Kepribadian

3 1 0
                                    

***

"Nyatanya, keseluruhan isi buku takkan terjelaskan hanya dengan cover di bagian awal." -Sudut Pandang.

***

Pagi-pagi sekali Juan sibuk memasak untuk sarapan bundanya. Bundanya saja, dirinya tidak usah, dia bisa sarapan di kantin nanti. Juan sadar akan posisinya yang belum atau ... tidak akan pernah diterima oleh Kamila.

Setiap Arslan berlayar, Kamila akan berperilaku buruk terhadapnya. Wanita yang ia sebut bunda saat usianya menginjak umur sepuluh tahun itu sangat tidak menyukai kehadirannya.

"Anak ini siapa, Mas?" Tanya Kamila sembilan tahun yang lalu di malam hari yang cukup dingin kala itu.

"Anak kita." Jawab Arslan yang membuat Kamila mengerutkan dahinya bingung. "Dia anakku, tapi tolong jadikan dia anakmu juga sekarang."

Bak petir menyambar, Kamila terdiam kaku bahkan tidak sanggup merespon untuk pernyataan dari suaminya tadi. Ini sangat tiba-tiba, kebingungan mengelilingi pikirannya. Dirinya tidak pernah menyangka suaminya sudah memiliki seorang anak laki-laki yang diperkenalkan bernama Juan Aksa Gananta itu. Kenapa Arslan tidak memberi tahu terlebih dahulu?

Tapi, dengan rayuan dan pengertian yang Arslan beri pada Kamila, wanita itupun luluh dan mulai berdamai dengan semua ini dan merangkul Juan.

Hanya di hadapan suaminya.

Dirinya pernah berkata jika ia menganut childfree dan Arslan menyetujui itu. Kamila pikir Arslan juga berniat tidak memiliki anak sama sepertinya, tapi ternyata salah. Arslan sudah memiliki anak, hanya saja dia yang belum diberi tau.

Dari dulu sampai sekarang, Kamila selalu merasa jijik meski hanya melihat Juan. Perilaku hangat yang wanita itu berikan pada Juan palsu, itu hanya berlaku jika Arslan ada di sini. Jika tidak, Kamila tak segan-segan merendahkan diri Juan layaknya sebuah bangkai busuk yang menjijikkan.

Kamila juga pernah berkata bahwa Juan itu merepotkan. Anak seorang Arslan Gananta itu selalu merusak moodnya meskipun hanya diam. Rasanya, walaupun Juan hanya diam saja, Kamila akan merasa kesal dan marah.

Maka dari itu, Juan selalu berusaha menghindari Kamila. Ia tidak mau membuat mood wanita itu buruk karenanya.

"Juan," panggil Kamila dari atas tangga.

Juan pun menghampiri wanita itu. Saat mereka berhadapan, Kamila membalik tubuhnya dan berjalan ke kamarnya kembali. Juan langsung paham bahwa Kamila memintanya untuk mengikuti.

Mereka berdua masuk ke kamar Kamila. Kemudian Wanita berparas manis itu membuka lemarinya dan mengambil sebuah pisau kecil dari laci di sana. Pisau itu pemberian Arslan untuk berjaga-jaga jikalau ada bahaya datang. Mengingat, Arslan jarang ada di rumah, memberikan senjata kecil pada istrinya bukanlah hal yang buruk, dan Arslan berharap Kamila dapat menggunakannya dengan baik.

"Lo tau gue bakal apa?"

Juan hanya mengangguk. Ia sangat tahu apa yang akan terjadi dengan tubuhnya.

Kamila melayangkan pisau itu ke udara dan mengarahkannya tepat pada dada Juan membuat baju tidur Juan terkoyak dibuatnya.

Pisau itu terus dilayangkan asal ke sana kemari berusaha menggapai Juan, dan Juan hanya menghindari itu tanpa ada perlawanan.

Perlakuan ini sudah sering Juan dapatkan sedari kecil. Jika dulu ia menangis dan meraung-raung kencang, sekarang dia lebih tenang dan tidak merespon saking terbiasanya. Walaupun sebenarnya siksaan yang dia dapat justru lebih besar kala dia bertambah usia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 12 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sudut PandangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang