Becky mengerjapkan matanya dengan susah payah. Rasanya sulit untuk dibuka dan sedikit perih. Wajar saja jika mengingat semalam ia menangis begitu lama setelah Freen -dengan tidak berperasaannya- meninggalkannya begitu saja. Becky berdesis penuh dendam. Ingin sekali memukul wajah sok dingin itu dengan sarung tangan tinjunya. Tangannya mulai meninju udara di depannya, seolah Freen ada di sana. Seperti ia sampai hati saja melakukannya. Bahkan saat ini ia melakukan kebiasaan aneh Freen memukul udara. Lebih ringan katanya dari pada memukul manusia sungguhan.
"Dasar perempuan jahat tidak berperasaan dan menawan!" Gerutu Becky sembari turun dari ranjangnya dan memakai sandal rumah berbentuk hiu. Tapi tunggu dulu, seharusnya pagi ini ia begitu nampak kacau dengan heels yang masih membungkus kakinya dan make up luntur yang membuat wajahnya sangat buruk rupa. Tapi kenapa rasanya pagi ini ia masih nampak cantik di kaca meja riasnya? Ya meski dengan mata sembabnya.
Becky melirik bantalnya sejenak, tidak nampak tanda-tanda besak make up di sana. Gadis itu mengangkat bahunya tak acuh. Biar saja, nanti Becky cari tahu, sekarang ia ingin menggosok gigi dan mencuci mukanya. Sungguh perutnya kelaparan.
Memikirkan hal semalam benar-benar menguras tenaganya. Meloby Saint bukanlah hal yang mudah bagi Becky jika tidak menggunakan nama daddynya. Phi Title jelas-jelas tidak mau angkat bicara. Demi keamanan pekerjaannya katanya. Becky mencoba bertanya ke ibu Freen, juga tidak ada jawaban yang dapat membuat Becky puas. Ia hanya mendapat beribu kata terima kasih dan maaf dari ibunya. Heng? Pria mulut ember itu bahkan tidak memberinya sepatah katapun. Bahkan Nam tidak mampu membuatnya berbicara.
Jelas hanya Saint yang bisa ia jebol pertahanannya. Becky punya kartu AS palsu di tangannya. Ya, palsu karena ia tidak mungkin menyeret daddynya dalam masalah ini. Bisa-bisa daddynya marah besar. Kesempatannya bertemu Freen akan lenyap begitu saja.
Bagus Becky, kau bisa melakukannya dengan baik. Di tengah-tengah kesibukannya, Becky masih bisa menyusun rencana ini adalah hal yang luar biasa. Sibuk kuliah, promo film, memikirkan Freen. Tapi keberhasilannya sia-sia saat mereka justru berakhir dengan perdebatan hebat semalam. Becky tidak lagi tahu harus melakukan apa sekarang. Meski jika diingat-ingat lagi masih banyak hal yang harus ia lakukan. Kuliah dan pekerjaan masih menunggu gilirannya. Ini masih pagi dan ia masih punya banyak waktu untuk sarapan sembari menangisi Freen lagi. Tidak perlu terburu-buru.
Gadis itu segera menuruni tangga. Langkahnya melambat ketika ia melihat dengan jelas lagi-lagi Freen nampak terlelap dengan posisi terduduk di bawah sofa. Hampir sama seperti beberapa waktu lalu mereka bertengkar di kondoniumnya.
Becky menghampiri penjahat hati itu. Duduk disampingnya dan menyandarkan kepalanya di bahu yang bergerak ke atas ke bawah secara teratur itu. Jemari tangannya perlahan menyelinap di antara jemari tangan Freen. Saat menyadari ada sebuah tabung kecil di sana, Becky meraihnya perlahan. Tabung yang sama persis ia temukan kemarin di atas sofanya. Jadi ini memang milik Freen, pantas saja wadah obat itu tiba-tiba saja hilang di tasnya.
Sejujurnya Becky masih penasaran, tapi sepertinya Freen membutuhkan obat ini. Gadis itu memutuskan untuk mencuri sebutir darinya. Seharusnya tidak berpengaruh banyak bukan? Becky rasa tidak, jadi ia mengantongi sebutir obat misterius itu. Selesai dengan kelancangannya. Becky kembali menyelipkan jemarinya di antara jemari Freen, kembali menggenggamnya begitu hangat dengan wadah obat di tengahnya.
Mengabaikan rasa lapar perutnya, Becky mendongak lebih memilih menikmati bagaimana paras menawan Freen begitu nampak menakjubkan di bawah sorotan sinar matahari pagi. Becky selalu menyukainya, bagaimana mata Freen membelalak humoris dengan alis yang terangkat tinggi ketika terkejut akan sesuatu. Oh, hidungnya yang mengerut lucu ketika tidak menyukai sesuatu. Dan senyum gusinya, selalu nampak cerah, menghangatkan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untitled Us
Fiksi PenggemarMungkin tidak seharusnya aku mencintaimu. Atau mungkin tidak seharusnya kau melebihi batasnya. Kini aku yang begitu tersesat mencari hingga tak tau akan mendapatkan hatimu atau mencari jalan keluar dari duniamu yang begitu rumit. Namun sial, sejauh...