bab 17

10 6 0
                                    

Dibawah pohon beringin yang cukup besar kita duduk dibawah pohon itu. Ada banyak orang duduk disana dimulai dari sepasang kakek nenek, keluarga, remaja dll.

Saat aku ingin duduk dibawah pohon itu, kegiatan ku terhenti di saat Zein menghentikan kan ku. Dia menaruh daun pohon yang cukup lebar dan menaruh di bawah ku.

"Biar ga kotor." Sembari merapikan daun nya.

"Makasih."

"Oh ya Zein aku boleh bertanya mengenai SMA kita." Lanjutku.

"Boleh."

"Katanya ada kasus pembullyan ya disekolah kita?."

"Klo masalah pembullyan pasti ada disetiap sekolah. Klo tentang SMA kita aku ga terlalu tau." Ketiaka aku melihat manik matanya aku merasa dia berbohong. Seperti ada yang sengaja ditutupi.

"Okey tapi kalo tentang kasus pembunuhan yang pelaku nya murid itu kamu tahu."

"Klo aku bilang tidak apa kamu akan percaya. Aku tahu kamu dapet berita ini dari artikel kan."

"Iya. Jadi benar klo kasus ini benar terjadi." Dia hanya mengangguk

"Kamu tahu kronologinya?." Dia hanya mengangguk.

"Apa boleh aku mendengarkan nya?." Dan lagi dia hanya mengangguk.

"Dulu saat aku kelas 10. Ada 5 orang siswa yang bersahabatan. Yang tidak memungkin mereka untuk berpisah karena saking dekat nya. Kemana mana pasti mereka berlima. Perbedaan latar belakang dan umur tak memasalahkan mereka untuk berteman. Hingga ada suatu keadaan yang mengurung 2 orang diantara mereka berlima disuatu ruangan disekolah ini. Aku tak tau kenapa mereka dikurung disana. Dan kamu tahu selanjutnya salah satu diantara mereka mati karena penyakit bawaannya yang sedang kambuh. Disaat evakuasi mereka.  salah satu dari mereka sudah tidak bisa diselamatkan. Hal itu menyebabkan kesalah pahaman antara mereka dan ya mereka berlima sekarang pecah. Karena mereka memfitnah jika kemtian teman mereka karena dia. Tidak ada lagi pertemanan mereka ditambah mereka lulus dan memilih hidupnya sendiri sendiri." Aku mendengarkan cerita Zein dengan seksama.

"Terus kenapa orang yang dituduh ga ngebela."

"Dia sudah ngebela semampunya. Tapi mereka tak mendengarkan dia. Kamu tau kan gimana orang yang lagi berduka. " kami pun saling diam hingga suasana canggung. Aku masih mencerna perkataan Zein.




Terimakasih sudah membaca

Jangan lupa vote dan komen

makasih banyak

Zein BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang