Rama melangkah cepat menuju gerbang sekolah. Matahari pagi mulai mengintip dari balik awan, menyinari halaman sekolah yang sudah ramai oleh siswa-siswi. Dengan langkah cepat, Rama berjalan menuju kelasnya. Sesampainya di depan kelas, ia menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu.
Kondisi kelas sudah ramai. Beberapa temannya sudah duduk di bangku masing-masing, sibuk dengan buku catatan mereka. Rama berjalan menuju kursinya. Dengan lemas, ia menjatuhkan tubuhnya ke kursi.
"Kenapa?" tanya Aisyah sedikit khawatir menatap Rama.
Rama hanya membalas pertanyaan Aisyah dengan menggelengkan kepalanya sambil berusaha tersenyum.
Belum lama Rama duduk, suara bel masuk berbunyi nyaring. Semua siswa segera mengambil posisi duduk yang benar. Guru memasuki kelas dan memulai pelajaran. Rama berusaha untuk fokus pada pelajaran, namun pikirannya terus saja melayang ke masalah pribadinya.
Sepanjang pelajaran, Rama merasa tidak bersemangat. Ia sulit berkonsentrasi dan sering melamun. Sesekali, ia melirik ke luar jendela, mengamati burung-burung yang terbang bebas di langit. Ia merasa iri pada burung-burung itu yang tidak perlu memikirkan masalah seperti yang sedang ia hadapi.
Ketika bel istirahat berbunyi, Rama segera keluar kelas. Ia ingin menghirup udara segar dan menenangkan pikirannya. Ia berjalan menuju kantin, namun tidak ada niat untuk membeli makanan. Ia hanya duduk di bangku panjang di bawah pohon rindang, menatap kosong ke depan.
Rama merasa begitu lelah dan bosan dengan segala masalah yang sedang ia hadapi. Tiba-tiba, Rama teringat bahwa ia membawa bekal ke sekolah. Karena tadi pagi ia tidak sempat sarapan, jadi ia membawa sarapannya ke sekolah.
"Oiya, aku lupa kalau bawa bekal!" ucap nya seraya menepuk pelan jidatnya.
Perutnya mulai keroncongan, mengingatkannya akan rasa lapar yang semakin menjadi. Ia segera bangkit dari duduknya dan bergegas kembali ke kelas. Sesampainya di kelas, Rama langsung duduk di kursinya. Ia melihat ke penjuru kelas dan tidak menemukan Aisyah disana.
Rama mengeluarkan bekal yang masih terbungkus sempurna. Aroma masakan istri Pak Rahman langsung menyeruak ke hidungnya, membuatnya semakin lapar. Dengan semangat, Rama membuka bungkusan bekalnya. Di dalamnya terdapat nasi putih hangat, telur dadar kesukaannya, dan sebotol air minum.
Senyum merekah di wajah Rama saat ia menatap bekalnya. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Budi dan teman-temannya muncul dari pintu kelas. Dengan tatapan tidak suka, Budi berjalan menghampiri Rama.
"Eh, Rama! Lagi laper nih?" ujar Budi dengan nada mengejek.
Rama yang sedang bersiap ingin makan, hanya diam dan memilih untuk mengabaikan Budi. Sikap cuek Rama semakin membuat Budi geram. Ia merasa harga dirinya terusik karena diabaikan.
Brak!
"Lo itu kalau ditanyain ya dijawab pakai mulut, bukan malah diam kayak bisu!" bentak Budi, suaranya menggema di dalam kelas. Tindakannya sontak membuat seluruh siswa terdiam dan menoleh ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Aku Bisa Menjadi Diriku Sendiri? [On Going]
Roman pour Adolescents"Rama, apa tadi kamu bisa merasakan seberapa bahagianya hidup jika kita hanya peduli pada diri sendiri?" Rama terdiam sejenak, merenung. "Tidak," jawabnya pelan. "Karena aku hidup untuk orang lain bukan untuk diriku sendiri." ~~~~~ Di usianya yang b...