Langit senja berwarna keemasan memantulkan sinarnya di jendela kaca rumah Ayla. Di luar, deru mesin mobil Zidan berhenti di depan rumah, menarik perhatian Ayla yang masih sibuk merapikan gaunnya. Dengan langkah gugup, ia berjalan menuju jendela, mengintip sosok pria yang selalu membuatnya tersenyum.
Zidan berdiri bersandar di pintu mobilnya, mengenakan kemeja putih dengan tangan digulung hingga siku. Di bawah cahaya senja, ia terlihat seperti pria dari dunia lain, penuh karisma.
“Ayla!” panggilnya sambil melambaikan tangan.
Ayla menarik napas panjang, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Ia berjalan keluar rumah dengan langkah ringan, meski dalam hatinya, ia merasa seperti remaja yang pertama kali jatuh cinta.
“Kamu cantik banget malam ini,” ujar Zidan sambil membuka pintu mobil untuk Ayla.
“Kamu nggak pernah capek ya bilang itu?” jawab Ayla sambil tersenyum kecil.
“Karena aku serius. Aku nggak mungkin capek bilang kenyataan.”
Mereka saling bertukar senyum sebelum Zidan menutup pintu mobil. Di dalam mobil, aroma parfum khas Zidan memenuhi udara, membuat Ayla merasa nyaman sekaligus gugup.
Di dalam mobil, Zidan memutar playlist lagu favorit mereka. Lagu “Can’t Help Falling in Love” versi Kina Grannis mengalun pelan, menciptakan suasana intim di antara mereka.
“Kamu masih inget waktu aku ngajak kamu keluar pertama kali?” tanya Zidan tiba-tiba.
Ayla mengangguk sambil tersenyum kecil. “Aku inget banget. Kamu kelihatan gugup waktu itu. Bahkan kamu sampai salah pesen makanan.”
Zidan tertawa. “Itu bukan salahku. Pelayan restorannya ngomong terlalu cepat.”
“Alasannya selalu ada,” balas Ayla sambil tertawa.
“Tapi malam itu aku tahu satu hal,” ujar Zidan dengan nada lebih serius. “Aku tahu kalau aku nggak mau kehilangan kamu.”
Ayla terdiam sejenak, lalu menatap Zidan dengan tatapan lembut. “Kamu juga hal terbaik yang pernah terjadi di hidupku.”
Zidan tersenyum, dan untuk beberapa saat, keheningan yang nyaman menyelimuti mereka.
---
Restoran Le Ciel d’Or terletak di lantai 10 sebuah gedung pencakar langit di kawasan Aurora Boulevard. Restoran itu terkenal dengan pemandangan malam kota Jakarta yang gemerlap, diiringi suasana romantis dari lampu gantung kristal dan lilin kecil di setiap meja.
Saat memasuki restoran, Ayla merasa seperti masuk ke dunia lain. Ia menggenggam tangan Zidan, merasa sedikit canggung berada di tempat mewah seperti itu.
“Kamu nggak perlu tegang, Ay,” bisik Zidan. “Aku ada di sini.”
Mereka dibawa ke meja yang terletak di dekat jendela besar, memberi mereka pemandangan kota yang memukau. Zidan menarik kursi untuk Ayla sebelum duduk di depannya.
“Kamu sering ke tempat seperti ini?” tanya Ayla sambil melihat sekeliling.
“Nggak juga,” jawab Zidan santai. “Tapi untuk kamu, aku mau coba apa pun.”
Mereka memesan hidangan khas restoran itu. Zidan memilih beef wellington, sementara Ayla memilih lobster thermidor. Selama makan, mereka berbicara tentang banyak hal—pekerjaan, keluarga, hingga rencana liburan ke Bali.
“Kamu yakin mau ngajak aku paralayang di Uluwatu?” tanya Ayla dengan nada menggoda.
“Kenapa nggak? Aku yakin kamu bakal suka,” jawab Zidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYLA CELINE ARWEN
RomanceABOUT : AYLA AUTHOR : VALERIE D'ARCO Ayla Celine Arwen menjalani hidup penuh cinta bersama Zidan, pria yang ia percaya adalah takdirnya. Namun, kebohongan yang tersembunyi di balik senyuman Zidan menghancurkan segalanya. Saat hati Ayla nyaris hancur...