bab 18

13 5 0
                                    



"Terus sekarang dia dimana.?"tanya ku ke Zein.

"Entah."jawab nya singkat. Aku tak sengaja melihat air mata Zein yang menetes namun dia buru buru menghapusnya.

"Klo aku boleh tau kenapa mereka dikunci."

"Ga tau tapi aku pernah denger klo mereka sengaja dikunciin disana."

"Sama siapa?."

"Maaf ga bisa kau kasih tau."

Langit pun sudah gelap. Adzan maghrib  berkumandang di sepanjang jalan jalan dikota solo. Sebenarnya aku ingin pulang sendiri, tetapi Zein memaksa untuk mengantarkan ku.

Saat dijalan, sebenarnya aku ingin memeluk Zein namun aku ragu untuk melakukan nya. Hingga tanpa sadar kita sudah didepan rumah ku. Aku langsung turun dari sepedanya Zein.

"Makasih ya Zein udah nganterin." Dia hanya tersenyum tipis. Dan langsung pergi meninggalkanku.



Makan malam pun tiba. Semua anggota keluarga sudah berada dimeja makan. Aku duduk disamping mas Bentala sementara pelita disamping ibu dan ayah. Kita pun makan dengan tenang tanpa mengeluarkan suara karena itu peraturan kami.

Pertama yang selesai makan adalah mas Bentala. Saat mengetahui mas Bentala sudah selesai aku buru buru menyelesaikan makan ku. Aku melihat mas Bentala sedang melihat tv yang menyangkan berita. Aku berjalan perlahan menuju mas Bentala dan duduk disampingnya.

"Mas."

"Eh ngagetin aja kamu ini."

"Ren boleh tanya." Mas bentala melihat kearah ku sambil mengangkat salah satu alisnya.

"Kenapa."

"Mas pernah terlibat kasus pembullyan?." Mas bentala memaku ditempat.

"Kenapa nanya."

"Enggak pengen tau aja."

"Mau jawaban jujur ato bohong."

"Jujurlah yakali bohong."

"Pernah."

"Kok bisa kenapa mas lakuin itu." Ujar ku tak percaya ucapan mas Bentala

"Mas ngelakuin itu juga ada alasannya dek."

"Kenapa.?"

"Karena dia yang udah bunuh temen mas dek."

"Emang mas ga mau denger pembelaan nya."

"Buktinya udah bener bahkan mas denger sendiri dari pelaku nya. Waktu itu mas Kecewa sama dia. Mas ga nyangka klo dia yang udah bunuh temen mas. Padahal dia orang nya perhatian. Waktu itu mas udah enggak bisa mikir jernih lagi. Mas udah di butakan dengan emosi mas waktu itu." Aku melihat mata mas Bentala Yang nampak serius.


Terima kasih banyak sudah membaca

Jangan lupa vote dan komen



makasih banyak

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zein BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang