Dua hari setelahnya.
Jeno dan geng nya semakin berlaku kasar pada Chenle. Bahkan tak segan segan untuk menghajar walau hanya masalah sepele.
Punggung, lengan, tengkuk, kaki bahkan kulit rambut nya terasa sakit akibat ulah keempat cowo itu.
Malam ini, Chenle terduduk di balkon kamarnya dengan pandangan kosong.
Yuta belum pulang. Biasanya udah daritadi. Entah kemana lah Daddy nya itu.
Mata indah itu menatap sang rembulan. Seolah ingin mengatakan sesuatu namun tak kunjung terdengar.
Cowo berkulit putih itu hanya diam. Mau tidur tapi gak bisa. Sampai jam menunjukkan pukul 20.00 malam.
Tok! Tok! Tok!
Tiga kali ketukan itu berhasil membuyarkan lamunannya.
"Chenle, kamu sudah tidur, belum?"
Ah itu suara Daddy nya. Chenle pun berjalan mendekati pintu. Lantas membuka nya. Hal pertama yang Chenle liat adalah senyum manis dari Yuta.
"Maaf ganggu kamu, itu di bawah ada tamu. Katanya sih pengen banget ketemu kamu" celetuk Yuta.
Chenle tersenyum. "Gapapa kok, Dad. Oh ya, emang nya siapa tamu nya?"
"Udah ayo turun dulu, ntar kamu tau sendiri"
Chenle pun menuruni anak tangga bersama Yuta untuk menuju lantai utama.
"Bang Chenle!!" Pekik seorang cowo dengan badan yang lebih tinggi darinya. Tanpa malu, cowo itu malah memeluk Chenle.
"Aelah, main peluk aja Lo, sung!" Dengus seseorang di belakang sana, yang tak lain tak bukan adalah Mark.
Karena tau bahwa dua orang yang tengah memeluknya ini adalah sepupu nya. Chenle pun balas memeluk mereka juga.
"Udah pelukan nya, yuk duduk dulu. Kalian berdua pasti cape kan. Apa mau langsung tidur aja?" Yuta berjalan santai menuju sofa.
Mark dan Jisung melepas pelukan nya.
"Masi belum ngantuk nih"
"Ayo, Bang. Duduk" Jisung menarik lengan Chenle.
"I-iya"
Wah, lama gak ketemu. Kok Chenle jadi gugup ya?
Mereka berempat pun duduk di sofa. Yuta menuangkan minuman lantas menyajikan nya menjadi empat gelas.
"Maaf pulang nya telat, soalnya Daddy masih ngajemput mereka" ujar Yuta memecah keheningan.
"Iya gapapa, Dad" balas Chenle seadanya.
Mark tersenyum. "Gimana sekolah baru kamu, dek?"
Seketika tubuh Chenle meremang. Tidak mungkin dia harus jujur kan? Jangan jangan, ntar masalah nya makin panjang kalo jujur.
"Seru banget, Bang. Disana Chenle dapet temen" balas Chenle dengan senyum manisnya.
"Kalo ada yang jahatin bang Chenle. Bilang ke Jisung oke?"
Mark menatap Jisung dengan tatapan meremehkan. "Emang Lo bakal ngapain, cil?"
Jisung mendengus. "Apa sih, gue gak bicara bareng Lo"
Yuta terkekeh, Chenle pun juga.
Dua kakak adik itu emang gak pernah akur. Tapi tidak juga bertengkar dan berakhir renggang. Karena mereka sadar bahwa mereka harus ada untuk satu sama lain.
Setelah ditinggal oleh orang tua mereka saat keduanya kelas delapan SMP. Mark dan Jisung harus saling menguatkan satu sama lain.
Beruntung Yuta (om mereka) datang dan berbaik hati untuk membiayai kehidupan mereka. Kalo enggak, mungkin sekarang Mark dan Jisung udah jadi pengamen atau tidur di jalanan. Tidur beralaskan bumi dan berselimut kan langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
'✓Pleace, Stop [Chenle]
Фанфик[Prequel dari cerita '✓Who's He [Nct Dream] Tapi kalo masi mo main tebak tebakan, langsung aja ke cerita '✓Who's He [Nct Dream] baru setelah nya ke cerita ini. . . . . . . "kenapa? padahal aku gak punya salah apa apa" "kenapa aku diperlakukan seper...