Part 107 - Aku juga mencintaimu

146 13 1
                                    




Tiga jam yang lalu. Setelah selesai berbelanja, Ji-heon kembali ke rumah bersama Yena dan Guk-sun.

"Wow! Rumah ayah besar sekali!"

Yena yang pertama kalinya mengunjungi rumah Ji-heon berlari masuk ke dalam rumah terlebih dahulu dan berteriak.

"Ini lebih besar dari tempat penitipan anak!"

Anak itu berlari dari kamar ke kamar dengan mata terbelalak dan berteriak.

"Ayah! Ayo main petak umpet dengan Yena!"

"Ayahmu punya banyak tugas yang harus diselesaikan, bukankah kamu ingin membantu ayahmu juga?"

Alih-alih Ji-heon, Guk-sun lah yang menjawab Yena.

"Oh iya, benar!"

Yena mengangguk keras seolah dia melupakan sesuatu yang penting, tapi tetap berlari mengelilingi ruangan sambil berteriak. Ji-heon menuju dapur bersama Guk-sun. Aku membeli banyak bahan dan peralatan memasak, tapi ketika aku meletakkan semuanya di dapur, pikiranku menjadi kosong. Guk-sun bertanya pada Ji-heon seperti seorang jenderal di medan perang.

"Sekarang, apa yang akan kamu lakukan dengan bahan-bahan ini?"

"Ibu, silahkan beristirahat saja. Aku yang akan menyiapkan semuanya."

Meski pikirannya kosong, Ji-heon menjawab dengan yakin. Menyiapkan masakan untuk Jeong-oh, makanan yang aku buat sendiri. Jeong-oh suka menggodaku soal memasak, dia yang suka makan dengan masakan yang aku buat. Inilah bagian dari misi untuk melakukan lamaran pernikahan terbaik yang bisa aku berikan.

"Kamu ingin melakukan semuanya sendiri selama 3 jam ini?"

"Iya."

"Bukankah akan sulit?"

Guk-sun yang berpengalaman memberi tahu Ji-heon tentang kekhawatirannya tentang waktu yang tersisa, tapi Ji-heon tersenyum.

"Saat ini banyak sekali konten video yang bagus soal resep masakan, jadi memasaknya akan mudah."

"Tetap saja, sepertinya akan sulit."

"Tidak apa-apa, bu."

"Oke. Lakukanlah yang terbaik. Lalu apa yang harus aku bantu?"

"Kamu bisa melihat-lihat rumah bersama Yena dan beristirahat."

"Baiklah. Baiklah."

Saat Ji-heon terus bersikeras untuk memasak sendiri, Guk-sun tidak bisa lagi menghentikannya. Namun bahkan setelah satu jam berlalu, Guk-sun menjadi khawatir karena sepertinya tidak ada kemajuan dalam persiapan masakan itu. Peralatannya dipilih yang paling bagus, tapi dia tidak bisa menggunakannya... Calon menantuku yang telah aku amati sejak tadi seperti malu-malu untuk meminta bantuan. Guk-sun bertanya pada Ji-heon sekali lagi.

"Apa kau yakin tidak ada yang bisa aku bantu?"

"Tidak, bu. Tidak apa-apa."

"Kamu bilang Jeong-oh akan datang jam 6 sore. Tersisa 2,5 jam lagi, bukan?"

"Tapi butuh beberapa waktu tambahan untuk perjalanan kesini."

Meski berkeringat dingin, calon menantuku itu tersenyum meski panik. Baiklah. Dia bekerja keras menyiapkan makanan untuk putriku, dan aku tidak bisa mengabaikan perasaan tulus yang dia berikan ini. Apapun itu, dukung saja dengan hatiku. Guk-sun juga menjernihkan pikirannya dan berbalik. Tapi bahkan setelah satu jam berikutnya, Ji-heon masih berdiri diam. Penjelasan isi videonya sangat asing dan sulit bagi pemula seperti Ji-heon. Ji-heon yang percaya diri akhirnya menyadari kenyataan.

"Ibu."

"Ya?"

"Tolong...."

Baiklah, baiklah.

A Child Who Looks Like Me / Anak yang Mirip DenganKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang