Voment, voment, voment
-sotoHappy reading.
Heksa melirik ke samping, Ia terkejut melihat Javier yang juga menatapnya sendu, sekarang rasa bersalah mulai menjalar di hati Heksa..
Heksa lalu berlari dan memeluk Javier dengan erat, Javier membulatkan matanya, lantas membalas pelukan Heksa dengan erat.
"Papa.. maaf,.. maafin Esa.." Heksa terisak keras sembari meminta maaf pada Javier. Ia sangat durhaka pada Javier. "Esa.. Esa nggak salah, Papa yang salah.."
"Seharusnya Papa bisa meluangkan waktu untuk kalian bertiga, untuk Esa.. untuk Mama, untuk Abang.."
Heksa menggeleng keras, "NGGAK! Papa tuh kerja juga buat Esa, Mama sama Abang.. Papa nggak salah, Esa salah karena udah salah sangka dan salah paham sama Papa.."
Marlo tersenyum tipis melihat ini, akhirnya. Heksa dan Javier memeluk satu sama lain setelah 2 tahun tidak bercengkrama, Marlo sangat senang sekali rasanya.
"Esa.. Esa mau kan terima Papa dan memperbaiki hubungan Esa dengan Papa?" Tanya Papa pelan, Heksa mengangguk kuat, Ia sangat ingin..
"Emm.. anu.. maaf, boleh ikutan pelukan nggak?"
Celetukan Marlo membuat Javier dan Heksa yang tengah menangis itu tertawa pelan, Marlo memang selalu lucu saat menyeletuk, "Boleh, Abang.."
Marlo tersenyum lebar dan ikut memeluk Javier dan Heksa. Setelah ini, mereka akan membuat lembaran baru di setiap harinya.
....
Heksa tersenyum senang mengingat kejadian semalam, hari ini Ia akan pergi sekolah, dan hari ini sarapan pertama lagi dengan Papa.
"Esaaa!! Lama lo!!" Teriak Marlo dari bawah, Heksa merolingkan mata, "Punya Abang kagak sabaran banget sih!" Cebiknya. Heksa pun turun dan duduk di kursi.
"Hehehe, pagi Papa." Sapa Heksa, Javier tersenyum manis menampilkan lesung pipinya yang manis. "Pagi juga, anak bungsu Papa."
"Cieee ada yang udah baikan nih.." Ledek Marlo, Heksa mendelik pada Marlo, lain halnya dengan Javier yang tertawa senang, Ia sungguh merindukan momen ini.
"Hari ini, Papa yang anter kalian, ya? Jadi Abang nggak usah bawa motor, kita naik mobil aja." Ucap Javier.
Seketika mata Heksa berbinar terang, sudah lama Ia tidak menaiki mobil Papa, Ia pun mengangguk kuat, gemas sekali..
Marlo pun mengusak rambut anak itu gemas, "Gue suka lo yang jadi bocah gini, Sa.."
"Daripada lo yang mabuk-mabukan itu."
Heksa yang tadinya ingin marah karena tatanan rambutnya menjadi berantakan, berubah urung karena Marlo membahas lagi kejadian dia mabuk, "Iyaa maaf. Nggak akan mabuk-mabuk lagi, janji."
"Oke, janji kamu Papa pegang." Ucap Javier yang tahu suasana mulai berubah.
---
Renja, Nino dan Jino menatap horor Heksa yang terus tersenyum seperti orang gila, atau memang Heksa sudah gila, ya? Renja yang sudah tak tahan pun menggeplak lengan Heksa.
"Aw! Sakit Renja anjing! Kenapa sih lo? Kesambet??" Kesal Heksa, "Lo kenapa sih, Sa? Makin hari makin aneh gue liat-liat." Ujar Renja.
"Aneh apaan sih anjing? Gue gini-gini aja perasaan kagak ada yang aneh. Halu lo."
"Bukan begitu Esa sayangku, maksud Renja tuh, lo kenapa senyam senyum ke orgil hah? Kemarin-kemarin galau, sekarang senyam-senyum." Ujar Nino menerangkan, Jino menjentrikkan jari, "Setuju sama Nino gue, lo lagi seneng banget, ya?"
Heksa tersenyum lagi, "Lo semua harus tau. Kalo gue udah baikan sama bokap!" Pekik Heksa senang. Lantas ketiganya ikut tersenyum senang.
"Baguslah.. Lo jadi kagak galau lagi haha." Ujar Jino.
"Nah, itu baru temen gue. Jangan ada masalah sama bokap lo lagi, ya? Akur-akur lu." Ucap Nino
Renja mengangguk, "Iya Sa. Kita ikut seneng dah lo sama om javi baikan, lagian kan masalalu biarin aja berlalu, lo bikin lembaran yang baru sama om Javi dan bang Marlo mulai sekarang."
Heksa mengangguk kuat, "Pasti banget."
TBC!
-----Note : hehe, maaf ya sedikit, menuju ending..
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I can't | Haechan, Mark And Jaehyun Nct.
FanfictionIni cerita Heksa. Si anak bungsu yang sayangnya jarang atau bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang Papa karena beliau terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Suatu ketika, sebuah kejadian terjadi di hidup Heksa, kejadian berat yang membuatnya sangat...