Chapter 20

49 11 2
                                    

Happy Reading
Dean Devandra







Usai malam tadi mendapatkan seribu pertanyaan dan sentakan kini Arsha sedang duduk di ruang tamu, sendiri. Ya sendiri, kemana Reno? Entahlah Arsha saja tidak tau karena Reno pergi keluar.

Awalnya Arsha merasa sangat senang di rumah itu karena merasa bebas, namun semakin berjalannya waktu rasa bosan kini menghantuinya. "Ck! Kenapa jadi bosen gini sih?" Gerutuknya kesal.

Jika Arsha sedang marasa bosan di rumah sang Ayah berbeda dengan keadaan rumah yang sekarang hanya dihuni oleh tiga remaja laki-laki saja. "Bang, ini udah malem kemana mau perginya Arsha?" Tanya Dean lagi, ini sudah ke 5 kalinya Dean menanyakan hal seperti ini meski tadi sempat mendapatkan sentakan tidak lupa dengan tamparan dari Darren masih tidak membuat Dean menyerah untuk mencari tau tengang Arsha, meski mustahil mereka akan mengetahui jawabannya.

"Bang," kukuh Dean dengan mendekat pada Darren yang terlihat menahan amarah bahkan kepalanya sedaritadi menunduk. "Bang Dean mohon, cari Arsha bang," ujar Dean memohon.

Hal yang sedaritadi dilontarkan oleh Dean berhasil membuat tangan Darren mengepal sempurna bahkan kukunya sampai memutih karena amarah. "Bangsat!"

Bguh

Teriakan dan pukulan dilakukan bersaman oleh Darren bahkan sekarang dirinya benar-benar menatap Dean tajam, ia merasa bahwa keputusannya tidak dihargai sedaritadi. Raksa yang awalnya tidak ingin peduli bahkan ia sengaja memasang earphone  di telinganya agar tidak mendengar ucapan Dean. Tapi karena teriakan dari Darren berhasil membuat Raksa terkejut.

Ia tidak menyangka jika Darren akan melakukan seperti itu, tatapan yang diberikan oleh Darren terus tertuju pada Dean yang hanya mampu memegang pipinya yang terasa kebas. "Ayo ngomong, kenapa diam, hah!" Sentak Darren saat melihat Dean hanya diam menatapnya.

"Gue udah bilang sama lo Dean, ini keputusan gue, lo ga usah ikut campur!"

"Gimana Dean ga ikut campur bang? Sedangkan orang yang abang suruh pergi itu adalah saudara Dean, bahkan saudara kembar!" Teriak Dean tidak kalah emosi.

"Saudara? Bahkan dia atau kita ga pernah anggep lo sebagai saudara!" Tukas Darren.

"Terserah abang mau bilang apa, sekalipun abang bilang pada dunia bahwa Dean bukan saudara kalian, itu tidak akan merubah cara pandang Dean bang! Karena nyatanya kita terlahir dari rahim yang sama." Dean mengatakan hal itu dengan nafas yang memburu.

"Tapi lo udah membunuh pemilik rahim itu sialan!" Sentak Darren dengan mencengkram erat wajah Dean, Dean dengan berusaha keras melepas cengkramannya, tidak ada bantuan bahkan Raksa hanya menyaksikan saja.

Tidak berselang lama cengkraman yang dilakukan oleh Darren berhasil ditepis oleh Dean. "Berapa ucapan yang harus Dean lontarkan agar abang percaya kalau bukan Dean pelakunya?" Tangis Dean kini pecah saat ingat dirinya selalu dituduh akan kematian sang Ibu.

"Lo ga perlu bersuara karena lo emang salah."

"Gimana abang bisa bilang kalau itu salah Dean? Sedangkan Dean aja ga tau gimana awalnya bang!" Teriak Dean tepat di depan wajah Darren.

"Lo ga usah bodoh sialan! Ini salah lo kalau lo ga manja buat minta dijemput ini semua ga akan pernah terjadi!" Ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Darren berhasil membuat Raksa memejamkan matanya.

Dean yang mendengar ucapan dari Darren itu menggeleng, bahwa ia tidak pernah minta di jemput pada hari itu. "Lo manja dan karena lo gue kehilangan Bunda!" Tukas Darren dan berlalu pergi.












Sorry for typo
See you next chapter
Plisssss votee and comment
Thank you!!! Papapapyyyyy
💚💚💚💚💚💚💚💚💚💚💚💚
🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻

Dean Devandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang