04

20 7 2
                                    

Sejak semester pertama, Yoshi telah bergabung dengan klub fotografi. Di sanalah ia bertemu dengan Junkyu, yang juga baru saja bergabung seperti dirinya. Kini, di semester ini, mereka berdua bersiap untuk memamerkan karya mereka di pameran seni tahunan kampus.

Untuk proyek tersebut, Yoshi dan Junkyu sibuk mencari pria-pria tampan untuk menjadi model mereka.

Sayangnya, hingga kini usaha mereka belum membuahkan hasil yang memuaskan.

“Apa penglihatan kalian serendah ini?”

Tanya Asahi, ketua klub fotografi, sambil menatap kecewa ke arah foto-foto model pilihan Yoshi dan Junkyu yang berserakan di atas meja.

Junkyu langsung mendelik, merasa tak terima. “Gila! Lihat baik-baik! Mereka keren, tahu. Lihat ototnya, seksi banget!”

Junkyu mengambil salah satu foto dan mengangkatnya tepat di hadapan Asahi. Namun, ekspresi Asahi tetap datar, tak terkesan sama sekali.

“Jadi, kamu maunya yang seperti apa?” tanya Yoshi, penasaran dengan selera tinggi ketua mereka.

“Yang punya tampilan seperti pangeran. Badannya tinggi, tatapannya dingin, dan punya aura seperti binatang buas yang siap menerkam.” kata asahi

“Susah banget nyari kriteria kayak gitu,” keluh Yoshi sambil menghela napas.

“Kebanyakan cowok ganteng di kampus cuma tipe flower boy atau anak teknik yang gondrong dan nggak terawat.”

“Iya, iya. Itu alasanmu saja,” cibir Asahi, tak mau kalah.

Junkyu, yang mulai kesal, menyahut, “Kalau gampang nyari pria tampan sesuai kriteria absurd kamu itu, ya sudah bawain sendiri ke sini! Kamu pikir cowok-cowok kayak gitu suka berkeliaran di jalan?”

Asahi tersenyum tipis. “Oke, tunggu saja.”

“Emangnya ada?” Yoshi memandangnya ragu.

“Ada. Kemarin aku ketemu di Itaewon. Kami sempat minum bareng, bahkan jadi cukup dekat. Dia juga satu kampus dengan kita,” jawab Asahi sambil mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.

Setelah berbicara sebentar, ia menutup teleponnya dengan senyum percaya diri. “Dia akan ke sini sebentar lagi.”

“Cepat banget,” gumam Junkyu, tak percaya.

“Orangnya kayak apa?” tanya Yoshi, semakin penasaran.

“Tunggu saja,” balas Asahi singkat. “Tapi, dia sedikit... kasar.”

Belum sempat Yoshi dan Junkyu membalas, pintu ruang klub tiba-tiba terbuka. Seorang pria tinggi dengan rambut hitam yang sedikit panjang melangkah masuk dengan percaya diri.

Aura dinginnya langsung memenuhi ruangan, membuat semua mata tertuju padanya.

Wajahnya tampan dengan garis rahang tegas, dan tatapan tajamnya seolah bisa menembus siapa saja yang berani menatap balik.

"Hai," sapanya singkat sambil berjalan bak model menuju Yoshi dan Junkyu yang duduk di sofa.

"Luar biasa tampan," gumam Yoshi, matanya terpaku tanpa berkedip. Junkyu hanya mengangguk setuju.

“Sedikit menyebalkan, tapi aku setuju denganmu,” tambah Junkyu.

“Oh, kau sudah datang,” Asahi menyambut pria itu dengan santai.

“Kami sedang mencari model untuk pameran seni tahun ini. Hanya kau yang memenuhi kriterianya. Maukah kau jadi modelnya?” tanyanya spontan.

Yoshi dan Junkyu sudah tidak sabar menunggu jawaban. Namun, bukannya menjawab, pria itu justru melangkah mendekati Yoshi, menatapnya dengan tajam. “Ini tugasmu, kan?” tanyanya langsung menggunakan banmal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Yoshi Harem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang