"Permisi, food delivery," teriakku setelah memasuki sebuah halaman rumah yang luas di perumahan Kuta Family.Seorang wanita cantik berpakaian gamis keluar dari rumah yang menurutku terbilang megah. Aku menurunkan maskerku dan segera tersenyum padanya.
"El?" Dia adalah Teh Sarah. "Kok lo pakai jaket ojol?"
Aku hanya menyengir karena memang sedang memakai jaket ojek online.
"Masuk dulu, yuk!" ajaknya ramah.
"Nggak enak sama Mas Al," tolakku basa-basi.
"Nggak apa-apa, ih," tangannya menarik lenganku, "Ayok!"
"Tapi aku dari luar, lho, nggak takut aku bawa virus?"
"Ya udah lepas jaketnya, terus cuci tangan di situ!" Teh Sarah menunjuk sebuah gentong air dengan kran dan bak wastafel yang tertata estetik di pojok taman dekat teras rumahnya. Aku segera menuruti perintahnya.
"Orang kaya mah beda ya, tempat cuci tangan aja bisa estetik gini," selorohku.
Teh Sarah menyenggolku dengan tawa kecil yang membumi.
Setelah merasa bersih dari kuman dengan menyemprot beberapa kali cairan antiseptik ke tangan, rambut, dan beberapa bagian kaos serta celana jeans dekil yang kukenakan. Kemudian aku mengekor pada Teh Sarah.
Kami memasuki rumahnya melalui pintu utama. "Lewat sini aja, yuk!" ajaknya. Mungkin kalau lewat pintu belakang terlalu jauh karena harus memutar.
Aku menyapukan sekilas pandanganku pada arsitektur bangunan. Lalu kagum dengan pintu kayu solid dengan gagang pintu seukuran betis. "Gila, gede banget," batinku.
"Pah, ternyata kurirnya El," kata Teh Sarah pada suaminya, Mas Al, begitu kami berada di ruang tamu mewahnya. Aku melihat dua orang laki-laki sedang duduk di sofa. Kedua laki-laki itu tak asing bagiku. Mereka adalah Mas Al, dan satu lagi, Biyan.
Dug!!!
Jantungku tersentak.
"El, apa kabar?" tanya Mas Al ramah. Aku tersenyum mengangguk. Kemudian laki-laki itu berdiri dan mendekat ke arahku untuk bersalaman.
Aku hanya menatap tangan Mas Al. "Nggak takut salaman sama saya, mas?" kelakarku. Kemudian tetap menjabat tangannya meski sebentar.
"Virusnya nggak tadi minder tuh deket-deket kamu?" serang Mas Al balik.
"Kalah galak ya mas?" selorohku lagi. Semua terkekeh kecuali satu orang, Biyan. Laki-laki itu hanya menatapku.
"Ya udah aku sama El ke dalam dulu ya," kata Teh Sarah pada suaminya. "Maaf ya Pak Satya, silahkan dilanjutin ngobrolnya!" Tangan Teh Sarah kemudian menyeretku ke bagian lebih dalam rumahnya. Tatapan Biyan masih terkunci padaku hingga aku melewati seluruh bagian ruang tamu.
"Jadi lo sekarang driver ojek online?" tanya Teh Sarah begitu kami sampai di dapurnya yang luas dan estetik. Wanita itu sibuk mengambil piring dan menuangkan makanan yang tadi dibelinya melalui aplikasi online. "Duduk!" perintahnya di sela-sela kesibukannya itu. Aku segera mengambil duduk di kursi bar yang ada di bagian dapurnya.
"Ya begitulah, mau gimana lagi, kan aku tetap butuh makan dan bayar kos." Teh Sarah menyodorkan sebotol minuman dingin di hadapanku. Aku meraihnya.
"Terus, gimana cowok yang dulu katanya deket sama lo?" aku tak meresponsnya. Tanganku sibuk memutar tutup botol dan menenggak sebagian isinya.
"Buk Mang!" panggil Teh Sarah pada seseorang yang kupikir adalah asisten rumah tangganya. "Minta tolong suguhin ini ke depan, ya Buk?"
"Nggih Bu Sarah." Wanita paruh baya itu segera melaksanakan permintaan Teh Sarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramalan Jodoh
Roman d'amourDASAR PELAKOR!!!!! Senin yang seharusnya khidmat, seketika ambyar begitu Elliana membaca pesan di inbox Facebook miliknya. Elliana masih jomblo di usianya yang sudah kepala 3. Semua itu berkat kematian tunangannya 8 tahun silam. Terkadang dia berpik...