"Terima kasih."
Hong hanya mengangguk saat Nut mengatakan itu. Ia hanya ingin membantu meski ia sadar yang tadi terlalu jauh. Mungkin setelah ini akan ada hal lain yang harus ia hadapi. Resiko dari apa yang ia lakukan hari ini.
"Aku pergi dulu. Ada beberapa barang yang harus kubeli."
Nut menarik tangan Hong saat pemuda itu baru saja berbalik.
"Aku akan mengantarmu!"
"Sebenarnya aku sendiri juga tak apa."
"Kau masih marah padaku?"
"Aku tak pernah marah. Hanya saja Lego dan Tui melarangku menemuimu."
Hal itu memang benar. Dua sahabat baik Hong itu mengkhawatirkan keadaan Hong. Mereka takut kalau pemuda manis itu takut atau sampai trauma. Kekhawatiran yang tak jelas sebenarnya. Jelas mereka sangat mengenal Hong. Hal yang dikhawatirkan tidak akan pernah terjadi.
"Aku minta maaf tentang kejadian yang lalu. Mungkin ini sudah sangat terlambat, tapi aku harap kau mau memaafkan ku."
Hong thau Nut tulus mengatakannya. Ia juga tak ingin terlalu lama mendiamkan pemuda tampan itu.
"Sudahlah. Yang lalu biarkan berlalu. Sekarang kita jalani kehidupan yang baru."
Hong mengucapkannya dengan senyuman tulus. Ia ingin keadaan mereka kembali seperti semula. Berteman dan bercanda ceria bersama-sama.
"Jadi, apa sekarang aku boleh mengantarmu?"
"Baiklah. Ayo sebelum senja! Nanti aku harus ke tempat kakakku."
Mereka berdua pun pamit pada yang lain dan meninggalkan tempat itu. Lego dan Tui saling tatap dengan senyum misterius yang membuat William mengernyit heran.
"Kau tahu apa yang kupikirkan?" tanya Lego.
"Tentu saja. Kurasa kita punya pemikiran yang sama," balas Tui.
William yang berdiri di tengah mereka semakin bingung. Ia tak bisa memahami pasangan sahabat ini.
"Kalian bicara tentang apa?" tanya William akhirnya.
Lego dan Tui menatap William. "NutHong!" seru keduanya.
"Hah? Maksudnya gimana?" William masih tak mengerti.
"P'Nut sama Hong cocok jadi pasangan," ucap Lego.
"Jadi mereka berdua harus jadian!" lanjut Tui diakhiri dengan senyum di wajah keduanya.
William menatap mereka dengan menjatuhkan rahangnya ke bawah. Ia sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran dua sahabat ini. Bagaimana bisa Hong yang bukan seorang gay disuruh jadian dengan Nut?
Baru kan melayangkan kalimat protes, dua sahabat itu sudah melangkah pergi meninggalkannya. Mau tak mau ia pun mengejar mereka.
Di supermarket, Hong sedang memilih beberapa barang yang memang dibutuhkannya. Ia membeli keperluan sehari-hari yang sudah mulai habis.
Nut mengikutinya di belakang sambil mendorong troli belanja. Ia memperhatikan barang-barang atau jenis makanan yang dipilih pemuda manis di depannya.
Semua hanya barang biasa yang bisa dijangkau isi dompet mahasiswa perantau itu. Nut jadi berpikir, dulu ia belajar di luar negeri, tapi ia tak pernah memikirkan hemat uang untuk kesenangannya. Sungguh sangat berkebalikan dengan pemuda manis yang telah mencuri hatinya.
"Kau ingin membeli sesuatu, Nut?" tanya Hong yang saat ini sedang memilih mie instan.
"Aku tak ingin apa-apa. Kulkasku masih penuh, di kamar mndi juga masih ada persediaan," jawab Nut jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Playboy (BL)
FanfictionSeorang pemuda yang terpaksa menyandang status playboy mengakhiri kisahnya. Ia tak lagi berhubungan dengan makhluk yang berjenis wanita. Seorang pemuda lainnya baru memutuskan hubungannya dengan sang kekasih karena penolakan orang tua. Seorang gay y...