Malam itu, Ayla duduk di tepi ranjangnya sambil memandangi ponselnya. Ia terus membuka ulang aplikasi chat, menatap pesan terakhir dari Zidan: “Selamat malam, Ay. Aku nggak sabar ketemu kamu lagi.” Pesan itu terlihat manis, tetapi ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Nama Naira Valencia terus berputar di kepalanya. Siapa dia? Mengapa Zidan mematikan panggilan itu begitu cepat saat nama itu muncul?
Dengan perasaan ragu, Ayla membuka profil media sosial Zidan, mencari petunjuk. Namun, semua terlihat biasa saja: foto-foto Zidan, kebanyakan tentang pekerjaannya, teman-temannya, dan foto mereka berdua yang baru diunggah beberapa hari lalu. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.
Merasa tidak bisa menyimpan ini sendiri, Ayla akhirnya menelepon sahabatnya, Raya.
“Raya, aku harus cerita,” katanya tanpa basa-basi.
Raya, yang sudah terbiasa dengan drama Ayla, menjawab santai, “Kenapa? Ada apa sama Zidan?”
Ayla menceritakan tentang panggilan misterius itu. “Dan hari ini… aku nggak sengaja ketemu Naira. Dia tahu tentang aku. Dia bahkan tahu detail yang Zidan ceritain, tapi… aku ngerasa ada sesuatu yang aneh.”
Raya terdiam beberapa saat sebelum menjawab tegas, “Kalau kamu nggak nyaman, kamu harus bicara sama Zidan. Jangan pendam sendiri. Kalau memang ada yang nggak beres, lebih baik tahu sekarang daripada terlambat.”
---
Pertemuan di Kafe
Keesokan harinya, Ayla mencoba mengalihkan pikirannya dengan bekerja di kafe favoritnya, Lune et Lumière, yang terletak di kawasan Kemang. Kafe itu terkenal dengan suasana tenang dan dekorasi ala Eropa yang membuatnya merasa seperti di negeri lain.
Baru saja ia mulai membuka laptop, suara seorang wanita menyapanya. “Hai, sendirian?”
Ayla mendongak dan mendapati seorang wanita berambut hitam panjang dengan blazer krem berdiri di depannya. “Iya, sendirian,” jawab Ayla dengan senyum kecil.
Wanita itu mengulurkan tangan. “Aku Naira. Boleh aku duduk?”
Mendengar nama itu, Ayla hampir terkejut, tetapi ia berusaha tenang. “Tentu,” jawabnya sambil mengangguk.
Percakapan dimulai ringan. Naira terlihat ramah, bahkan menyenangkan. Namun, ketika Naira berkata, “Oh ya, kamu pacarnya Zidan, kan?” Ayla merasa dadanya sesak.
“Dari mana kamu tahu?” tanya Ayla dengan hati-hati.
“Kami satu kantor. Zidan sering cerita tentang kamu,” jawab Naira santai.
“Oh…” Ayla mencoba tersenyum, meskipun ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.
“Dia sering bilang kamu orang yang selalu bikin harinya lebih cerah,” lanjut Naira, tersenyum lebar. Namun, nada suaranya membuat Ayla merinding. Seolah ada makna tersembunyi di balik kata-katanya.
---
Percakapan Tegang dengan Zidan
Sepulang dari kafe, Ayla tidak bisa menahan diri. Ia langsung menelepon Zidan.
“Zid, aku tadi ketemu Naira,” katanya, mencoba terdengar santai.
“Oh, ya? Di mana?” jawab Zidan, terdengar terkejut.
“Di kafe. Dia bilang kalian satu kantor.”
“Ya, benar. Dia cuma teman kerja, Ay. Kamu nggak perlu khawatir.”
“Tapi kenapa aku merasa kamu nggak cerita semuanya?” tanya Ayla, suaranya bergetar.
“Ayla, dengar. Naira itu cuma teman. Aku nggak ngerti kenapa kamu mikir macam-macam,” jawab Zidan dengan nada tegas.
“Tapi kenapa dia tahu banyak tentang aku, Zid? Dia bilang kamu perhatian. Apa itu cuma ke aku?” Ayla mencoba menahan tangisnya.
“Ayla, aku cuma perhatian sama kamu. Kamu harus percaya sama aku,” kata Zidan, berusaha meyakinkan. Namun, jawaban itu bukannya membuat Ayla lega, malah menambah keraguan di hatinya.
---
Penyelidikan Ayla
Malam itu, Ayla tidak bisa tidur. Ia memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang Naira melalui media sosial. Namun, profil Naira terlihat biasa saja. Tidak ada petunjuk, tidak ada foto yang mencurigakan.
Ayla merasa buntu. Namun, firasatnya mengatakan bahwa ada lebih banyak cerita yang disembunyikan Zidan. Ia pun mulai bertanya kepada teman-teman Zidan, mencoba mencari jawaban dari arah lain.
---
Pertemuan Tak TerdugaHari berikutnya, Ayla sedang berjalan di taman dekat rumahnya ketika ia tanpa sengaja melihat Naira duduk di bangku taman. Wanita itu tersenyum ketika melihat Ayla.
“Oh, Ayla! Kita ketemu lagi,” sapanya hangat.
Ayla mencoba bersikap biasa. “Hai. Kamu sering ke sini?”
“Baru pertama kali. Aku cuma ingin mencari suasana baru,” jawab Naira santai.
Percakapan berjalan ringan, tetapi tiba-tiba Naira berkata, “Kamu tahu, Zidan pernah cerita sesuatu yang sangat menyentuh hati aku.”
Ayla menegang. “Apa yang dia cerita?”
Naira tersenyum kecil. “Dia bilang, dia percaya bahwa cinta sejati itu harus diperjuangkan. Dan dia bilang kamu adalah orang yang membuatnya percaya itu.”
Ayla tersenyum kaku. Kata-kata itu terdengar manis, tetapi ia merasa ada makna lain yang tersembunyi di baliknya. Ia mulai bertanya-tanya, apakah Naira hanya seorang teman kerja? Atau ada lebih dari itu?
---
Bersambunggg...
KAMU SEDANG MEMBACA
AYLA CELINE ARWEN
RomansaABOUT : AYLA AUTHOR : VALERIE D'ARCO Ayla Celine Arwen menjalani hidup penuh cinta bersama Zidan, pria yang ia percaya adalah takdirnya. Namun, kebohongan yang tersembunyi di balik senyuman Zidan menghancurkan segalanya. Saat hati Ayla nyaris hancur...