Keesokan harinya, pagi di Clifton dimulai dengan kesunyian yang nyaman. Di dalam penginapan kecil itu, Lavinia duduk di ruang tamu bersama Christopher, sementara Miriam sibuk di dapur menyiapkan sarapan.
Suasana tampak biasa saja, hingga ketukan di pintu depan mengganggu keheningan.
Christopher berdiri dan membuka pintu, mendapati Mrs. Hathaway, pemilik penginapan itu, berdiri di depan dengan senyum ramah. Wanita paruh baya itu membawa nampan penuh dengan makanan dan beberapa cangkir teh beraroma manis.
"Selamat pagi," sapa Mrs. Hathaway ceria. "Aku pikir kalian mungkin butuh sesuatu yang hangat untuk memulai hari."
"Terima kasih banyak, Mrs. Hathaway," jawab Christopher, membiarkannya masuk. Ia tampak sedikit ragu dengan kebaikan tiba-tiba itu, tetapi menyambutnya tanpa curiga.
Mrs. Hathaway masuk ke ruang tamu dan menempatkan nampan itu di meja kecil di depan Lavinia. "Silakan, Nona Éloise," katanya, dengan nada penuh perhatian. "Ini teh herbal spesial. Sangat baik untuk mengembalikan energi Anda."
Lavinia tersenyum tipis. "Terima kasih, Mrs. Hathaway. Anda terlalu baik."
Tanpa mengetahui apa yang tersembunyi di balik kebaikan Mrs. Hathaway, Lavinia mengambil cangkir teh itu dan menyesapnya.
Rasanya hangat, sedikit manis, tetapi ada aftertaste yang aneh. Lavinia menatap cangkirnya sejenak, merasa sesuatu yang tidak biasa. Namun, ia mengabaikannya, mengira itu hanya efek dari kelelahan.
Beberapa saat kemudian, tubuhnya mulai terasa lemas, dan matanya terasa berat. Ia mencoba untuk tetap terjaga, tetapi rasa kantuk semakin kuat.
"Lavinia?" Christopher memperhatikan perubahan di wajahnya. Ia segera mendekat, menyentuh lengannya. "Ada apa? Kau terlihat pucat."
"Aku tidak tahu, Chris..." gumam Lavinia sebelum akhirnya pingsan di kursinya.
Ketika Lavinia terbangun, ia merasa kepalanya berat, seolah-olah ada kabut tebal yang menyelimuti pikirannya. Ia membuka mata perlahan, menemukan dirinya di ruang tamu yang sama. Tetapi ada sesuatu yang berbeda—dunianya telah berubah.
Miriam berdiri di dekatnya, menatapnya dengan cemas. "Nyonya Lavinia, Anda baik-baik saja?" tanya Miriam.
"Nyonya?" Lavinia mengerutkan dahi, tetapi kemudian, seperti ombak besar, kenangan melandanya. Lavinia Ravenswood, Aku Duchess Ravenswood.
"Miriam?" Lavinia menatap pelayan itu dengan bingung. "Mengapa kita di sini? Mana Alistair? Apakah dia tahu aku pergi?"
Miriam tampak terpukul. Ia menyadari bahwa Lavinia tidak mengingat apa pun tentang kehidupannya selama beberapa bulan terakhir. "Nyonya... Anda melarikan diri dari Ravenswood Manor. Anda meninggalkan Duke," katanya hati-hati.
Namun, sebelum Miriam dapat menjelaskan lebih lanjut, ketukan keras di pintu menginterupsi mereka. Pintu itu terbuka, dan sosok tinggi dengan aura dingin berdiri di sana—Alistair Ravenswood.
"Lavinia," kata Alistair dengan suara penuh otoritas. "Akhirnya aku menemukanmu."
Lavinia menatapnya, dan hatinya berdebar aneh. Segala rasa takut dan cintanya bercampur dalam pikirannya. Ia berdiri perlahan, berjalan menghampirinya. "Alistair... Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku merasa seperti... aku harus kembali padamu," katanya dengan nada bingung.
Christopher, yang baru saja kembali dari luar, langsung waspada melihat Alistair di dalam penginapan. "Lavinia, kau baik-baik saja?" tanyanya cemas, mencoba mendekat.
Tetapi Lavinia memalingkan wajah dari Christopher. Ia menatap pria itu dengan kebingungan. "Siapa kau?" tanyanya datar, tanpa mengenali siapa pria itu. "Apa kau bagian dari pelayan Alistair?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess's Deception (END)
RomanceSaat Lavinia terbangun, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, dan lingkungan di sekitarnya terasa asing. Dia membuka matanya dan melihat ruangan dengan perabotan mewah, penuh dengan dekorasi antik. Kepala Lavinia terasa berat...