Eugene merasakan tubuhnya panas seperti dipanggang dalam oven. Hawa itu membuatnya tidak nyaman. Ia menggeser kan badannya sedikit, mencoba mendapatkan posisi lebih baik.
Dengan mata yang hanya terbuka separuh, ia mendapati Isodore tepat di hadapannya. Jarak mereka begitu dekat, hampir tidak menyisakan ruang di antara tubuh mereka, sementara tangan Isodore melingkari pinggangnya dengan erat
Biasanya, Eugene akan segera menyingkirkan pelukan seperti ini, tapi kali ini berbeda. Ia malah membiarkan dirinya semakin tenggelam dalam dekapan hangat itu, membiarkan rasa lelah membimbingnya kembali ke alam kapuk.
Sementara itu, di taman yang telah diubah menjadi tempat makan malam berhiaskan cahaya dari lampu sihir.
Ergio yaang menyadari pangeran terlambat, segera beranjak pergi tanpa menengok ke arah Zeferon.
Zeferon tetap tidak bergeming. Ia hanya memalingkan pandangan ke arah sinar bulan yang terang di ujung cakrawala.
"Sudah dua bulan Istri hamil, dan selama dua bulan itu si bajingan Isodore terus memanfaatkan situasi dan tak pernah jauh dari istriku, terus menempel bagai lintah" gumamnya menggeram dengan tangannya mengepal di sisi tubuh.
"Telur-telur bajingan itu juga, kenapa bisa menyukai aroma Isodore. Lihat saja setelah menetas akan ku buang ke dalama hutan terlarang"
Ia berdiri dalam diam selama beberapa saat, hingga suara pintu yang terbuka menginterupsi.
Zeferon tetap mematung, mengira itu anya si pria rambut hijau yang sering muncul seperti hantu.
"Tuan, pangeran sedang menangis kesakitan" kata pria itu. Suaranya membuat tubuh Zeferon membeku sesaat, seperti ada sesuatu yang menusuk keras ke dalam hatinya.
Ia tidak berpikir dua kali. Dengan satu gerakan cepat, ia mengaktifkan sihir teleportasi, langsung menuju kamar istrinya.
Dan benar saja, saat ia tiba, pemandangan yang mengerikan menyambutnya. Istrinya tampak meringkuk kesakitan di atas ranjang dengan wajahnya pucat pasi dan penuh keringat dingin.
"Pangeran, tabib akan tiba sebentar lagi" Isodore dengan mata merah khas bangun tidur, duduk di sisi ranjang sambil menggenggam tangan Eugene erat dan mencoba menenangkan pangeran.
"Isodore, minggir!" seru Zeferon dingin, mengibaskan tangan untuk menyingkirkan Isodore dari sisi ranjang.
Ia segera berlutut di dekat Eugene, menatapnya dengan mata yang penuh kekhawatiran. "Istri, sepertinya kamu akan melahirkan" ucapnya, suaranya bergetar bercampur antara kebahagiaan dan kecemasan.
"Melahirkan? Apa? Ini baru tiga bulan, Zeferon, sialan! Gue belum siap!" Eugene mengumpat terengah-engah, keringat dingin mengalir deras di dahinya.
Wajahnya memerah, dan tubuhnya bergerak gelisah di atas kasur, seolah tak ada posisi yang cukup nyaman di kasur yang cukup empuk.
Tangannya yang panik meraih apa saja yang bisa digenggam, bantal, selimut, bahkan rambut panjang Zeferon yang tergerai. Setiap kali gelombang rasa sakit menghantam, Eugene mencengkeram lebih keras, menarik apa pun yang ada di tangannya.
Zeferon berusaha memfokuskan inti mana-nya untuk mempercepat prosesi melahirkan, meskipun beberapa kali rambutnya yang panjang di tarik hingga kulit kepalanya terasa tercabut.
Setelah beberapa saat, usaha Zeferon mulai menunjukkan hasil. Napas Eugene perlahan menjadi lebih teratur, dan ekspresi kesakitannya mulai mereda.
Meskipun begitu, tangannya tetap mencengkeram rambut Zeferon, membuat pria itu mendesah berat dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Be A Figuran Prince
Viễn tưởngNOTE: BXB, BL, HAREM Eugene terjebak di novel bertema kerajaan barat dan harus berperan sebagai tokoh figuran yang sama sekali tidak penting. ia menjalani hari-hari dengan santai sebelum ulang tahunnya yang ke delapan belas dan menurut tradisi dihar...