Happy reading ❗
Note : Part ini flashback episode sebelumnya ya, semoga nggak bingung
Izhagi Ruby sampai di Inggris pada dini hari, namun antusiasnya untuk menghubungi Shofia tidaklah pudar. Meski lelah dan mengantuk. Sesampainya di apartemen yang sudah kedua orangtuanya siapkan, Izhagi langsung menyalakan ponselnya lalu memencet tombol hijau pada nomor ponsel Shofia.
Satu kali dua kali sampai tiga kali, Izhagi tidak bisa tersambung dengan nomor ponsel Shofia. Izhagi mencoba berfikir positif jika mungkin saja ponsel Shofia kehabisan baterai. Izhagi mengirimkan beberapa pesan jika sudah sampai dan sangat merindukan Shofia.
Izhagi merebahkan tubuhnya setelah selesai membersihkan diri. Izhagi langsung terlelap ketika tubuhnya sudah menyentuh kasur yang sangat empuk. Maka kantuk itu segera membawa Izhagi ke alam mimpi.
Izhagi terbangun ketika hari sudah sangat siang, lalu segera memeriksa ponselnya. Tidak ada balasan apapun dari Shofia, bahkan pesan yang ia kirim semalam tidak terkirim. Izhagi pun mencoba menghubungi lagi nomor Shofia, tetapi hasilnya masih sama.
Hari-hari yang Izhagi jalani terasa sangat hampa tanpa Shofia. Izhagi masih belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Pusat dunianya tidak ada di samping dan itu sangat mempengaruhi mood Izhagi.
Tidak pernah sehari pun Izhagi melupakan Shofia. Terus menghubungi Shofia meskipun pada akhirnya hanya kecewa yang Izhagi dapatkan. Izhagi merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Shofia mengantar Izhagi ke Bandara dan semuanya tampak baik-baik saja. Apa alasan Shofia tidak ingin berhubungan lagi dengan dirinya. Apa mungkin Shofia hanya main-main dengan dirinya. Apa mungkin Izhagi hanya tempat sementara untuk Shofia. Izhagi merasa sedikit kecewa dengan Shofia.
Minggu berganti bulan, Izhagi sedikit demi sedikit mulai terbiasa tanpa kehadiran Shofia. Nama Shofia sedikit demi sedikit mulai terhapus di hatinya meski nama itu masih ada walaupun samar.
Izhagi tidak sesering dulu untuk menghubungi Shofia. Kesibukan perkuliahan membuat Izhagi tidak lagi mempunyai waktu untuk terus memikirkan Shofia dan menghubunginya. Izhagi yang ceria dan pandai bergaul mulai banyak mendapatkan teman di kampusnya.
Hari-hari Izhagi kuliah, perpustakaan dan kadang bermain di luar dengan teman barunya disini.
Libur semester yang Izhagi tunggu-tunggu kini terasa tidak berarti. Izhagi berniat pulang dan bertanya langsung pada Shofia, mengapa gadis itu begitu saja melupakan Izhagi.
Pada malam dimana Izhagi bersama teman-temannya di luar, Izhagi mendapatkan satu pesan dari sang ibu. Satu pesan berupa foto, dimana Shofia dengan perut besarnya bersama seorang lelaki yang tidak Izhagi kenali. Izhagi lemas seketika. Izhagi pun langsung pulang tanpa pamit pada temannya yang terus memanggil namanya.
Akhirnya, Izhagi tahu mengapa Shofia begitu saja menghilang. Shofia telah memiliki lelaki lain. Shofia melupakan semua janji-janjinya pada Izhagi. Remuk dan hancur sudah hati Izhagi. Gadis manis yang selalu hadir di mimpi Izhagi setiap malam kini telah berkhianat dan gadis itu tengah berbadan dua.
Izhagi merasa sangat bodoh masih mengharapkan Shofia. Cinta remaja yang Izhagi yakini akan berlabuh sampai tua nanti nyatanya di khianati oleh gadis yang teramat Izhagi sayangi.
Izhagi menangis di sepanjang jalan. Harusnya Izhagi tidak berharap apapun pada Shofia, jika harus mengalami perih dari luka yang Shofia torehkan. Mulai detik ini Izhagi membenci nama Shofia dan tidak ingin lagi mengingat namanya. Semua akan Izhagi hapus mulai malam ini. Tidak ada lagi Shofia. Tidak ada lagi Izhagi dan Shofia.
***
Hamil tanpa seorang pendamping terasa sangat berat bagi Shofia. Seharusnya kehamilan adalah sesuatu yang membahagiakan berbanding terbalik dengan apa yang Shofia rasakan. Bukannya tidak mensyukuri hanya saja Shofia merasa ada sedikit yang kurang.