06. Drunk

6 3 0
                                    

VOMENT! KALO NGGAK PANTAT KALIAN RAPET!!
-heksa

Happy reading.

Musik menggema kencang, remaja berusia hampir 17 tahun itu bergerak menggila sehabis dirinya meminum sebuah beer berwarna ungu kemerahan di gelas kaca.

Seorang remaja lain melihatnya miris, "Lo ya, kalo ketahuan bang Marlo gue nggak ikutan." Ucapnya meringis, dia sudah membayangkan betapa marahnya Marlo jika mengetahui hal ini.

"Gampang itu mah, asal dia nggak tahu semuanya aman, kan?" Jawab Heksa.

Iya, Heksa sedang mabuk sekarang. Tetapi cara berbicaranya masih 90% waras, karena dia masih mengetahui batasan. Dia hanya meminum dua teguk kok.

Omong-omong, beginilah kelakukan Heksa saat dirinya tengah pusing dengan semua hal. Pikirannya berkecamuk akan segala hal. Seperti dia yang sedang diam-diam dengan Papa, nilainya yang turun saat tadi ulangan kimia, serta yaa.. sedikit masalah wanita.

Yang terpenting, Heksa rindu Mama.

Itu, penyebab paling utama Heksa sering mabuk, merokok adalah merindukan Mama. Heksa begitu rindu akan masakan Mama, perlakuan Mama, serta ekspresi Mama saat Ia berhasil menjadi juara kelas.

"Esa anak pinter! Mama bangga sekali sama kamu, Nak."

"Esa! Kamu juara lagi? Wahh, kerennya anak Mama!"

Afirmasi-afirmasi positif dari Mama selalu membuatnya semakin bersemangat akan ulangan, ujian, atau bahkan praktik di sekolah. Mungkin, Papa juga sedang melakukan hal sama, tetapi.. Heksa tetap rindu Mama.

Karena Papa tidak akan pernah menjadi Mama.

----

"Lo tuh dimana sih Sa..? Di telepon nggak diangkat-angkat! Jangan buat gue berpikir negatif sama lo dong Sa!" Marlo terus menerus menekan ikon telepon di nomor Heksa, tetapi, satu panggilan pun tidak diangkat oleh anak itu.

Lagi mabuk dia bang :)

"Gimana? Diangkat sama adek lo?" Tanya teman Marlo yang bernama Junior, Marlo menggeleng pasrah, "Gua takut. Gua takut Esa ngelakuin hal-hal yang nggak wajar, kayak mabuk, rokok sebungkus.."

"Lo tau kan? Adek gue orangnya nekat." Lanjut Marlo menghela napas pasrah, Junior mengangguk kuat, tentu dia tahu akan kelakuan Heksa, adik teman satu-satunya ini.

"Coba lo hubungin temen-temennya deh, kalo nggak salah adek lo tuh ketua geng Bangor kan?? Nah! Lo telepon tuh anggota geng adek lo itu." Saran Junior, jujur dia sedikit ingin tertawa saat menyuarakan geng Bangor.

"Lo bener juga. Gue nggak kepikiran anjir." Ucap Marlo, lantas Ia segera menghubungi Renja lebih dulu.

"Nggak ada bang."

Lanjut Ia menghubungi Jino dan Nino, keduanya pun sama-sama menjawab 'nggak bareng Esa bang, kita lagi di rumah Grandma.'

Marlo menghembuskan napas gusar, Esa.. semoga lo nggak ngelakuin hal-hal bodoh yang gue takutin, Sa.. batin Marlo.

....

Sedangkan dibar, Heksa masih senantiasa joget dan mabuk. Tidak ada niatan untuk berhenti barang sedetik pun, ini terlalu nikmat, bebannya seakan terangkat.

Tetapi, jogetan nikmat itu terhenti saat Heksa melihat seorang wanita cantik yang menjadi titik rindunya selama ini.

Mama..

Itu Kala! Heksa menatap Kala dari atas sampai bawah, kenapa dirinya memakai pakaian sangat seksi dan dirinya melakukan adegan tidak senonoh bersama banyak pria..

Tidak! Heksa menggeleng keras, mungkin ini efek mabuknya, itu sebabnya Ia melihat wanita itu sebagai Mama.

Tetapi.. semakin Heksa melihat, semakin jelas bahwa itu adalah Kala. Mamanya, Mamanya yang selalu menjadi pusat kerinduan hatinya, Mamanya yang selalu menghangatkan hatinya dulu. Tanpa pikir panjang Heksa mendekati Kala.

Kala nampak terkejut saat melihat sosok anak yang mendekatinya. Esa.. batin Kala.

"Mama..?" Heksa terus mendekat, "Mama.. Esa kangen, boleh peluk Esa nggak, Ma?"

Sejujurnya Kala teriris dengan ucapan Heksa, tetapi pekerjaannya kini lebih penting! Atau jika tidak, suaminya akan marah jika dia tidak melakukan pekerjaan ini.

"Heksa? Ngapain kamu disini? Pulang. Pasti Marlo dan Javier menunggu kamu di rumah! Dan.. jangan panggil Aku sebagai Mama."

"Karena aku bukan ibumu lagi."

Deg

Kala memalingkan wajah setelah mengatakan hal itu, itu bukan keinginan Kala.. keadaan memaksanya untuk begini.. Maaf, maafin Mama, Esa.. batin Kala.

Air mata Heksa turun begitu saja, ucapan itu sangat-sangat melukai hati Heksa.. rindunya selama ini hanya dibalas ucapan begini? Itu sungguh tidak adil untuk hatinya.

Heksa menghapus air matanya kasar dan melenggang meninggalkan bar serta minuman haramnya. Heksa memilih untuk pulang dan siap dengan resiko yang akan Ia hadapi di rumah, yakni kemarahan Marlo dan Papa.

TBC!
----

Note : kala oh kala maaf ya peranmu cukup ngenes, udah waktu sama Javier kurang perhatian karena dia sibuk, sama suami baru malah dipaksa buat jadi LC😞🫵🏻

Sorry, I can't | Haechan, Mark And Jaehyun Nct.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang