"Bisa milih warna nya nggk jar?"
Radit bertanya pelan. Fajar yang sedang menulis nama Radit dan kepada siapa bunga itu diberikan seketika menoleh."Bentar mas, aku tanya dulu." Seorang anak laki laki kelas sebelas memanggil temannya untuk mendekat. Fajar melambaikan tangan pada Indira meminta agar gadis itu mendekat. Gadis yang memiliki rambut sebahu itu beranjak berdiri, meninggalkan catatan pada temannya yang sedang membantunya untuk menulis. Dia menyusul dua laki laki yang berbeda satu tingkat itu.
"Ini mas Radit tanya kira kira warna bunganya bisa milih nggk?"
Indira yang menyadari ada Radit disana membuat pupil matanya melebar. Tapi sebisa mungkin ditutupi dengan sikap profesional.
"Bisa mas, tinggal bilang mau bunga tipe apa sama warnanya nanti di catet sama si fajar." Indira berkata pelan
Gadis itu menjadi sangat menjaga suaranya agar lebih lembut. Fajar menaikan satu alisnya, sedikit heran melihat sikap Indira yang biasanya bicaranya keras menjadi sangat lembut di depan Raditya.
Radit mengangguk, dia tidak menginginkan bunga yang aneh aneh hanya ingin request warnanya saja.
" Yang krisan aja ya jar kalo bisa warnanya putih."
Fajar mengangguk, dia mencatat pesanan Raditya. Radit mengulurkan selembar uang dua puluh ribu pada adik tingkatnya itu.
"Udah mas. Ntar bunganya di kasih pas hari Rabu." Pungkas Fajar setelah menulis pesanan. Laki laki yang memiliki potongan rambut bak seorang paskibra merogoh uang di dalam sebuah kantung kecil berwarna coklat untuk kembalian Raditya.
"Makasih ya jar."
"Sama dikasih ini ya klo bisa." Lanjutnya. Radit menyerahkan sebuah kertas kecil disana.
Fajar mengangguk dan mulai sibuk lagi menuliskan beberapa catatan di notebook miliknya.
Indira yang melihat Raditya menjauh lantas mendekati fajar yang sibuk menulis. Dia meraih buku catatan yang digunakan untuk menulis pesanan flowerfess, menelusuri setiap tulisan. Ketika dia menemukan nama Raditya, bibirnya berkedut. Seperti apa perempuan yang akan mendapat flowerfess dari seorang Raditya.
***
"Cieeeee nada, dari siapa tuuu.""Ada yang diem diem suka sama nada nih ternyata, cieee."
"Wihhh selamat yaa nad."
Nada menutup telinga dengan kedua tangannya. Satu kelas menjadi riuh tepat setelah seorang anggota OSIS kelas 11 mengantarkan sebuah bunga padanya.
Bunga berwarna merah itu kini tergeletak di atas meja. Tidak ada nama pengirim hanya ada note dibawah namanya.
To : Anada Mutiara
Note : Izinkan aku untuk mengagumimu
From : -Seperti itu isi kertas yang tergantung pada kartu ucapan pada bunga yang diterima nada.
Teman temanya masih ricuh pasalnya diantara 35 orang anak di kelasnya hanya dia yang mendapat bunga. Itupun tidak ada nama pengirimnya.
Radit dan Fariz yang baru memasuki kelas hanya memandang teman temannya heran. Mereka melihat nada yang sedang memainkan ponsel duduk tenang di tempatnya.
Radit yang menyadari satu hal langsung paham kenapa teman temannya bisa menjadi sangat ricuh.
"Wihh nad, dapet dari siapa Lo?" Fariz yang menyadari adanya sebuah bunga di atas meja nada bertanya dengan heboh, ikut ikutan teman sekelasnya. Nada yang menyadari hal itu menatapnya tajam. Telinganya sakit dari tadi mendengar teman temannya yang berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Randhu
Teen FictionAku seperti lampiasan rasa dari seorang penulis disana. "Aku tau Rin, aku salah. Sering membuatmu kecewa adalah kesalahanku. Namun. aku juga tidak bisa untuk membangkang kepadanya. Disisi lain aku bingung harus memilih perempuan yang aku cintai atau...