IKI-THIYA

9 7 0
                                    

"Andai kamu tahu, aku sudah mencintaimu sejak dulu"

-Rizki Fakhri Abdullah

Tandai bila ada typo

***

Tok Tok Tok

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam, loh? Ada nak Rizki juga?" Umi Aisyah membukakan pintu ketika ada yang mengetuknya beberapa kali, sudah ia pastikan itu adalah Zahra. Namun, ia cukup terkejut ketika mengetahui ada Rizki dan seorang perempuan dengan hijab navy juga disana.

Zahra dan Haifa mencium punggung tangan umi Aisyah, sedangkan Rizki menangkupkan kedua tangannya di depan dada sebagai bentuk salam.

"Iya umi, tadi gak sengaja Ara ketemu sama pak Rizki dan sepupunya. Jadi sekalian dianterin deh. Ara gak bisa kabarin umi tadi, soalnya batre handphone Ara lowbat, terus gak bawa charger. Jadi, Ara minta tolong Vira buat kabarin ke umi." Ujar Zahra seraya mengamit lengan umi nya, dalam hati ia terus memohon ampun kepada Allah karena sudah membohongi umi dan abinya.

"Ya ampun, nak Rizki. Maafin ya, Zahra emang ngerepotin banget nih."

"Umi..." Zahra merengek, semakin bergelayut manja pada lengan umi Aisyah.

"Gak ngerepotin kok, Bu. Kebetulan emang lagi mau ke arah sini juga." Jawab Rizki.

Retina umi Aisyah berhenti pada sosok perempuan yang berdiri di sebelah Rizki, tersenyum manis kearahnya.

"Siapa nama kamu, cantik?"

"Nama aku Haifa, Bu."

Umi Aisyah tersenyum, lalu mempersilahkan kedua orang itu masuk dan mampir terlebih dahulu. Mereka digiring ke arah ruang tamu rumah Zahra.

"Duduk dulu, ya, biar umi siapin minuman sama makan malam, kebetulan umi lagi masak banyak nih."

"Bu, gak perlu repot-repot, saya dan Haifa bisa makan malam diluar nanti." Sanggah Rizki yang merasa tidak enak jika kembali disajikan makan malam di rumah ini.

"Eitss, gak ada ngerepotin umi kok, justru kalian yang udah repot-repot nganterin putri umi yang manja ini." Umi Aisyah tersenyum lalu melanjutkan langkahnya menuju dapur.

"Ara! Ganti baju dulu, nanti bantu umi di dapur!" Teriak umi Aisyah yang kini sudah berada di dapur.

"Siap, umi!" Zahra ikut berteriak lumayan kencang, ia menoleh kearah Rizki dan Haifa yang sudah duduk manis di bangku.

"Haifa, aku ke kamar dulu ya, mau ganti baju. Nanti aku kebawah lagi, oke?" Ujar Zahra mengangkat jempolnya ke arah Haifa, membuat Haifa tertawa pelan.

"Pamit nya sama aku doang, Teh? Ini cowok di sebelah aku di anggurin aja? Yah, di laletin nanti, Teh."

"Gak apa-apa, Fa. Dinyamukin juga gak masalah." Zahra dan Haifa terkekeh, sedangkan Rizki mendengus sebal.

Beberapa menit kemudian, Zahra turun dengan baju rumah yang lebih santai. Celana dibawah lutut berwarna denim dengan kaos putih oversize berlengan pendek menghiasi tubuh rampingnya, rambut panjang sepunggungnya ia ikat satu dengan tinggi.

"Aishh, tambah cantik kalo pake baju rumah gini sih, Teh. Iya gak A?" Haifa berujar setelah Zahra muncul dihadapan keduanya, kedua alisnya naik turun menggoda Rizki.

"Iya, Fa, Zahra memang selalu terlihat cantik tiap harinya." Tidak usah berharap lebih, Rizki hanya mengungkapkan nya di dalam hati.

"Jelek gitu kok, Fa." Akhirnya kalimat menyebalkan itu yang keluar dari mulutnya, membuat Zahra mendelik tajam.

Zahra: Te amo, my LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang