18

32 5 0
                                    

Maaf jika typo bertebaran 🙏

-

-

-

Di bawah langit yang indah, Sing dan Zayyan duduk bersebelahan, memandangi bintang-bintang yang berkelip di atas sana. Sing merasa hidupnya kini sudah mulai membaik meskipun ia belum tahu siapa orang tua kandungnya. Namun, kehadiran Zayyan sudah cukup baginya. Zayyan, sosok yang selalu bisa membuatnya tersenyum di tengah kesedihan.

“Zayyan… terima kasih untuk semua yang kau lakukan padaku,” ucap Sing dengan senyuman tulus.

Zayyan menatapnya lembut. “Kau tak perlu terus-terusan berterima kasih, Sing. Mungkin sudah ditakdirkan aku untuk membantumu.”

Sing menunduk, merasakan perasaan campur aduk di hatinya. “Zayyan… apakah kau mau berjanji untuk tidak pergi lagi?”

Zayyan terdiam sejenak, wajahnya menunjukkan keraguan. “Aku… aku tak tahu, Sing. Melihat perbedaan antara dunia ku dan duniamu membuatku ragu untuk berjanji. Aku takut kau yang akan terkena dampaknya nanti. Dan aku tak mau kau terluka.”

Hati Sing terasa berat mendengar itu. “Tak apa, Zayyan. Seenggaknya kita bisa bertemu meskipun tidak sering, kan?”

“Iya, Sing. Jangan sedih!” Zayyan berusaha menghibur, meskipun ia sendiri merasakan ketidakpastian yang sama.

Tiba-tiba, cahaya putih menyinari malam, membuat penglihatan mereka sulit melihat. “Ada apa ini?” tanya Gyumin yang tiba-tiba datang.

Dari balik cahaya itu, muncul seorang pria paruh baya, sosok yang tak asing bagi Zayyan. “Ayah…” ucap Zayyan lirih.

“Kau melanggar janjimu, Zayyan. Sekarang saatnya kau kembali ke asalmu,” tegas ayah Zayyan.

“Tapi ayah, masih ada satu hari lagi, bukan?” Zayyan berusaha membela.

“Tidak, kau tetap harus kembali sekarang,” jawab ayah Zayyan dengan nada sedikit marah.

Sing merasakan ketegangan di antara mereka. Tak lama kemudian, tubuh Zayyan mulai mengeluarkan cahaya. Itu pertanda bahwa ia akan menghilang dari dunia manusia dan kembali ke dunia putih.

“Tidak… ayah, Gyumin, Hyunsik, tolong aku!” teriak Zayyan, matanya penuh harapan.

“Zayyan…” teriak Sing ingin menggapai Zayyan, tetapi terlambat. Dalam sekejap, Zayyan sudah menghilang, meninggalkan Sing dalam kebingungan dan kesedihan yang mendalam.

“Zayyan…” panggil Sing, suaranya pecah.

“Sing, bangunlah! Kau tak apa?” tanya Gyumin, berusaha menenangkan.

“Tenanglah, Sing. Zayyan pasti akan mengunjungimu lagi,” hibur Hyunsik, meskipun ia sendiri merasa cemas.

“Apa ayah Zayyan tidak akan menyakiti Zayyan?” tanya Sing sambil menangis, hatinya hancur.

“Aku… aku tidak tahu, Sing,” jawab Hyunsik dengan suara lembut, berusaha memberi kekuatan pada Sing.

Hari-hari berlalu, tetapi bayangan Zayyan tak pernah hilang dari pikiran Sing. Ia sering menatap langit malam, berharap melihat cahaya putih yang menandakan kedatangan Zayyan. Namun, yang ia temui hanya kesunyian.

“Sing, kau baik-baik saja?” tanya Gyumin saat melihat Sing termenung di bawah bintang.

“Entahlah, Gyumin. Rasanya seperti ada yang hilang,” jawab Sing dengan suara pelan.

“Zayyan pasti akan kembali. Dia mencintaimu, dan dia tidak akan melupakanmu,” kata Gyumin meyakinkan.

Sing terkejut mendengar penuturan Gyumin bahwa Zayyan mencintainya. Apa ia tidak salah dengar? Selama ini, Sing berusaha mengusir perasaan itu karena mereka sesama lelaki. Di dunia manusia, hal itu jelas dilarang.

“Gyumin, apa maksudmu Zayyan mencintai aku?” tanya Sing, suaranya bergetar.

“Emmm, itu… anu…” Gyumin merasa gugup setelah mengucapkan kalimat yang berani itu. Ia tidak ingin menjadikan suasana semakin canggung.

“Jujurlah padaku, Gyumin!” desak Sing, matanya penuh harapan akan jawaban yang jelas.

Tak lama kemudian, Hyunsik datang, menghampiri mereka dengan wajah serius. “Benar, Sing. Zayyan mencintaimu,” ucap Hyunsik tegas. “Aku tidak tahu perasaannya mencintaimu dengan maksud apa, tetapi kami melihat jelas rasa cinta yang besar dalam diri Zayyan terhadapmu. Kami juga tahu bahwa di dunia manusia itu dilarang. Namun, bagi dunia kami, itu adalah hal yang netral.”

Sing menunduk, perasaannya campur aduk. “Tapi… aku mengerti jika cinta itu mungkin terlihat berbeda di dunia kita. Zayyan adalah sahabatku, dan aku menganggapnya seperti saudara sendiri.”

“Sing,” Gyumin melanjutkan, suaranya lembut namun penuh tekad, “Kau boleh kecewa dengan perasaan Zayyan terhadapmu yang seharusnya tidak boleh terjadi. Namun, itu di luar kendalinya. Ia rela melakukan apapun untuk menolongmu, membuatmu selamat. Bahkan, ia melanggar sumpahnya sebagai putra mahkota hanya untuk menebus labirin dan menyelamatkanmu dari Leo waktu itu.”

Sing tertegun mendengar penuturan Gyumin dan Hyunsik. Dalam hatinya, ia merasa bingung. Apakah ia juga mencintai Zayyan? Namun, perasaannya pada Zayyan lebih seperti cinta saudara. Ia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya.

“Aku mengerti, tapi aku yakin rasa cinta Zayyan padaku sekadar rasa sayang seperti saudara. Aku dapat merasakan itu,” ucap Sing dengan penuh keyakinan, meskipun hatinya bergetar.

“Tenanglah, Sing. Kami akan mencari tahu di mana Zayyan sekarang,” Gyumin berkata, berusaha memberi semangat. “Aku dan Hyunsik akan membagi tugas. Aku akan menemui Zayyan di dunia putih, dan Hyunsik akan menjagamu di sini.”

“Apakah kau yakin bisa menemukannya, Gyumin?” tanya Sing, cemas.

“Percayalah, Sing. Kami memiliki cara untuk melakukannya. Yang terpenting sekarang adalah kau tetap aman di sini,” jawab Gyumin, berusaha meyakinkan.

Hyunsik menambahkan, “Kita akan menemukan cara untuk mempertemukan kalian lagi.”

Sing mengangguk perlahan, merasa sedikit lebih tenang, meskipun hatinya tetap berdebar. Ia tahu Zayyan akan melakukan segalanya untuknya, dan itu membuatnya merasa beruntung sekaligus bingung. Rasa cinta yang tulus hadir di antara mereka, meskipun terhalang oleh segudang batasan.



Gyumin bersiap-siap untuk berangkat menuju dunia putih. Ia mengumpulkan semua keberanian dan kekuatan yang ada dalam dirinya. “Sing, aku akan pergi sekarang. Ingat, kau tidak sendirian. Hyunsik akan selalu di sisimu,” ucap Gyumin sebelum melangkah menuju cahaya yang membawanya ke dunia lain.

“Berhati-hatilah, Gyumin!” teriak Sing, harapannya terbang bersama angin. Ia merasa ada bagian dari dirinya yang ikut pergi bersamanya.

Setelah Gyumin menghilang dari pandangan, Hyunsik duduk di samping Sing. “Kau baik-baik saja?” tanya Hyunsik.

“Aku… aku merasa bingung. Semua ini terasa begitu rumit,” jawab Sing, suaranya bergetar.

“Cinta memang rumit, Sing. Tapi ingat, apa pun yang terjadi, Zayyan mencintaimu dengan tulus. Itu yang terpenting,” Hyunsik berusaha menenangkan.

Sing menatap bintang-bintang di langit, setiap titik cahaya mengingatkannya pada Zayyan. Ia menginginkan kehadiran sahabatnya itu, untuk mendengar suaranya dan merasakan kehangatan cintanya. “Aku berharap Zayyan baik-baik saja di sana,” bisiknya.

Hyunsik meraih tangan Sing. “Kita akan menemukannya, Sing. Kita hanya perlu bersabar.”

Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang, Sing dan Hyunsik berjanji untuk tidak menyerah. Mereka akan berjuang mencari Zayyan, mengatasi segala rintangan demi cinta yang tulus. Di balik setiap bintang, ada harapan untuk masa depan yang lebih cerah, dan Sing tahu bahwa cinta Zayyan akan selalu menyertainya, tidak peduli seberapa jauh jarak memisahkan mereka.





Maaf ada. sedikit keterlambatan update 😋

happy Reading 🥰🔥

different world ( xodiac sing zayyan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang