua dari garis keturunan Barthtown yang sekarang memimpin kerajaan Raedgus, Hendry menjabat sebagai Adipati dari daerah Selatan kerajaan Raedgus tapi suatu hari dia dipanggil ke istana oleh kakaknya yang sekarang n...