17

492 140 24
                                    

Hendry mengusap-usap pelan dagu Riel.
"Ikuti arahan ku agar semuanya berjalan dengan baik"

Riel sejujurnya ragu melakukan hal seperti ini tapi benar apa yang Hendry katakan, mereka sudah menikah tapi kenapa Tirta ragu untuk menyentuh Riel hanya dengan alasan Riel masih umur belasan.

Hendry meminta Riel bicara dengan para penjaga untuk membawa Hendry ke kamar dan nanti Hendry akan datang melewati jendela.

Dengan polosnya Riel menurut saja, dia membuka kunci jendela seperti yang Hendry minta, sebelum Hendry datang Riel terus menatap wajah Tirta yang saat ini sudah tertidur pulas.

"Maafkan aku yang mulia tapi aku sudah lama menunggu" Riel terlihat sedih karena dia akan mengingkari janjinya bersama Tirta.

Tak lama kemudian, Hendry benar-benar datang ke kamar Riel, dia juga membawa botol berisi cairan pelumas.

Hendry tersenyum.
"Sudah siap?" Tanya Hendry.

Riel meremas tangannya.
"Ju-jujur ku katakan aku tidak siapa" walaupun Riel bicara seperti itu, Hendry tidak perduli.

Hendry tetap melakukan rencananya, dia menyuruh Riel membuka pakaiannya dan tentu hal ini mendapat penolakan dari Riel.

"Tidak.. yang mulia! Tungg-Mpph!!" Hendry menahan kedua tangan Riel lalu mendorong Riel hingga terbaring tepat didekat Tirta, Riel membulatkan kedua matanya saat Hendry melumat bibir Riel.

Penolakan itu perlahan berubah melemah saat tangan nakal Hendry bergerak melepas satu persatu pakaian Riel.

Tidak hanya itu, Hendry bahkan menumpahkan cairan dari botol itu tepat di tubuh Riel yang sekarang sudah polos tanpa busana.

Wajah Riel memerah saat merasakan sensasi dingin dari cairan tersebut, Riel menutup mulutnya ketika Hendry menjilat kedua nipple Riel bergantian tak hanya itu saja tangan Hendry membalur cairan licin itu di tubuh Riel hingga ke bawah, bagian sensitif Riel.

Riel menutup mulutnya mencoba menahan desahan yang hampir lolos.
'Oh tidak! Sensasi nikmat ini.. tubuh ku tidak bisa menolak!' batin Riel.

Seringai terlihat dibibir Hendry, tangan Hendry menggenggam p*nis Riel yang tentu membuat permaisuri raja ini terkejut.

"Mm!! Mn!!" Riel mengelengkan kepalanya meminta Hendry jangan menyentuh miliknya tapi Hendry tidak perduli.

Kocokan itu membuat tubuh Riel bergetar hingga akhirnya cairan kental itu keluar membasahi perut dan tangan Hendry, Hendry menarik tubuhnya menjauh sedikit dari Riel.

Hendry menjilat jarinya.
"Aku akan melonggarkan mu yang mulia Riel jadi perlihatkan pada ku"

Hendry mendorong kedua kaki Riel ke depan, dia bisa melihat hole Riel yang masih suci tak pernah terjamah oleh siapapun bahkan suaminya sendiri Tirta.

Riel yang masih setengah sadar tidak bisa berpikir apa yang akan Hendry lakukan hingga akhirnya Riel terkejut merasakan sesuatu masuk menerobos holenya.

"Akh! Mmphh!" Hendry menutup mulut Riel.

"Ssstt.. kecilnya suara mu, ini hanya dua jari"

Deg! Deg! Deg!

Jantung Riel berdebar kencang, sejujurnya tidak sakit tapi ada hal aneh yang terasa mengganjal.

Hendry cukup kesulitan membuka hole yang belum pernah terjamah ini, dia akhirnya bisa menemukan titik ternikmat Riel setelah hampir 2 menit bermain dengan hole Riel.

Desahan tertahan Riel membuat Hendry sedikit frustasi karena dia ingin mendengar suara indah itu lagi tapi fakta Tirta ada di dekat mereka tentu Hendry harus menahan diri.

Setelah selesai membuka hole Riel, Hendry menuntun Riel agar duduk di atas tubuh Tirta, Hendry membuka celana Tirta dan penampakan p*nis Tirta membuat Riel menelan salivanya berat.

"Ini yang kamu mau kan?" Hendry menyentuh p*nis Tirta sembari memeluk Riel dari belakang.

"Coba pegang dan rasakan milik suami yang kamu cintai ini Riel" bisik Hendry tepat di telinga Riel.

Riel dengan perasaan ragu perlahan menyentuh milik Tirta, wajah Riel semakin memerah karena dia tidak pernah menyangka ternyata milik Tirta muat dua genggam tangan Riel.

Dari posisi belakang, Hendry menuntun tangan Riel agar bergerak naik dan turun memijat p*nis Tirta hingga suara lenguhan dari Tirta membuat Riel terkejut.

"Ya-yang mulia bangun" suara Riel bergetar, dia sangat panik tapi Hendry meyakinkan Riel kalau kakaknya tidak akan semudah itu bangun terlebih dia banyak minum.

"Ayo lanjutkan.. lihat, dia mulai tegang" kata Hendry.

Glup.

Riel menelan salivanya lagi, dia mengikuti arahan Hendry hingga membuat Tirta klimaks di tangan mereka berdua.

Hendry tersenyum, dia mendorong tubuh Riel hingga membuat wajah laki-laki muda ini sangat dekat dengan wajah Tirta.

Hendry mengarahkan milik Tirta tepat didepan hole Riel, sensasi hangat itu sedikit membuat Riel terkejut tapi rasa terkejutnya tidak hanya sampai disitu.

Hendry tiba-tiba menarik tubuh Riel lalu menekan pinggulnya ke bawah yang tentu saja membuat Riel hampir menjerit tapi jeritannya tertahan karena Hendry lebih dulu membekap mulut Riel.

Hendry memeluk Riel dari belakang dan sialnya p*nis Hendry ikut menegang dibalik celananya.

.
.

Bersambung ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Under the apple tree (Mpreg 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang