Chapter 10

9 1 0
                                    

“Aku akan menari sekali lagi. Dan aku akan bertahan hidup. Setelah itu aku berjanji aku akan bertahan hidup. Untukku, Untuk Orang Tuaku, dan…….Untukmu.”

— Im Yoona

~~~

Orang tua Yoona mendesak Donghae pulang malam itu untuk beristirahat dan membiarkan mereka yang menemani Yoona di rumah sakit. Mereka berjanji akan langsung mengabari Donghae apabila Yoona sudah sadarkan diri.

Donghae pun pulang dengan enggan setelah berjanji pada orang tua Yoona bahwa ia akan kembali besok pagi untuk menggantikan mereka menemani Yoona sehingga mereka bisa pulang dan beristirahat sejenak.

Tentu saja Donghae sama sekali tidak bisa tidur.

Setiap kali memejamkan mata, ia kembali merasakan ketakutan dingin yang mencengkeram dirinya ketika melihat Yoona jatuh pingsan dalam pelukan ayahnya. Dokter memang berhasil menstabilkan keadaannya, tetapi kini mereka harus menunggu sampai Yoona sadarkan diri.

Sejak Yoona jatuh pingsan, Donghae hampir tidak bisa merasakan apa pun kecuali rasa dingin yang menyelimuti sekujur tubuhnya. Berpikir juga terbukti agak sulit karena otaknya serasa berkabut. Dirinya hanya berfungsi secara otomatis, tanpa benar-benar disadarinya.

Donghae berbaring di ranjangnya dan menatap kosong ke arah langit-langit. Sesekali ia melirik ponselnya yang tepat berada di samping kepalanya, memastikan alat itu dalam keadaan menyala. Ia juga terus melirik jam di atas meja di samping tempat tidur, berharap pagi cepat tiba sehingga ia bisa pergi ke rumah sakit. Namun menjelang jam lima pagi, Donghae akhirnya terlelap, dan terbangun tiga jam kemudian karena dering ponsel.

Dari orang tua Yoona.

Mereka mengabarkan bahwa Yoona sudah sadarkan diri. Setelah mendengar itu, Donghae pun akhirnya bisa bernapas normal kembali.

***

Ketika masuk ke kamar rawat Yoona, ia melihat gadis itu sedang duduk bersandar di bantal-bantal di atas ranjang sambil mengobrol dengan kedua orang tuanya. Begitu melihat Donghae, Yoona langsung tersenyum cerah kepadanya. Gadis itu terlihat ceria seperti biasa walaupun wajahnya tetap pucat seolah-olah kemarin ia sama sekali tidak jatuh pingsan.

“Nah, Sayang, karena Donghae sudah datang, Appa dan Eommamu akan pulang sebentar untuk mandi dan berganti pakaian. Kami akan datang lagi nanti siang.”

“Baiklah.” sahut Yoona sambil tersenyum kepada ayahnya.

Sementara Tn. Im mencium kening putrinya, Ny. Im menoleh ke arah Donghae. “Oh, ya, Donghae, kuharap kau tidak keberatan aku meminjam kunci apartemenmu dari Yoona. Yoona butuh pakaian ganti dan kupikir aku akan mampir ke apartemenmu dalam perjalanan kembali ke sini nanti siang untuk mengambil pakaiannya.”

Donghae menggeleng. “Tidak, Ny. Im, aku sama sekali tidak keberatan. Silahkan saja.”

Ny. Im tersenyum berterima kasih. Lalu ia berbalik ke arah putrinya untuk mencium pipinya.

Tn. Im menoleh ke arah Donghae. “Dr. Schultz sudah memeriksanya tadi dan katanya anak ini harus beristirahat total sepanjang hari ini.”

“Ya, akan kupastikan dia beristirahat sepanjang hari ini.”

Tn. Im menepuk pundak Donghae sambil tersenyum. “Kuserahkan putriku kepadamu.”

Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada putri mereka dan Donghae, pasangan Im pun pergi.

“Hai.” sapa Yoona.

Donghae mengalihkan pandangan dari pintu dan kemudian menatap Yoona. “Hai juga.” balas Donghae sambil duduk di kursi di samping ranjang yang sebelumnya diduduki Ny. Im.

Sunshine Becomes You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang