bab 14🦋

4 3 0
                                    

Siang ini begitu panas. Matahari yang terik menyinari sekolah SMA ARCANTRA 1. Ditambah lagi kegiatan sekolah yang cukup padat membuat wajah Agam yang tampan tertutupi cucuran keringat.

Dan SMA ARCANTRA 1 setiap tahunnya mengadakan event lebih tepatnya pestival di sekolah. Semua yang berada di sekolah terutama anggota OSIS disibukkan oleh kegiatan untuk acara sekolah dengan rapat bersama guru. Setelah sibuk melaksanakan kegiatan, sekaligus jurnalistik dan PMR. Agam pun menghampiri Mara.

Kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, tetapi Zalion malah memejamkan matanya karena sangat mengantuk. Ia tak mendengar guru menjelaskan materi.

"Zalion!" panggil guru yang mengajar itu dengan suara galak, namanya adalah Buk Liyana, biasa di panggil Buk Yana. Dia berasal dari medan, dia wali kelas dari Zalion dan Exell dan Buk Yana mengajar pelajaran bahasa indonesia.

"Exell, bangunkan dulu si Zalion itu," perintah Buk Yana pada teman sebangku Zalion.

Exell menyenggol bahu Zalion yang tertidur pulas.

"Pssst, Zal bangun Zall," bisik Exell pelan.

"Zalion, woi!" Exell sudah mulai bersuara keras, tetapi Zalion belum juga membuka matanya. Buk Yana berjalan mendekat ke arah Zalion.

"Zalion, bangun nak." Buk Yana berbicara pelan terlebih dahulu sebenarnya ia sedang menahan amarahnya.

Karena Zalion belum bangun juga, Buk Yana memukul penggaris besi ke meja. Bisa di bayangkan betapa keras suaranya, yang lain pun ikutan kaget.

"Hadir Buk!" reflek Zalion langsung bangun dari tidurnya. Jantungnya berdegup kencang karena terkejut, lalu Zalion menatap Buk Yana dengan nyawanya yang belum terkumpul sepenuhnya.

"Kamu ini, udah sampe mana mimpinya, hm?" tanya Buk Yana dengan suara dingin.

"Hehe, maaf Buk, saya ketiduran." Zalion hanya bisa menyengir.

"Kamu ini udah kelas 11, jangan di ulangi lagi, sana cuci muka dulu, biar gak ngantuk," perintah Buk Yana.

Zalion berjalan ke arah toilet lelaki. Dia juga sedang mengunyah permen karet yang sudah tidak ada rasanya, tiada hari tanpa permen karet.

Setelah selesai mencuci muka, Exell berdiam sejenak setelah itu mencuci tangannya lalu keluar dari toilet, Exell menyipitkan matanya, terlihat di ujung koridor ada tiga orang siswi SMK mungkin kelas sebelah sedang membully siswi adek kelas yang membawa setumpuk buku.

Zalion hanya melihat dan tidak memperdulikannya tetapi saat ia menghiraukannya tiba-tiba hatinya berbicara bahwa ia harus menolong wanita itu, tanpa banyak basa-basi Zalion langsung berbalik arah berjalan mendekat dengan satu tangan di saku celanannya. Mungkin Zalion mengenali 4 anak sisiwi kelas 11 tersebut. Mereka adalah sintiya, citra dan wulan kelas 11 Mipa 1 ketua dari geng mereka bertiga adalah Sintiya. Zalion menatap mereka bertiga.

"Berhenti!" gumam Zalion.

Mereka berempat pun sontak menoleh ke arah Zalion. Termasuk anak kelas 10 yang di bully.

"Z-Zalion, l-lo ngapain di sini," ujar Sintiya.

"Gausah banyak bacot, lepasin dia, gua bilang lepasin, Sintiya-Sintiya lo dari dulu suka ngebully orang yah cewe gila," gumam Zalion.

"A-apa lo bilang?" Sintiya dan teman-temannya mundur perlahan tetapi belum melepaskan wanita yang mereka bully.

"Eh, gausah ikut campur ini tuh bahan keseruan gue dan teman-teman gue, gak ada urusannya cewe ini sama lo, mau berlaga pahlawan kesiangan lo," ledek Sintiya.

"Lu mau lepasin atau lu yang berurusan sama gua," Zalion menekankan kalimatnya yang terdengar jelas di telinga tiga orang pembully itu dengan tatapan mautnya.

MARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang